Mallory mendaki Everest bersama Sandy Irvine pada tahun 1924, ini adalah kali ketiga usahanya menuju puncak Everest. Kebayang ngga sih gimana beratnya ekspedisi beliau ini? Dengan keterbatasan teknologi di masa itu? Katanya, pada masa itu seluruh dunia lagi heboh-hebohnya melakukan banyak penjelajahan, diantaranya ekspedisi ke kutub utara dan kutub selatan. Kesuksesan ekspedisi kedua kutub itulah katanya yang menginspirasi Mallory untuk menaklukkan kutub ketiga di dunia, Everest. Mallory adalah orang pertama yang menjelajah Everest, merintis jalur pendakian sendiri, dan menjadi perintis metode pendakian gunung tinggi yang sampai saat ini masih diterapkan oleh para pendaki-yaitu menerapkan pendekatan nyaris seperti penyerbuan militer (kata film ini), dimana dia mendirikan beberapa camp sepanjang jalur pendakian, kemudian bolak-balik antarcamp ini (untuk menyiapkan logistik, merintis jalur, sekaligus aklimatisasi). Keren ya?! Dia menjadi yang pertama sebelum 29 tahun kemudian ada ekspedisi Sir Edmund Hillary yang dianggap sebagai ekspedisi Everest resmi yang pertama.
Tahun 1921 ekspedisinya yang pertama dilakukan, tapi terpaksa dihentikan karena kendala cuaca-seperti ekspedisi tim seven summit sekarang. Ekspedisi kedua, gagal setelah tujuh rekan pendakinya tewas akibat longsoran salju. Peristiwa ini sebetulnya membuat dia merasa bersalah dan trauma untuk kembali ke Everest, tapi saat tau akan ada ekspedisi lagi, dia tentu saja ngga mau ketinggalan, meskipun sebetulnya dia agak galau juga sih buat meninggalkan istri dan ketiga anaknya. Toh, akhirnya ketertarikannya pada Everest menang dan sang istri tercinta pun dia tinggalkan. Soal ini, ada narasumber yang menggambarkan hubungan Mallory, istrinya (Ruth), dan Everest sebagai cinta segitiga. Saat bersama Ruth, Mallory memimpikan Everest, dan saat di Everest, Mallory memikirkan Ruth. Aaah... So sweet banget ya?! Udah gitu, romantismenya diperkental dengan kebiasaan mereka menulis surat (seperti orang-orang di masa itu pada umumnya)-yang kayanya udah hampir punah di zaman sekarang.
Film ini awalnya dibuka oleh narasi Mallory dan Irvine yang terakhir terlihat sekitar 800 kaki dari puncak dan kemudian mereka hilang. Pencarian dilakukan, mereka tidak ditemukan. Pertanyaan besarnya adalah, apakah mereka berhasil mencapai puncak sebelum hilang?
Banyak yang ngga yakin mereka hilang setelah berhasil mencapai puncak, karena katanya tampak agak sulit untuk mereka melewati satu rintangan terakhir yang namanya Second Step.
Nah, 75 tahun kemudian, pencarian jasad Mallory dan Irvine dilakukan, dan nasib mempertemukan jasad Mallory yang masih utuh dengan Conrad Anker, pendaki yang kemudian berusaha merekonstruksi metode pendakian Mallory dan mencoba menjawab apakah Mallory sampai puncak atau tidak.
Pada 2007, Pak Anker ini kemudian merekonstruksi pakaian yang digunakan Mallory, kemudian bersama partner mendakinya, mencoba pakaian tersebut di beberapa rute menuju Everest. Di akhir film, Anker juga melintasi Second Step dengan mendaki bebas (tanpa bantuan tangga yang sebetulnya dipasang disitu oleh tim dari China pada 1975 - si tangga di-remove dulu untuk merekreasi kondisi waktu Mallory mendakinya 83 tahun sebelumnya). Kesimpulannya?! Berhasil ngga ya?? Penasaran ngga?! Nonton aja sendiri, dijamin bakal ikutan menggigil dan kedinginan dan deg-degan serta terpesona kemegahan Everest ;D
Oh ya, satu lagi alasan kenapa dipercaya kalo mereka mungkin sudah mencapai puncak adalah, pada jasad Mallory, semua barang yang dia bawa ditemukan lengkap, hanya satu yang ngga ada, yaitu foto istrinya, Ruth, yang dia janjikan akan dia simpan di puncak. Waah..romantis abis ya, Pak Mallory ini. Info lainnya, sayangnya jasad Sandy Irvine masih tetap belum ditemukan.
Published with Blogger-droid v2.0.4
No comments:
Post a Comment