Saya bukan tipikal pengobrol dan bukan juga tipikal yang mudah akrab. Jangankan ketemu orang baru atau temen lama yang udah lama ngga ketemu, ketemu temen saja saya masih sering bingung apa yang harus saya bicarakan. Ujung-ujungnya, mungkin ada beberapa orang yang menganggap saya judes, atau terlalu cuek, bahkan ada juga yang menganggap saya ngga antusias (atau mengutip kata-kata seorang teman, kurang ekspresif - curcol bangeet :D).
Argumen saya? Oh, perlukah saya berargumen? Well, kalimat yang tepat, mungkin: you may think you know me, but you don't know who i am.. Even myself still struggling to figured out who am i exactly (jiaah..geje banget ya?! :D)
Dalam suatu pelatihan di tempat kerja, saya diberitahu satu bagian penting dari menjadi manusia adalah mengenal diri sendiri, knowing yourself. Ada tiga tahap mengenal diri. Pertama, self awareness, mawas diri atau sadar diri, bisa dilakukan dengan introspeksi atau kalo lebih berani, bisa nanya orang-orang di sekitar kita, hasil observasi mereka terhadap kita, tapi kalo nanya, kita harus siap dengan respon mereka, bisa jadi berupa pujian atau kritikan, apa pun itu, kita mesti berlapang dada.. (ngomong mah ya gampang ya? Dilakukan juga gampang kok! *positive-thinking ceritanya :p). Biar lebih terpercaya, akan lebih baik kalo orang yang kita tanyai cukup bijak dan bisa objektif dalam mengemukakan pendapatnya, dan yang paling penting, mau untuk jujur.
Nah, setelah mengetahui diri, tahap kedua adalah self acceptance, menerima segala kualitas positif dan negatif yang kita miliki. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, intinya sih ya lebih bersyukur dan mengembangkan sikap positif, sehingga kita akan lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.
Sampai di situ saja? Ya ngga lah.. Langkah ketiga, self improvement. Setelah tau dan menerima, kita juga harus berusaha untuk meningkatkan kualitas positif dan meminimalkan kualitas negatif yang kita miliki. Ini sesungguhnya adalah inti dari perjalanan kita sebagai manusia. Serius banget ya? Ngga saya banget :p
Tampak ngalor ngidul, padahal maksud saya bukan mau cerita pelatihan. Tapi ya selingan aja, siapa tau bermanfaat :)
Balik lagi ke sifat saya yang ngga bisa ngobrol dan kurang ekspresif itu.. Akhir-akhir ini, saya jadi lebih ngeh dengan kecanggungan saya bersosialisasi. Damn!! Melihat orang lain yang bisa bicara panjang dengan teman seperjalanan yang baru ketemu di kereta, mendengar kakak saya yang bisa ngobrol seru dengan saudara suaminya, sementara ternyata saya ngga begitu sering ngobrol sama dia, tertegun diam seribu bahasa saat berada di hadapan orang yang saya pikir...ya gitu deh.. [sedikit penjelasan, siapa tau orang yang dimaksud nyasar kemari dan khilaf membaca postingan ngga penting ini: adalah salah bila dia menganggap saya tidak nyaman bersamanya, sesungguhnya saya tidak nyaman bercerita tentang diri saya sendiri, karena saya terlalu takut pada pandangan atau penilaian orang lain terhadap saya. Daaan..satu lagi, saya tipikal orang yang nyaman sebagai pendengar, saya sudah cukup puas mendengarkan. There..i said it :)]
Suatu ketika, selepas perjalanan melongok suatu gua karst di Pacitan sana, saya bercerita pada teman saya (perasaan sih dengan cukup antusias :p), betapa menakjubkan ornamen-ornamen gua itu.. Stalagtit panjang bermeter-meter yang pertumbuhannya maksimal 3mm per tahun. Bayangkan! Butuh berapa puluh atau ratus tahun untuk suatu stalagtit tumbuh hingga sepanjang 5 meter? Tapi, temen saya ngga merasa takjub kaya saya tuh, dia juga ngga merasa itu sesuatu yang keren.. Jadi..entah metode komunikasi saya yang bermasalah atau mungkin dalam suatu percakapan, memang butuh juga kesamaan minat pada bahan pembicaraan. Hal ini tampak saat saya dan teman-teman kuliah saya bisa ngobrol seharian tentang banyak hal yang pada umumnya ngga begitu penting, tapi kami minati :D
Soal kurang ekspresif, temen saya menggambarkan dengan ungkapan lain: lempeng. Well, it's totally my bad, saya berusaha juga sih, tapi ya mungkin masih jauh banget dan hasilnya ngga keliatan. Yang jelas, saya masih kesulitan menunjukkan perasaan atau emosi secara serta merta, rasanya kalo saya seperti itu, artinya itu bukan saya.. Bukankah Sting menganjurkan kita untuk menjadi diri sendiri apa pun yang orang lain katakan? :D
Well, cuma pembenaran saja sih :) terinspirasi dari materi pelatihan, Englishman in New York-nya Sting, dan kecanggungan saya :D
Published with Blogger-droid v2.0.10
No comments:
Post a Comment