Thursday, December 31, 2015

2015: where have I been


Sebelum tahun berganti, review dulu perjalanan-perjalanan di 2015 ini.
Tak terasa ya, seperti baru kemarin saya ikut perjalanan ke Bali lewat jalur darat itu.. Awal 2015 ini, pas tahun baru saya lagi tidur dan kepanasan di penginapan, mendengar hujan besar yang seperti ditumpahkan dari langit. Tampaknya, selain diawali hujan, tahun ini juga akan diakhiri hujan. 
Bulan Februari diisi dengan perjalanan ke Tanjung Layar, Sawarna, Banten bareng sama Matabumi. Makan ikan bakar yang enak sekali, selain menikmati pemandangan Karang Hawu dari Bukit Habibie (cmiiw, nama pantainya mungkin salah ;p)
Maret, ngetrip sama teman-teman dari kantor lama ke Solo dan sekitarnya, ke Grojogan Sewu (lagi), tapi kali ini makan sate ayam dan kelinci, mampir juga ke Kraton Solo.
April kayanya ga ada perjalanan ke luar kota, cuma kongkow manis kayanya.
Awal bulan Mei, mampir ke Gunung Prau, Dieng. Ramee... Semenjak kejayaan media sosial, tampaknya kesunyian gunung menjadi suatu kelangkaan. Oh, akibat perjalanan ini, salah satu Tupperware saya kelunturan pewarna dari sosis (penting yah). Pertengahan menjelang akhir bulan, ada trip berbudget serius ke Hong Kong dan Macau, ala-ala jalan-jalan cantik, melihat kota dari puncak bukit Victoria, trus ketemu tokoh-tokoh dunia di Madame Tussaud's Museum, selain mengunjungi museum 3D yang kalah keren banget sama museum 3D di Jogja (zonk ini mah), dan tentunya nyobain wahana-wahana di Disneyland. Oh, sama naik cable car yang lumayan wow ke Lantau Island (cmiiw lagi), yang sebetulnya akan sangat seru buat dijelajahi kalo punya banyak waktu.. Ada patung Giant Buddha, tapi cuma liat dari kejauhan -_-.
Bulan Juni jalannya cukup ke Batu, Malang, pertama kali paragliding di Gunung Banyak. Asik, bikin ketagihan :D Setelahnya, ke Anakkrakatau, Lampung. Pertama kali nyebrang ke Sumatra pake kapal feri. Trus nyebrang lagi dari Kalianda, Lampung, ke pulau-pulau sekitar Anakkrakatau, dan ke Anakkrakatau-nya. Menguji stamina!
Juli lebaran ya.. Sempet ikut trip ke Pantai Jayanti di Cidaun, Cianjur Selatan, lanjut ke Rancabuaya, Garut Selatan. Perjalanan via Rancabali, Patenggang, dst. Pemandangannya wow deh, menyenangkan, kecuali bagian ramenya.
Agustus ada kemping cantik di Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi dalam rangka 5 tahun Matabumi. Di akhir bulan, balik lagi ke Bali buat rafting di sungai Ayung dan ikut day cruise ke Lembongan.
Nah, di bulan September, ada trip of the year, berbudget besar, termasuk konsekuensi menunggak jatah cuti, ke Alor, Nusa Tenggara Timur, buat hiking ke Gunung Sirung di Pulau Pantar. Gunung ini 'hanya' +800-an mdpl, dideskripsikan sebagai Gunung dengan jalur yang ringan, pas buat pemula. Mungkin ngga salah sih, kontur tanahnya mirip dengan kawah Tangkuban Parahu atau Papandayan, tapi vegetasinya ngga begitu rimbun, dan cuacanya tentu saja beda sekali. Panaaas!! Perjalanan Alor ini juga kali pertama saya bepergian sendirian pake pesawat, pesawatnya juga istimewa, dari Kupang ke Alor menggunakan pesawat baling-baling yang guncangannya tak terlupakan.
Oktober, selain nimbrung jalan-jalan ala lansia ke Lembang, ada trip wisata dari kantor ke Pangandaran. Kayanya ini pertama kali saya ke Pangandaran sejak dari SMP.
November kok ngga ada acara ya? Bulan ini masa-masa kritis tagihan kerjaan, karena biasanya di bulan ini tenggat kontrak dengan pemerintah. Bulan ini rasanya agak sering uring-uringan semprot sana-sini ke orang-orang yang kurang beruntung (astaghfirullah aja pokoknya ;p)
Desember, ada hiking ke Gunung Lembu di Purwakarta, dan diakhiri dengan perjalanan ke Jogja, wisata lengkap ke Gunung, sungai, Pantai, museum, Taman Sari, bahkan paragliding lagi di Paris (Parangtritis), sensasinya beda dengan yang di Batu, di sini pemandangannya Pantai, laut dan tebing, durasinya lebih lama, tapi sayang ngga ada sertifikat yang bisa dipake buat pamer :D
Overall, this year was awesome!! Alhamdulillah..

Sunday, November 22, 2015

warming up!!

Sudah lama sejak racauan terakhir kali.. Sudah tak terhitung banyaknya sesi-letupan-hasrat ingin menulis.. Yah, sekadar letupan sih, keciiil sekali, menghilang dalam sekejap dalam timbunan rasa malas yang menggebu.. [maafkan pilihan kata saya yang serampangan :p tapi, barangkali sudah bisa diperkirakan ya, bukan saya rasanya kalo tidak serampangan :D]

Baru-baru ini, ada beberapa perjalanan yang saya lakukan, bisa jadi beberapa catatan perjalanan sih, saya tau kalo saya agak niat sedikit saja, caper-caper itu bisa mewujud dan menambah jumlahnya postingan di sini. Tapi.. (lagi-lagi) saya sok sibuk melakukan hal lain yang ngga penting.. Saat ini, menulis adalah suatu reaksi endotermik yang membutuhkan energi aktivasi yang besaaaar.. Mungkin saya butuh katalis, yang sempat hampir ditemukan beberapa hari yang lalu, saat temen saya cerita soal catatan liburan sodaranya yang diposting di detik.com, yang setelah saya baca, catetannya biasa aja kok, maksudnya ya kalo mau nulis kan nulis aja gitu ya, ga mesti bikin tulisan yang canggih gimana gitu.. Apalagi kalo tujuannya bukan untuk dimuat di media apa pun, cuma sekadar pelepasan aja.. Mestinya kan ga harus ribet ya?!

Kemudian, katalis satu lagi adalah ketika beberapa hari lalu saya pergi makan siang ke tempat makan yang baru, trus pas kita pulang, ngelewatin meja dengan orang-orang yang pada sibuk sendiri motoin makanannya pake kamera DSLR dengan lensa zoom, dan tipe-tipe kamera seriusan lainnya.. Ya, ketebak lah ya, mereka mungkin kelompok food blogger yang sengaja diundang buat bikin review dan promosi tempat makan baru. Dan, langsung kepikiran, kayanya seru ya kerja kayak mereka.. :D

Nah, segini dulu 'catatan pemanasan'-nya, semoga saya menemukan ketetapan hati untuk tetap menulis di hari-hari mendatang. [Mohon amin-kan dengan sungguh-sungguh ya?! Siapa tau doa kamu yang mustajab ^_~]

Friday, June 12, 2015

insight: bukankah semua ini hanya ilusi!? ^.^

Suatu ketika.. Entah bagaimana caranya, ada salah satu murid kakak saya, berhasil menemukan akun Instagram saya. Kemudian, kakak saya bercerita tentang muridnya itu yang menyatakan keinginan jadi seperti saya, katanya: 'nanti saya kalo udah kerja, mau jadi kaya adiknya ibu ah, seneng, jalan-jalan terus', katanya.
Ooh, benarkah semenyenangkan itu hidup saya? Iya, menyenangkan, banget! Tapi, seperti semua perjalanan hidup pada umumnya, banyak cerita di balik satu momen yang terekam dalam suatu foto. Seperti halnya banyak jam belajar, males-malesan, tumpukan tugas, dan lainnya dibalik suatu nilai yang tertulis dalam buku rapor. Foto diri di puncak gunung dengan ekspresi bahagia dan puas-diri itu ngga menceritakan perjalanan menuju momen tersebut. Bagaimana kepayahan menggendong ransel, telapak kaki yang lecet, betis yang kram, peluh yang membanjir, dan seterusnya, dan seterusnya.
Cuma mau cerita itu aja sih. Jadi sadar, ternyata beneran ya, apa yang kita bagi ke publik bisa membawa dampak untuk orang lain.

Jadi sadar juga, apa yang terlihat di permukaan, tidak akan pernah bisa mencerminkan apa yang ada di dalam, secara keseluruhan. Ya gitu lah, ceritanya sedang berkontemplasi :D

Wednesday, May 20, 2015

how will I die?

Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa saya akan seperti ini. Menjalani hari-hari seperti sekarang, bekerja di bidang yang saya jalani, dst. Pernah merasa begitu ngga sih?
Saya juga ngga pernah membayangkan seperti apa jika saya bertambah tua, secara fisik, emosional, maupun secara intelektual. Apakah saya menjadi dewasa? Akankah saya menjadi 'dewasa'? Apa itu dewasa? 

Satu lagi pertanyaan penting yang sering timbul- tenggelam, adalah bagaimana dan kapankah maut menjemput saya. Apakah ketika saya sedang beriman? Mudah-mudahan demikian. Aamiin.. Dalam keadaan bagaimanakah saya akan mati? Dalam sholat? Ketika tidur? Dsb.

Pertanyaan ini mendesakkan diri pada alam sadar saya ketika membaca artikel ini. Agaknya, untuk orang-orang yang menekuni kegiatan spesifik, bukan hal yang janggal jika maut menemui mereka saat mereka melakukan kegiatan yang mereka sukai. Misal, ahli ibadah lebih mungkin meninggal dalam keadaan sedang beribadah, penyuka olahraga ekstrim sudah sepantasnya meninggal ketika melakukan olahraga kesukaannya, seperti Dean Potter di artikel yang saya tautkan di atas. 

Trus, kira-kira saya mati dengan cara apa ya? :| Saya pikir, romantis sekali ya jika maut menjemput kita dalam keadaan bahagia.




Wednesday, March 18, 2015

kiss me under the light of a thousand stars


Lihat ini.. bagus ya klipnya, sederhana, menyenangkan..

lagunya juga bagus, gombal sih.. tapi kalo beneran mah kayanya ga masuk kategori gombal yah :D

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

And, darling, I will be loving you 'til we're 70
And, baby, my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me—I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am


So honey now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are


When my hair's all but gone and my memory fades
And the crowds don't remember my name
When my hands don't play the strings the same way
I know you will still love me the same


'Cause honey your soul could never grow old, it's evergreen
And, baby, your smile's forever in my mind and memory
I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe it's all part of a plan
Well, I'll just keep on making the same mistakes
Hoping that you'll understand


But, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
Thinking out loud
That maybe we found love right where we are


So, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Oh, darling, place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are
Oh, baby, we found love right where we are
And we found love right where we are

Saturday, March 14, 2015

menuju resolusi [revisi satu]

Tepat seminggu yang lalu saya berkesempatan menghadiri penampilan perdana Kelas 101. Materinya tentang travel blogging. Menulis catatan perjalanan, dalam sebuah blog, entah untuk berbagi informasi, untuk berbagi cerita dan pengalaman, atau bisa juga demi bikin sirik yang baca, atau sekedar pamer :D

Pematerinya dari indohoy.com, dua orang perempuan masa kini yang keren-keren sekali. Ternyata, belakangan diketahui mereka temen angkatannya seorang teteh temen kantor. Mereka ini membuat indohoy.com dengan target pembaca para turis asing, maka blognya dibuat dalam Bahasa Inggris. 

Inti dari pemaparan mereka, hal yang terpenting dalam membuat travel blog adalah.. konsep dan konsistensi. Titik. 

Daan.. hal yang paling penting adalah.. segera mulai. Sebanyak apa pun tips dan trik menulis yang kita kumpulkan dari membaca, mendengar, melihat di sana-sini, ngga akan ada artinya kalo kita ngga mengamalkannya dengan menulis.

Jadi.. bisa jadi resolusi baru nih.. ke depan, sebisa mungkin saya mengurangi sesi curhat tak penting di sini. Selanjutnya, mesti mulai memaksa diri buat berkomitmen mengumpulkan dan merapikan catatan perjalanan (barangkali dalam suatu blog khusus), mudah-mudahan dalam waktu dekat. 

Monday, February 2, 2015

before bed-time

Merenungkankanmu kini...*


[adakah engkau merenungkanku juga? ;p]


*efek nonton sekilas perjalanan Kla Project di KompasTV ;)

Tuesday, January 27, 2015

sabtu sinema

Sebulan terakhir ini, rasanya saya berjalan di jalur cepat. Rasanya ngga ada, well, sedikit, waktu buat leyeh-leyeh di jalur lambat, menikmati pemandangan hidup berupa kegiatan-kegiatan menyenangkan semacam leyeh-leyeh berkepanjangan atau sekadar hibernasi.
Ilusi jalur lambat yang termudah dilakukan adalah menikmati waktu luang hedon-hedon sendiri (dalam tulisan ini, maksudnya nonton film). Karena kalo ngajak-ngajak teman kadang-kadang ribet, entah menentukan film yang mau ditonton, atau waktu pelaksanaannya. Sendiri is simple. Kalo lagi pengin ya tinggal capcus, dan kalo mendadak males, ngga mesti ngerasa bersalah karena membatalkan janji tiba-tiba.

Dua sabtu terakhir, apresiasi sinema lagi.. Sabtu pertama nonton Woman in Black 2, Sabtu berikutnya nonton The Imitation Game. Dua-duanya seru secara berbeda :D


Woman in Black 2 ditonton karena saya nonton film yang pertamanya, yang dibintangi sama Daniel Radcliffe. Sebetulnya.. agak segan nonton film horor di bioskop, karena efek seramnya bisa jadi berlipat-lipat, trus kok kayanya agak rugi yah kalo kita bayar buat ditakut-takuti. 
Daaan.. benar saja, setelah agak lama ga nonton film horor, nonton film ini membuat saya merasa lelah secara emosional :D Filmnya ngga seseram film horor Asia sih, tapi ya gitu.. nyebelin, karena bikin capek (in a good way), saya mesti menyiapkan mental buat menghadapi kejutan adegan horornya. 
Alur ceritanya ngga begitu mengejutkan sih, agak-agak predictable, tapi lumayan laah..

Film kedua, The Imitation Game, ditonton karena beberapa alasan, diantaranya.. (1) saya suka film-film bertema Perang Dunia 2 - entah kenapa; (2) filmnya diangkat dari kisah nyata; (3) yang main Benedict Cumberbatch - iya, ngga penting :D; dan last but not least, (4) butuh hiburan -_-
Film ini bercerita tentang seorang matematikawan Inggris bernama Alan Turing, yang bekerja sama dengan teman-teman timnya memecahkan sandi dalam komunikasi radio yang digunakan oleh tentara Jerman. Sandi ini dibuat menggunakan alat yang disebut Enigma. 
Konon, kontribusi Pak Alan memecahkan Enigma telah membantu Sekutu memenangkan dan mempersingkat perang. Gimana caranya? Beliau ini membuat sebuah mesin (yang bisa dibilang asal mula komputer masa kini) yang memungkinkan pesan komunikasi Jerman yang terinkripsi bisa didekripsi. Tapi.. biar Jerman ngga curiga kalo Sekutu sudah berhasil memecahkan Enigma, informasi yang diperoleh dipilah lagi dan dianalisis secara statistik untuk menentukan mana yang bisa diabaikan dan mana yang ditindaklanjuti supaya Sekutu bisa memenangkan perang. 

Hal yang menarik dan mungkin bisa jadi bahan kontroversi adalah kenyataan kalo Pak Turing ini seorang homoseksual. Di Inggris tahun 50-an, homoseksual dianggap sebagai tindakan kriminal. Jadi.. beliau sempat disidang, dan untuk menghindari hukuman penjara, beliau memilih untuk menjalani terapi hormon. Agak seram yah, katanya metode ini semacam pengebirian secara kimia, menekan libido gitu.. trus, setelah setahun menjalani terapi, beliau ditemukan tewas karena menghirup sianida. Disebutkan kalo ini adalah peristiwa bunuh diri, tapi ada juga yang menganggap kalo itu kecelakaan.
Nah, kenapa kontroversi? Karena kesan yang saya tangkap, terutama setelah ada dialog ketika Pak Alan seakan menyesali ketidaknormalannya, teman perempuannya, Joan (yang diperankan Kiera Knightley), mengatakan, justru ketidaknormalannya yang telah memberi dia kejeniusan, menyelamatkan banyak nyawa, dst. dst., secara tidak langsung terasa seperti justifikasi atas homoseksualitas beliau. 
Yah, soal homoseksualitas, saya masih agak terbelah sih, kok rasanya ngga berhak juga gitu ya buat 'menghakimi' preferensi seksual seseorang. Di akhir, justifikasi ini juga diperjelas dengan argumen Pak Turing, bagaimana setiap orang memiliki otak dengan cara berpikir yang berbeda, dan adalah hal yang keliru jika menganggap perbedaan itu sebagai sebuah kesalahan. Ya gitu lah, kurang lebih.. akan jauh lebih mengena kalo nonton dan mendengar dialognya ^_^

Sunday, January 25, 2015

coffee story: icip-icip tempat happening :D

Perjalanan pulang saya tiap hari kerja biasanya melewati perempatan Jalan Braga, Lembong, dan Suniaraja. Tepat di belokan menuju Jalan Lembong, ada semacam tempat ngopi yang tiap kali saya lewat, mesti terlihat penuh, namanya Wiki Koffie. Tau?

Suatu sore.. takdir membawa saya buat mampir. Pas dateng, tempatnya ga terlalu penuh sih, ada beberapa meja yang kosong, tapi karena saya dateng berdua, sementara meja yang kosong kapasitasnya banyak, jadinya kami disuruh nunggu meja kapasitas lebih sedikit.

Kesan pertama: agak merasa out of place karena kebanyakan pengunjung adalah kalangan anak muda (meski terlihat juga sih beberapa kelompok abg senior) ;p
Interiornya agak membingungkan, nyampur-nyampur gitu.. industrialis tapi ngga juga, yaa.. lucu-lucu gitu lah..

Setelah nunggu meja beberapa menit, trus nunggu dibawain menu beberapa menit lagi, trus nunggu beberapa menit lagi buat nanya-nanya isi menunya sama adek-adek yang bertugas melayani pesanan.

Akhirnya.. temen saya pesen potato wedges dan sosis sama green tea latte trus saya pesen chocolava cake sama kopi apa pun yang paling banyak dipesen (geje ya? :D). Setelah nunggu lagi sekitar 10-15 menit, datanglah si potato wedges itu.. trus si green tea latte.. trus kopi pesenan saya.. yang ternyata bernama tiramisu kana coffee gitu ya (kalo ga salah ingat :D)
Kopinya dibawain di atas baki, dalam french press, dilengkapi satu mug kosong dan sendok kecil, sama dua bungkus gula pasir dan sepotong biskuit.

Begini penampakan si tiramisu kana coffee ituu
Setelah sekian lama nunggu si chocolava yang tak kunjung diantar, akhirnya nanya si adek pelayan, trus dia jawab: 'adonannya gagal, belum dikasi tau gitu?' Dan lengkap sudah.. bakal susah kayanya balik lagi ke sini.

Oh iya.. kopinya enak sih sebetulnya.. aromanya aroma tiramisu (sesuai namanya - agak aneh juga sih, kan tiramisu itu kue beraroma kopi yah.. jadi kopinya beraroma kopi [mungkin tambah aroma vanila kali yah], jadinya khas aroma tiramisu) tapi atmosfirnya kurang nyaman kalo buat saya, jadi ngga betah buat berlama-lama.

Oh, harga.. faktor ini barangkali menjadi salah satu alasan kenapa tempat ini selalu penuh. Harga yang dipatok cukup terjangkau, si tiramisu coffee itu secangkirnya 18ribu. Si chocolava itu kalo jadi, harganya 22ribu. Green tea latte 20 atau 22ribu gitu ya. Yah, kisaran harganya segituan deh, cukup rasional kalo kata saya sih.

Sunday, January 4, 2015

at the glance: Bali Overland [kalo bisa diklaim demikian ;p]

Jikalau tujuan dari suatu perjalanan adalah pengalaman baru, maka perjalanan saya yang teranyar dapat dikatakan berhasil. Dengan sekian banyak catatan kaki melebihi catatan induknya :D

Sementara cuma bisa berbagi beberapa kilasan visual yang berhasil terekam.

Pasca-sunrise di Pelabuhan Ketapang [mohon maafkan penggunaan bahasa yang tidak benar ini ;p]
Pemandangan ujung Timur Pulau Jawa: jika melihat peta [mungkin] itu yang paling depan adalah Gunung Raung, di belakangnya Gunung Agrapura, di belakangnya lagi barangkali Gunung Bromo, cmiiw
Last day on 2014: Madness at Krishna! and, sadly, i volunteered to be part of it
Ruang gerak saya selama perjalanan 7 hari [dan mau tak mau saya jadi kepikiran penjara jongkok di Lawang Sewu itu], kini menyisakan gangguan kesehatan akibat peredaran darah kurang lancar, cuaca ekstrim, pola makan tidak benar, sanitasi buruk, dan yang terutama, barangkali karena ketidakpuasan secara mental.