Sebulan terakhir ini, rasanya saya berjalan di jalur cepat. Rasanya ngga ada, well, sedikit, waktu buat leyeh-leyeh di jalur lambat, menikmati pemandangan hidup berupa kegiatan-kegiatan menyenangkan semacam leyeh-leyeh berkepanjangan atau sekadar hibernasi.
Ilusi jalur lambat yang termudah dilakukan adalah menikmati waktu luang hedon-hedon sendiri (dalam tulisan ini, maksudnya nonton film). Karena kalo ngajak-ngajak teman kadang-kadang ribet, entah menentukan film yang mau ditonton, atau waktu pelaksanaannya. Sendiri is simple. Kalo lagi pengin ya tinggal capcus, dan kalo mendadak males, ngga mesti ngerasa bersalah karena membatalkan janji tiba-tiba.
Dua sabtu terakhir, apresiasi sinema lagi.. Sabtu pertama nonton Woman in Black 2, Sabtu berikutnya nonton The Imitation Game. Dua-duanya seru secara berbeda :D
Woman in Black 2 ditonton karena saya nonton film yang pertamanya, yang dibintangi sama Daniel Radcliffe. Sebetulnya.. agak segan nonton film horor di bioskop, karena efek seramnya bisa jadi berlipat-lipat, trus kok kayanya agak rugi yah kalo kita bayar buat ditakut-takuti.
Daaan.. benar saja, setelah agak lama ga nonton film horor, nonton film ini membuat saya merasa lelah secara emosional :D Filmnya ngga seseram film horor Asia sih, tapi ya gitu.. nyebelin, karena bikin capek (in a good way), saya mesti menyiapkan mental buat menghadapi kejutan adegan horornya.
Alur ceritanya ngga begitu mengejutkan sih, agak-agak predictable, tapi lumayan laah..
Film kedua, The Imitation Game, ditonton karena beberapa alasan, diantaranya.. (1) saya suka film-film bertema Perang Dunia 2 - entah kenapa; (2) filmnya diangkat dari kisah nyata; (3) yang main Benedict Cumberbatch - iya, ngga penting :D; dan last but not least, (4) butuh hiburan -_-
Film ini bercerita tentang seorang matematikawan Inggris bernama Alan Turing, yang bekerja sama dengan teman-teman timnya memecahkan sandi dalam komunikasi radio yang digunakan oleh tentara Jerman. Sandi ini dibuat menggunakan alat yang disebut Enigma.
Konon, kontribusi Pak Alan memecahkan Enigma telah membantu Sekutu memenangkan dan mempersingkat perang. Gimana caranya? Beliau ini membuat sebuah mesin (yang bisa dibilang asal mula komputer masa kini) yang memungkinkan pesan komunikasi Jerman yang terinkripsi bisa didekripsi. Tapi.. biar Jerman ngga curiga kalo Sekutu sudah berhasil memecahkan Enigma, informasi yang diperoleh dipilah lagi dan dianalisis secara statistik untuk menentukan mana yang bisa diabaikan dan mana yang ditindaklanjuti supaya Sekutu bisa memenangkan perang.
Hal yang menarik dan mungkin bisa jadi bahan kontroversi adalah kenyataan kalo Pak Turing ini seorang homoseksual. Di Inggris tahun 50-an, homoseksual dianggap sebagai tindakan kriminal. Jadi.. beliau sempat disidang, dan untuk menghindari hukuman penjara, beliau memilih untuk menjalani terapi hormon. Agak seram yah, katanya metode ini semacam pengebirian secara kimia, menekan libido gitu.. trus, setelah setahun menjalani terapi, beliau ditemukan tewas karena menghirup sianida. Disebutkan kalo ini adalah peristiwa bunuh diri, tapi ada juga yang menganggap kalo itu kecelakaan.
Nah, kenapa kontroversi? Karena kesan yang saya tangkap, terutama setelah ada dialog ketika Pak Alan seakan menyesali ketidaknormalannya, teman perempuannya, Joan (yang diperankan Kiera Knightley), mengatakan, justru ketidaknormalannya yang telah memberi dia kejeniusan, menyelamatkan banyak nyawa, dst. dst., secara tidak langsung terasa seperti justifikasi atas homoseksualitas beliau.
Yah, soal homoseksualitas, saya masih agak terbelah sih, kok rasanya ngga berhak juga gitu ya buat 'menghakimi' preferensi seksual seseorang. Di akhir, justifikasi ini juga diperjelas dengan argumen Pak Turing, bagaimana setiap orang memiliki otak dengan cara berpikir yang berbeda, dan adalah hal yang keliru jika menganggap perbedaan itu sebagai sebuah kesalahan. Ya gitu lah, kurang lebih.. akan jauh lebih mengena kalo nonton dan mendengar dialognya ^_^