Hari ini ada ngobrol juga soal Lumpur Sidoarjo (LUSI) a.k.a Lumpur Lapindo, gara-gara memperlihatkan foto-foto di kamera waktu berkunjung ke lokasi LUSI akhir minggu lalu. Berdasarkan cerita narasumber waktu itu, saya mendapatkan informasi tentang fakta-fakta soal LUSI dan penyebabnya yang masih diperdebatkan sampai saat ini. Panjang sih ceritanya, dan banyak data-data teknis yang ngga semuanya bisa saya mengerti. Pemaparan narasumber diantaranya menjelaskan bahwa LUSI ini merupakan fenomena alam yang disebut dengan gunung lumpur (mud volcano), dari zaman dulu juga sudah ada, misalnya ada Ciuyah di Kuningan, atau Bledug Kuwu di Purwodadi, dsb., terus dibahas juga setiap penyebab-penyebab yang diajukan dan analisisnya.
Mengutip dari materi yang dibagikan saat kunjungan, penyebab yang pernah diajukan diantaranya:
- kelalaian/kesalahan teknik pengeboran sumur Banjirpanji-1 yang dibor sekitar 200 meter dari pusat semburan,
- aktivitas tektonik yang berhubungan dengan kegiatan gempa yang berpusat di Yogyakarta yang terjadi dua hari (27 Mei 2006) sebelum semburan lumpur panas terjadi,
- aktivitas geothermal/panasbumi dari kompleks gunungapi Anjasmoro-Welirang-Arjuno di sebelah selatan semburan,
- kombinasi ketiga efek tersebut.
Opini-opini di atas dibahas dan data-data pendukungnya dipaparkan. Kesimpulan akhirnya sih, menurut beliau, dari data-data tersebut, pemicu yang paling mungkin adalah Gempa Yogya, LUSI tidak ada hubungannya dengan aktivitas pengeboran, tanpa pengeboran pun, fenomena LUSI tetap akan terjadi. Mereka (Lapindo) hanya sial melakukan pengeboran di tempat dan waktu yang salah.
Nah, temen saya berpikir kalo ini pasti politisasi, ditutupi dan dimanipulasi, karena menyangkut grup Bakrie. Jujur, awalnya saya juga cenderung berpikir begitu, saya pikir informasi-informasi yang selama ini ada di media (yang memang cenderung mengarahkan opini publik dan bukannya menyajikan data secara objektif) memang disajikan untuk mendukung kepentingan tertentu. Mungkin hal ini juga memang benar terjadi, tapi faktanya kan ngga mesti salah satunya, maksud saya, bisa aja apa yang diberitakan memang yang sebenarnya. Trus, gimana kita tau apa yang sebenarnya terjadi??
Ada kutipan yang bagus soal ini, masih dari materi kemarin (kutipan juga ;p):
Lihatlah di balik berita. Letakkan segala sesuatu dalam perspektif. Carilah korelasi-korelasi, enyahkan prasangka. Telitilah melalui opini untuk mencari dasar faktual. Ujilah asumsi-asumsi. Lontarkan pertanyaan. Dan tuntut jawaban. -Patrick Lindsay,"Now is the Time", 2009-
Buat melihat kenyataan, kita mesti terbuka dan menghilangkan prasangka. Pengalaman saya, saat kita sudah berprasangka, kita sudah menentukan apa yang kita percaya, dan informasi setelahnya menjadi ngga penting. Kita percaya apa yang mau kita percaya.
PS. Soal LUSI, terlepas apa penyebab dan pemicu yang sebenarnya, saya tau, hal itu ngga penting buat para korban. Kenyataannya, LUSI sudah terjadi, banyak orang kehilangan harta, tempat tinggal dan pekerjaan. Tapi.. mengetahuinya menjadi penting untuk pembelajaran kita di masa mendatang. BTW, LUSI ini ternyata menarik juga loh, banyak hal baru yang saya pelajari, tapi sebelum diceritain di sini, mesti dibaca lagi.. :)
No comments:
Post a Comment