Wednesday, December 19, 2012

4 in 1 (tentang film-film)

Peringatan: catatan di bawah mungkin spoiler (kalo gapenting sih sudah pasti). Silakan berhenti membaca sebelum kecewa :p
Antara Skyfall, Breaking Dawn (part 2), Life of Pi, dan The Hobbit: An Unexpected Journey, ada satu aspek kecil dalam film-film tersebut yang saya pikir sama, yaitu kesendirian.
Di Skyfall, jadi agen pemerintah adalah pekerjaan yang anonim, sepertinya kegagalan atau keberhasilan suatu misi tidak akan pernah diakui secara luas dan terbuka. Hidup mata-mata itu sepertinya dihabiskan dalam bayangan, abu-abu. Makanya, profil yang sesuai untuk pekerjaan seperti ini ya kaya si agen 007 ini, yatim piatu tanpa keluarga. Jadi hidupnya bisa didedikasikan sepenuhnya pada pekerjaan, dia bisa fokus tanpa merasa terbebani dengan kekhawatiran/kecemasan atas keamanan, kesejahteraan, pertanyaan, kecurigaan, dsb. dari anggota keluarga. Maka, dalam kasus agen rahasia, demi produktivitas, sendiri adalah sesuatu yang baik. Dan sepertinya sih, meski pun seorang agen ngga mau sendiri, pilihan pekerjaan sebagai agen rahasia mau ngga mau akan menjerumuskan dia ke dalam kehidupan yang soliter.
OOT, ngomong soal James Bond, menurut saya Daniel Craig ini adalah James Bond yang paling OK, sebab, secara logika, yang namanya agen rahasia mestinya ngga begitu mencolok, jadi mestinya ngga ganteng kaya Sean Connery atau kinclong kaya Pierce Brosnan (untuk Roger Moore sama Timothy Dalton, saya no comment :p)
Breaking Dawn bagian kedua ini adalah film kelima dari Twilight Saga, satu-satunya yang saya saksikan di bioskop, semata-mata atas dasar rasa penasaran. Hebat juga ya Bu Stephanie Meyer, gara-gara saga ini, citra vampir berubah menjadi positif, dari nuansa gelap, suram, dan jahat, menjadi keren, kaya superhero.
Twilight, secara sederhana, menurut saya adalah kisah cinta biasa aja, dengan latar belakang dunia vampir versi Bu Meyer. Di cerita ini, yang saya tangkap (dan belum tentu benar loh), Isabella (Bella) Swan adalah remaja yang merasa sendiri, di awal cerita, dia pindah dan memilih tinggal dengan ayahnya karena dia merasa butuh memberikan ruang untuk ibunya dan suami ibunya (=ayah tirinya). Sebenarnya dia juga ngga pengen-pengen banget tinggal sama ayahnya. Bella digambarkan sebagai gadis yang agak ceroboh (maksudnya, sering membahayakan diri sendiri), rapuh, dan tampak lemah - sebagai manusia. Setelah menemukan cinta (halah) bersama Edward, hingga kemudian melahirkan dan bertransformasi menjadi vampir, dia berubah drastis, dari awalnya lemah dan tak berdaya, setelah menjadi vampir, dia menjadi yang terkuat di keluarga Cullen. Hebat ya? Ironis juga sih, karena menurutnya (menurut Bella, maksudnya), dia justru merasa hidup setelah menjadi vampir. Dan, kalo boleh saya komentari, tampaknya dia menemukan jati diri dan kenyamanan dengan menjadi vampir, pada akhirnya dia menemukan tempatnya dan tidak merasa sendiri.
Masalah: anak Bella dan Edward yang namanya Renesmee (spelling?), adalah hibrid manusia-vampir, dia berdarah panas, memiliki jantung yang berdenyut, bisa makan makanan manusia dan minum darah, tumbuh cepat dan dewasa di usia tujuh tahun, kemudian pertumbuhannya terhenti, tetap muda, dan immortal seperti vampir, ngga menua dan ngga mati. Pertanyaannya, gimana ya perasaannya si Renesmee ini, karena sebenarnya dia sendiri, bukan manusia, bukan vampir. Sekilas, tampaknya dia mendapat keuntungan dengan menjadi hibrid, tapi menurut saya, keabadian bukanlah suatu hal yang hebat, malah mungkin justru semacam siksaan. Bukankah suatu momen itu menjadi berharga karena kita tau bahwa waktu ini teramat terbatas? Apa rasanya ngga sedih atau sesak saat waktu berlalu, semua berubah, sementara kita stagnan tanpa ikut terlibat dengan perubahan-perubahan itu? Yah, ngga usah terlalu dipikirin, cuma cerita fiksi kok :D
Life of Pi diantaranya bicara mengenai kesendirian Pi Patel di tengah Samudera Pasifik selama 277 hari, hanya berteman dengan seekor harimau Bengal bernama Richard Parker. Binatang buas ini menjadi sumber ketakutan sekaligus alasan Pi mampu bertahan hidup. Inilah mengapa di akhir, saat akhirnya menemukan daratan, Pi menangis ketika Richard Parker pergi begitu saja tanpa ada perpisahan resmi, misalnya berupa tatapan atau auman terakhir.
Dituliskan oleh Daniel Gottlieb, dalam Letters to Sam: 'Cerita tentang Pi adalah cerita tentang kita semua. Kita semua memiliki harimau di bawah terpal - harimau yang menurut kita bisa merusak kita. Kita mengira kita ingin menyingkirkan harimau itu. Namun, sesungguhnya, kita akan merasakan kehilangan yang luar biasa jika mereka meninggalkan kita, karena bagaimanapun, mereka adalah bagian dari diri kita.'
Terakhir, dalam The Hobbit, kesendirian Gollum jauh di dalam kegelapan telah menyebabkan dia menjadi sesosok monster yang menakutkan sekaligus menyedihkan. Gollum tidak memiliki kemewahan sesosok teman, bahkan teman sumber ketakutan seperti Richard Parker. Gollum hanya ditemani dengan dirinya sendiri, tanpa teman untuk menjaga kewarasannya, kepribadian Gollum jadi terbagi. Sepertinya, hal ini membuktikan bahwa manusia memang makhluk sosial yang membutuhkan teman, bahkan teman yang buruk sekalipun, karena sepertinya, diabaikan jauh lebih buruk dari dimusuhi.
Selain Gollum, sang Hobbit, Bilbo Baggins juga merasa sendirian berada di dalam kelompok kurcaci, menuju petualangan penuh bahaya, merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri, kangen rumah, takut, dan kemudian menemukan keberanian. Ada satu dialog bagus soal keberanian, kata Gandalf: 'true courage is not about knowing when to take a life, but when to spare one' (yang dipraktekkan oleh Bilbo menjelang akhir film). Kutipan favorit lainnya adalah saat Gandalf ditanya oleh Galadriel, alasannya memilih Bilbo: 'Saruman believes it is only great power that can hold evil in check, but that is not what I have found. I found it is the small everyday deeds of ordinary folks that keep the darkness at bay. Small acts of kindness dan love. Why Bilbo Baggins? Perhaps because I am afraid, and he gives me courage.'
Soal film ini, karena alurnya sengaja dipanjang-panjangkan biar bisa jadi beberapa film, hasilnya, film ini tidak berasa begitu 'mencekam'. Alurnya terlalu lambat dan detail-detailnya terlalu banyak (sok tau aja sih, soalnya ga baca bukunya juga :p).

Published with Blogger-droid v2.0.9

No comments:

Post a Comment