Absence of evidence does not equal evidence of absence - dr. David Hussong (of FDA and the USP Microbiology and Sterility Assurance Expert Committe)
Wednesday, May 30, 2012
kangen (repost ;p)
saya bukan panitia!!
Sunday, May 27, 2012
La dolce vita – Caper Papandayan
Lepas dari kawah yang tandus, perjalanan kemudian melewati jalan berbatu dengan lembah hijau di sisi kanannya. Jalan ini memutar sisi gunung, kemudian terputus longsor di satu titik (sejak 2010), sehingga kita terpaksa harus mengambil jalur menuruni lembah, melintasi sebuah sungai kecil, kemudian menanjak lagi memasuki hutan cantigi, melandai, menanjak, menurun sedikit, menanjak sedikit, hingga sampai ke suatu bukaan dengan padang rumput dan beberapa semak Edelweis, dengan pemandangan punggung gunung di sekelilingnya – Pondok Saladah. Saya ngga tau kenapa namanya Pondok Saladah, mungkin dulu di sini banyak Saladah (Bahasa Indonesia: selada) yang tumbuh. Senangnya sampe di sini, meskipun treknya ngga terlalu berat, tapi lumayan cape juga, terutama bahu yang udah lumayan ngga terlatih membawa beban – meskipun sebenernya ngga berat-berat amat sih, kan cuma bawa perbekalan pribadi.
Pondok Saladah ini merupakan area perkemahan yang cukup ramai, apalagi di musim liburan. Saat kami tiba, sudah ada banyak tenda didirikan, teman-teman saya yang cowok berkeliling sebentar untuk memilih area buat mendirikan tenda kami. Area yang kami pilih berada di dekat pepohonan, maksudnya biar tenda kami cukup terlindung dari terpaan angin, ditambah kami butuh dahan pohon untuk mendirikan bivak buat para cowok tidur.
Pemandangan dari lereng menuju Tegal Alun: trek menuju Pondok Saladah |
Rumpun Edelweis (Anaphalis javanica) di Tegal Alun |
(masih) Edelweis, bunganya kebanyakan masih kuncup |
Pemandangan saat pulang menuju Pondok Saladah |
The Fellowship of Edelweis :D |
Perjalanan pulang |
ps. Edelweis itu tumbuhan langka, bahkan katanya di Bromo sekarang sudah punah, makanya jangan dipetik yaa, cukup dinikmati secara visual saja, ambil foto sepuas-puasnya. Temen saya bilang, Edelweis itu berarti karena perjalanan panjang yang harus kita tempuh untuk menjumpainya, dan saat kita bawa turun, maka bunga itu jadi ngga ada artinya lagi, gitu deh kira-kira. Papandayan ini adalah salah satu tempat yang direkomendasikan selain Alun-alun Surya Kencana dan Mandalawangi (di TN. Gede-Pangrango) dan Rinjani untuk menikmati padang Edelweis.
Monday, May 21, 2012
because it's there
Mallory mendaki Everest bersama Sandy Irvine pada tahun 1924, ini adalah kali ketiga usahanya menuju puncak Everest. Kebayang ngga sih gimana beratnya ekspedisi beliau ini? Dengan keterbatasan teknologi di masa itu? Katanya, pada masa itu seluruh dunia lagi heboh-hebohnya melakukan banyak penjelajahan, diantaranya ekspedisi ke kutub utara dan kutub selatan. Kesuksesan ekspedisi kedua kutub itulah katanya yang menginspirasi Mallory untuk menaklukkan kutub ketiga di dunia, Everest. Mallory adalah orang pertama yang menjelajah Everest, merintis jalur pendakian sendiri, dan menjadi perintis metode pendakian gunung tinggi yang sampai saat ini masih diterapkan oleh para pendaki-yaitu menerapkan pendekatan nyaris seperti penyerbuan militer (kata film ini), dimana dia mendirikan beberapa camp sepanjang jalur pendakian, kemudian bolak-balik antarcamp ini (untuk menyiapkan logistik, merintis jalur, sekaligus aklimatisasi). Keren ya?! Dia menjadi yang pertama sebelum 29 tahun kemudian ada ekspedisi Sir Edmund Hillary yang dianggap sebagai ekspedisi Everest resmi yang pertama.
Tahun 1921 ekspedisinya yang pertama dilakukan, tapi terpaksa dihentikan karena kendala cuaca-seperti ekspedisi tim seven summit sekarang. Ekspedisi kedua, gagal setelah tujuh rekan pendakinya tewas akibat longsoran salju. Peristiwa ini sebetulnya membuat dia merasa bersalah dan trauma untuk kembali ke Everest, tapi saat tau akan ada ekspedisi lagi, dia tentu saja ngga mau ketinggalan, meskipun sebetulnya dia agak galau juga sih buat meninggalkan istri dan ketiga anaknya. Toh, akhirnya ketertarikannya pada Everest menang dan sang istri tercinta pun dia tinggalkan. Soal ini, ada narasumber yang menggambarkan hubungan Mallory, istrinya (Ruth), dan Everest sebagai cinta segitiga. Saat bersama Ruth, Mallory memimpikan Everest, dan saat di Everest, Mallory memikirkan Ruth. Aaah... So sweet banget ya?! Udah gitu, romantismenya diperkental dengan kebiasaan mereka menulis surat (seperti orang-orang di masa itu pada umumnya)-yang kayanya udah hampir punah di zaman sekarang.
Film ini awalnya dibuka oleh narasi Mallory dan Irvine yang terakhir terlihat sekitar 800 kaki dari puncak dan kemudian mereka hilang. Pencarian dilakukan, mereka tidak ditemukan. Pertanyaan besarnya adalah, apakah mereka berhasil mencapai puncak sebelum hilang?
Banyak yang ngga yakin mereka hilang setelah berhasil mencapai puncak, karena katanya tampak agak sulit untuk mereka melewati satu rintangan terakhir yang namanya Second Step.
Nah, 75 tahun kemudian, pencarian jasad Mallory dan Irvine dilakukan, dan nasib mempertemukan jasad Mallory yang masih utuh dengan Conrad Anker, pendaki yang kemudian berusaha merekonstruksi metode pendakian Mallory dan mencoba menjawab apakah Mallory sampai puncak atau tidak.
Pada 2007, Pak Anker ini kemudian merekonstruksi pakaian yang digunakan Mallory, kemudian bersama partner mendakinya, mencoba pakaian tersebut di beberapa rute menuju Everest. Di akhir film, Anker juga melintasi Second Step dengan mendaki bebas (tanpa bantuan tangga yang sebetulnya dipasang disitu oleh tim dari China pada 1975 - si tangga di-remove dulu untuk merekreasi kondisi waktu Mallory mendakinya 83 tahun sebelumnya). Kesimpulannya?! Berhasil ngga ya?? Penasaran ngga?! Nonton aja sendiri, dijamin bakal ikutan menggigil dan kedinginan dan deg-degan serta terpesona kemegahan Everest ;D
Oh ya, satu lagi alasan kenapa dipercaya kalo mereka mungkin sudah mencapai puncak adalah, pada jasad Mallory, semua barang yang dia bawa ditemukan lengkap, hanya satu yang ngga ada, yaitu foto istrinya, Ruth, yang dia janjikan akan dia simpan di puncak. Waah..romantis abis ya, Pak Mallory ini. Info lainnya, sayangnya jasad Sandy Irvine masih tetap belum ditemukan.
Friday, May 18, 2012
lagi di salman niih :D
Hari ini libur, tapi dari setengah tujuh udah beredar aja. Jalanan belum terlalu rame, jadi jam 7.15-an (lebih awal 15 menit) saya udah nyampe di lokasi janjian-mesjid salman. Masih pagi, mesjid lagi dibersihkan, bangku-bangku tempat duduk di selasarnya lagi dirapikan, trus lantainya disapu dan dipel.
Udah lama ngga ke sini, sekarang tempat wudhunya udah berubah, ngga tau sejak kapan, terakhir saya ke sini, jumlah toiletnya belum nambah, sekarang udah nambah banyak. Itu aja siy yang baru, sejak terakhir saya ke sini (awal januari, kalo ga salah).
Kalo ke sini, pastinya bakal ketemu sama akhi dan ukhti saudara seagama :) Tipikalnya ngga banyak berubah rasanya, akhwat-akhwat biasanya bergamis dan berjilbab lebar, yang ikhwan tampilannya juga khas, biasanya pake celana ngatung (memperlihatkan mata kaki) dan kadang berjenggot (bisa banyak atau sedikit, alakadarnya ;p). Ketemu para akhwat kadang bikin saya jadi minder deh, rasanya saya ngga cukup akhwat untuk dibilang akhwat, ngerti kan?! Rasanya kerudung saya ngga cukup syar'i, saya masih ngga bisa lepas dari celana panjang dan kaos-jadi berasa preman :p Udah gitu bacaan Quran saya masih ngga tartil, hapalannya juga ngga nambah-nambah, tilawah seingetnya, jangankan mau Qiyamul lail.. Huu..pokoknya jadi merembet kemana-mana deh. Dan ironisnya, sepertinya hal ini juga ngga nambah motivasi buat saya untuk menjadi lebih 'akhwat'.
Jadi inget dulu pernah ikutan rapat apa gitu di sini, ikhwan dan akhwatnya duduk jauh-jauhan, waktu ada yang ngomong jadinya ngga terlalu kedengeran, udah gitu ngga keliatan juga siapa yang ngomong. Berhubung saya merasa kalo memandang bisa membantu mendengar (apalagi kalo jauh), alhasil saya malah sibuk cari posisi buat bisa melihat pembicara dengan jelas :D
Thursday, May 17, 2012
packing
Beres-beres barang yang akan dibawa bepergian adalah salah satu persiapan bepergian yang agak ribet dan bikin males sebetulnya. Tapi, mau ngga mau ya mesti dilakukan-demi perjalanan yang berkualitas dalam segala aspek; kenyamanan fisik dan psikis, visual, finansial, dll. Tentu saja saya akan sangat menyesal jika perjalanan yang mestinya menyenangkan harus dirusak ketidaknyamanan gara-gara saya ngga packing dengan rapi.
Untuk memastikan semua barang yang diperlukan (dan hanya yang perlu saja) dikemas dan dibawa pergi, biasanya saya buat dulu daftarnya. Buat menulis daftar tsb., saya harus memastikan dulu itinerary-nya, pergi ke mana aja, berapa lama, akan ngapain aja, gimana kira-kira cuacanya di tempat tujuan, apa saya bakal nemu tempat buat mandi, perlu buat ganti baju atau ngga, bakal nemu tempat makan atau ngga, berapa kali kira-kira saya bakal makan (ini utamanya kalo pergi camping atau hiking-harus dipastikan berapa jumlah ransum yang harus dibawa-termasuk berapa Liter kira-kira air yang mesti dibekal, jangan sampe kelaparan dan dehidrasi, ngga keren dong ;p). Dan ingat juga untuk memikirkan worst case, misalnya dengan kondisi cuaca yang ngga jelas seperti sekarang, kita mesti siap dengan kemungkinan ketemu hujan (biarpun kecenderungannya panas)-jadi mesti prepare juga jaket dan atau payung dan atau jas hujan. Biar tidur malem ngga kedinginan, pastikan pake baju yang cukup hangat, kaos kaki dan cadangannya, dll. Tambahan, misalkan bakal ada acara basah-basahan, ya berarti mesti bawa baju ganti dan drybag atau kantong plastik. Nah, gitu deh kira-kira persiapan untuk kenyamanan fisik.
Untuk lebih tentram lagi menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi, kita juga mesti menyiapkan bekal finansial yang cukup dan pastikan juga ngga berlebihan, ntar tekor!! ;p
Terakhir, untuk kepentingan dokumentasi dan komunikasi, pastikan juga kameranya dibawa dan baterainya full (klo perginya lama, ya berarti mesti bawa chargernya juga atau baterai cadangan), trus baterai ponsel juga penuh (bisa bawa charger dan atau baterai cadangan juga).
Begitulah, selamat packing dan berjalan-jalan!! :D
Saturday, May 12, 2012
mari kembali menggunung!!
sungai mengalir indah ke samudra
bersama teman, bertualang
Yuk kita liat dulu Pedoman Mendaki Gunung versi Paulo Coelho, lagi-lagi dari Seperti Sungai yang Mengalir, lihat di halaman 15-19 :)
- Pilihlah gunung yang hendak didaki
- Pelajari cara mencapai gunung tersebut
- Belajarlah dari orang yang sudah pernah sampai ke sana
- Bahaya-bahaya, setelah dilihat dari dekat, bisa dikendalikan
- Lanskapnya berubah-ubah, jadi manfaatkanlah sebaik-baiknya
- Hormati tubuh Anda
- Hormati jiwa Anda
- Bersiaplah untuk berjalan lebih jauh
- Bersukacitalah sesampainya di puncak
- Ikrarkan
- Ceritakan kisah Anda
Friday, May 11, 2012
konflik internal – edisi curhat superlebay (versi saya ;p)
penduduk sampai 2017
Dua hari yang lalu, pulang sedikit agak malem setelah temu kangen sama kursi bioskop dan lebih mengistirahatkan otak dengan nonton film yang ngga pake mikir, saya menemukan selembar ktp di atas rak. Eh, ternyata ktp saya yang diperpanjang dua (nyaris tiga) bulan yang lalu itu akhirnya menemukan jalannya untuk ketemu sama pemiliknya. Kejutan yang menyenangkan, si ktp diantar sama pak rt yang menerima sang ktp dari pak rw yang datang ke kecamatan dan dititipi ktp itu sama petugas kecamatan, soalnya katanya ktpnya sudah lama ngga ada yang ngambil. Jadi...saya aman deh sampe 2017 :D Alhamdulillah ngga usah izin lagi, ngga apa-apa deh foto di ktpnya miring juga, yang penting ada :)
Ngomong-ngomong itu e-ktp apa kabarnya ya?! Katanya mau bulan maret, tapi sampe sekarang kok ngga ada beritanya lagi. Padahal mestinya yang tinggal di daerah agak kota kan bisa lebih update. Aneh!
Oh ya, kesimpulan yang saya dapet setelah nonton the avengers kemaren adalah.. Jangan memilih untuk tinggal di kota besar, lebih baik tinggal di kota kecil saja. Meskipun hampir nggak mungkin ketemu superhero di kota kecil, tapi ngga bakal ada juga supervillain yang bakal meluluhlantakkan tempat tinggal kita.