'... orang-orang ateis adalah saudaraku juga, yang memiliki keyakinan berbeda. Setiap kata yang mereka ucapkan menunjukkan keyakinan mereka. Seperti aku, mereka melangkah sejauh yang dimungkinkan akal - setelah itu mereka membuat lompatan.
Sejujurnya, bukan orang-orang ateis yang terasa mengganjal bagiku, melainkan orang-orang agnostik. Boleh-boleh saja merasa ragu selama beberapa waktu. Kita semua mesti melewati Taman Getsemani. Kristus saja pernah merasa ragu, apalagi kita. Kristus pernah semalaman berdoa dalam ketakutan, pernah berseru-seru dari kayu salib, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Berarti kita tentunya juga diperbolehkan merasa ragu. Tapi kita mesti jalan terus. Memilih keraguan sebagai falsafah hidup sama halnya memilih kemandekan sebagai sarana transportasi.' (Yann Martel, Life of Pi)
Absence of evidence does not equal evidence of absence - dr. David Hussong (of FDA and the USP Microbiology and Sterility Assurance Expert Committe)
Wednesday, December 5, 2012
Mengutip.. (saja :p)
Published with Blogger-droid v2.0.9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kan katanya agnostik ada dua, Neng: agnostik-deis & agnostik-ateis. Kata Wiki . . . (Reni)
ReplyDeleteOh gitu ya? Kirain, klo liat definisinya.. agnostik, deis, dan ateis ya masing2 aja :p
ReplyDeleteHehehe, namanya juga mengutip, Neng. (Maklumlah, pikiran saya ga orisinil, jadinya cuma bisa ngutip ;p) Eh, tapi keren deh Neng, di halaman Wiki "Agnosticism" ada diagram Venn-nya. Niat sekali para kontributor itu :)
DeleteBTW, mengoreksi komen terdahulu, harusnya agnostik-teis, bukan agnostik-deis. Maaf.
Iya..saya ngefans sama wiki, kereen! :)
DeleteSaya agak serem sebetulnya, neng, sama faham-faham spt ini.. Takut terpengaruh, secara saya gampang terpengaruh :D