Dari sini:
Calon 1: Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib (independen)
Calon 2: Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim (Golkar)
Calon 3: Dede Yusuf-Lex Laksamana (Demokrat, PAN, PKB dan Gerindra)
Calon 4: Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar (PKS, PPP, Hanura, PBB)
Calon 5: Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (PDIP)
Dari kelima pasang ini, siapa sebenarnya mereka? Penulis mencoba menelusurinya.
Pasangan Dikdik Mulyana dan Cecep Nana Suryana lebih disandarkan kepada Didik yang Irjen Polisi (Bintang Dua), mantan Kapolda Sumatera Selatan. Keduanya pada awal pendaftaran mampu mengajukan dua juta dukungan (KTP dan daftar pendukung), setelah diverifikasi, dukungan yang dinyatakan sah oleh KPUD berjumlah 1,1 juta. Dikdik pun tetap optimis meski di sejumlah survei berada di posisi buncit dibanding calon-calon lain dari parpol. “Saya punya prinsip ‘sakinah’ dan tidak akan melakukan apapun untuk meningkatkan popularitas dalam survei. Yang penting bekerja untuk rakyat Jabar,” kata Dikdik.
Calon dari Golkar lebih akrab dipanggil Yance adalah tokoh Golkar yang dua kali pernah menjabat sebagai Bupati Indramayu. Alasan DPP Partai Golkar memilih Yance sebagai cagub Jabar karena DPP memandang bahwa kinerja dan totalitas Yance dalam memimpin DPD Partai Golkar Jabar sangat baik. Isteri Kang Yance kini masih menjabat sebagai Bupati Indramayu menggantikan dirinya. Sementara Partai Golkar tak mempermasalahkan status Yance, yang telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi kasus pembebasan lahan untuk pembangunan Proyek PLTU 1 Indramayu, sewaktu dirinya menjadi Bupati Indramayu. Yance menyatakan siap menghadapi kasusnya. Golkar mengakui, dibanding calon-calon dari partai lain, elektabilitas Yance tidak seberapa. Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Golkar, Indra J. Piliang, menjelaskan Golkar harus mengusung Yance untuk menjaga soliditas partai. “Akan keliru kalau hanya untuk menang di Jabar, lalu mendukung kader lain. Golkar membangun militansi, dan itu sulit terwujud jika kami tidak mencalonkan kader sendiri,” kata Indra.
Dede Yusuf incumbent Wagub Jabar yang dulu maju dari PAN, kini maju dari Partai Demokrat, didukung PAN, Gerindra dan PKB. Dede sebagai artis sangat dikenal masyarakat. Pada saat berpasangan dengan Aher pada 2008, Dede demikian menonjol sebagai calon pemimpin muda harapan publik, itu kelebihannya. Iklannya jelas menarik, karena Dede memahaminya. Pasangan Dede adalah Lex Laksamana adalah mantan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat yang pensiun sejak 1 November 2012 lalu.
Pasangan Aher-Deddy Mizwar didukung oleh PKS, Hanura, PPP, dan PBB. Aher adalah incumbent (petahana) Gubernur Jabar, jelas popularitasnya sangat tinggi. Sementara Deddy Mizwar nampaknya dipilih karena populer baik sebagai artis sinetron bintang dengan peran baik dan juga sebagai bintang iklan, Deddy diperkirakan akan mengimbangi gap Aher dengan Dede dan Rieke.
Pasangan kelima adalah Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki. Rieke yang terkenal sebagai Oneng, sangat dikenal di kalangan masyarakat Jawa Barat. Sebagai salah satu kader PDIP, Rieke dipercaya Ibu Mega sebagai satu-satunya cagub wanita untuk ikut bersaing. Pasangannya Teten Masduki dikenal sebagai penggiat antikorupsi, Teten adalah Sekjen Transparency International Indonesia (TII) dan pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW).
Dari sudut kecil dalam benak saya:
Semakin menjelang hari-H Pilgub, saya masih bingung menentukan pilihan. Bukan berita baru sih, seperti biasanya.. Kalo sudah begini, karena di antara pilihan yang tersedia ngga ada yang sangat saya suka, maka saya akan memilih yang paling sedikit rasa ngga sukanya.
Analisis ngaco versi saya:
Pasangan no. 1, ngga begitu kenal. Cagub-nya yang mantan Kapolda itu, saya baca di mana gitu, ternyata adalah calon yang paling besar kekayaannya diantara semua calon. Usahanya apa ya? Trus, liat jawabannya di acara debat malam ini di KompasTV, kayanya biasa aja, ngga meyakinkan - setidaknya buat saya :p
Cagub no. 2, namanya kaya kapster salon ya? (*ampun deh ;p) secara penampakan, menurut saya ngga meyakinkan juga, ditambah isu korupsi itu, trus istrinya yang meneruskan kepemimpinannya di Indramayu (kok pemerintahan kaya dinasti gitu ya?!). Oh ya, kalo liat di TV lokal Bandung atau Jabar, kayanya pasangan ini paling banyak lagu kampanyenya, mulai dari lagu yang dinyanyikan dan dibuat oleh Agung 'si Goyang Barbel' Hercules, sampe artis-artis Bandung (yang saya ngga tau namanya). Sebetulnya, kalo baca pernyataan dari perwakilan Golkar di atas, partai ini sudah sadar kalo kandidat mereka memang bukan yang terbaik. Udah tau gitu, kenapa masih maksa sih.. Apa militansi lebih utama dari masa depan Jabar lima tahun ke depan?
Cagub no. 3, sudah punya modal popularitas, tapi wakilnya ngga begitu dikenal (atau sayanya aja yang ngga tau :p). Meski sebelumnya berpengalaman sebagai Wagub, saya ngga tau sejauhmana kontribusi beliau ini dalam pengambilan keputusan Pemprov selama ini. Kalo liat dari penampakan, emang paling keren kayanya :D
Cagub no. 4, memang ngga ada berita negatif sih, tapi ngga positif-positif amat. Beberapa berita yang pernah saya baca, di masa kepemimpinan beliau ini, katanya laporan anggarannya bagus, pertama kali mendapat hasil audit wajar tanpa kecuali (cmiiw). Tapi saya agak sebel karena bapak ini senang nampang, poster-posternya banyak tersebar di mana-mana, meskipun ceritanya nampang dalan kapasitas mensosialisasikan program-program pemerintah, tapi kalo jadi tambah banyak saat masa kerja hampir berakhir, apa lagi maksudnya kalo bukan 'mengingatkan' masyarakat buat milih beliau di pemilu mendatang? Fakta remeh, nama istrinya -yang sangat senang bersepeda- sama dengan nama saya, beda ejaan doang :) *ngganyambung
Cagub no. 5, terlalu melekat ke-Oneng-annya, entah kenapa karakter Onengnya tetap terlihat mencolok, kemeja kotak-kotaknya tampak terlalu maksa, menurut saya sih ngga orisinil. Maunya kaya Jokowi gitu?!
Kemarin, temen saya bilang, harusnya para Cagub ini bukan menjual janji sekolah gratis, dsb. yang terlalu 'melangit' dan berbunga-bunga, tapi yang paling utama, harusnya mencari cara untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah, gimana caranya membenahi birokrasi, transparansi, dst. Setelah aparat pemerintah OK, kepercayaan masyarakat pulih, maka selanjutnya program pemerintah akan lebih mudah untuk diterapkan.
Jadi... Siapa ya yang paling mending?!
Published with Blogger-droid v2.0.9