Wednesday, March 19, 2014

stop this train: I don't want to survive, I want to live!

Ini sih lokomotif di Monumen Palagan Ambarawa

Tau ngga sih, lagu curhatnya John Mayer itu.. kalo kata anak muda zaman sekarang: gue bangeet!!
Ada masa-masa di mana saya cemas, khawatir. Kadang takut menua, takut mati, takut nikah, takut punya suami, takut punya mertua, takut punya anak, pada dasarnya, ya mungkin bisa dibilang takut hidup kali ya.. 
ih, serem juga kedengerannya ya.. sebaiknya tidak usah diteruskan lebih jauh.. 

Akhir minggu kemarin, berkesempatan mengunjungi kota Nganjuk, kota kecil menyenangkan di antara Madiun dan Kediri. Secara umum, kayanya kota ini bukan destinasi wisata yang ngetop, ngga banyak obyek wisatanya, beberapa yang ada juga umumnya terletak agak jauh dari kotanya. Tapi, beneran deh, kotanya menyenangkan, resik, trotoarnya nyaman, pohonnya banyak, populasi ngga terlalu padat, alun-alunnya bagus, jalannya cukup terawat, jajanan murah, harga properti juga masih ngga terlalu mahal. Terlepas dari cuaca panasnya, kayanya akan nyaman sekali kalo menghabiskan masa pensiun di sini..

Selain suasana kota yang mengesankan, tambahan wawasan adat pernikahan yang kemarin saya hadiri juga seru banget. 

Terakhir, kerinduan naik kereta api jarak jauh agak terobati.. tapi jadinya pengin segera jalan-jalan lagi.. ^_^

Kalo ini Lokomotif Mutiara Selatan pas mau pulang dari Nganjuk ke Bandung

Tuesday, March 11, 2014

leap of faith: que sera-sera

stres /strés/ n Dok gangguan atau kekacauan mental dan emosional yg disebabkan oleh faktor luar; ketegangan

Disclaimer: ini adalah satu di antara sekian catatan pengingat-diri, ngga penting buat pihak selain saya.

Seperti di beberapa waktu silam, dalam periode hidup ini biasanya suka ada beberapa titik di mana posisi kesadaran dan ketahanan mental, seperti gelombang, bisa berada di lembah terdalam atau bahkan puncak tertinggi, keduanya adalah posisi ekstrim.

Awal minggu ini, mendapat berita yang berpengaruh besar pada kenyamanan yang saya alami selama ini. Dan, pelajaran penting dari sini: tampaknya kita ngga akan pernah bisa untuk merasa nyaman dengan keadaan yang dijalani saat ini. Akan selalu datang sesuatu, entah dari diri kita sendiri, atau dari tantangan di luar sana, yang menuntut kita untuk dinamis.
Jadi.. jangan pernah merasa terlalu nyaman, mau ngga mau, siap ngga siap, apapun yang terjadi akan terjadi.

Thursday, March 6, 2014

whatever makes you happy, ma'am

Ahaha.. Baru saja melakukan suatu kebodohan yang membuat emosi jiwa ;D *agak menyesal, tapi ngga terlalu sih..
Jadi, ada teman mengunggah suatu foto, dikomentari seorang teman, dan kemudian entah kenapa, bisa-bisanya saya merespon dengan berkomentar, yang kemudian direspon oleh teman yang lain.
Komentarnya kontra komentar saya, mungkin biasa aja sih, tapi kok penyampaiannya rasanya ngga enak :( 
Gateeeel pengin komentar balik, tapi kalo begitu, rasanya saya sama aja sama dia, nyebelin ;p
Butuh usaha ekstrakeras nih buat menahan diri dan tidak terprovokasi.

Jadi kepikiran deh, betapa ngga terbiasanya saya untuk berargumen. Meski pun saya tau (dan mudah-mudahan memang bener juga) kalo pendirian saya benar, seringkali saya tidak mampu memaparkan dengan baik alasan-alasan logis yang mendukung.
Trus jadi ngeh juga, kalo saya sih merasa bahwa kita tidak dididik dan tidak terbiasa juga untuk berargumen dengan baik, maksudnya, memiliki kemampuan menyampaikan pendapat kita tanpa menyinggung atau menjatuhkan pihak yang kontra, tanpa bersikap sok tau dan nyebelin, tanpa perasaan superior dan sikap i-seriously-know-better-than-you
Di sisi lain, jika sudah cerdas dan memiliki keahlian berargumen yang baik, mestinya udah lebih cerdas juga ya buat ngga terpengaruh dan merasa terganggu dengan hal remeh-temeh seperti cara-cara berargumen orang lain yang nyebelin :D *ciri-ciri belagu juga tapi jadinya.. Kaya ngomong begini: 'i know i'm right, your thought is insignificant' , atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa-ibu saya: 'mamaneh, weh' hahaha!!