Friday, May 11, 2012

konflik internal – edisi curhat superlebay (versi saya ;p)

Saya tidak suka dicereweti. (apakah kalimat ini benar secara bahasa?) Maka, mengikuti kaidah ‘perlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan’, saya sedapat mungkin menghindar dari kondisi dimana saya menjadi subjek – mencereweti. 

Sebagai individu yang cenderung keras kepala, saat saya menjadi objek kecerewetan seseorang, biasanya yang terjadi justru pemberontakan, resistensi. Misalnya, dulu ibu saya terus-terusan cerewet soal penggunaan kerudung. Sebenarnya, saya tahu bahwa salah satu kewajiban seorang muslimah adalah memakai jilbab, saya juga sudah mulai memikirkan untuk mematuhi kewajiban tersebut. Tapi, berhubung ibu saya cerewet duluan soal ini, saya jadi males, soalnya saya tidak mau dianggap memakai kerudung atas dasar menuruti kata-kata ibu saya. 

Nah, belajar dari pengalaman sendiri, saya pikir cerewet justru akan memperlambat pencapaian suatu tujuan. Semakin sering kita mengulang permintaan/perintah, maka semakin tidak efektif permintaan/perintah tersebut. Itulah sebabnya saya tidak mau cerewet. 

Tapi, berhubung dunia ini sangat luas dan penghuninya banyak – lebih dari tujuh miliar, maka variasi individu di dalamnya juga sangat besar. Pengalaman saya tidak sama dengan orang lain, kecenderungan saya berbeda dengan orang yang duduk di meja sebelah saya, apalagi dengan orang yang mejanya di ujung sana :D 

Saya tidak tahu apa sebabnya, tapi ternyata beberapa orang butuh untuk dimotivasi dengan kecerewetan orang lain untuk mengingatkan tugasnya. Tampaknya, menjelaskan secara baik-baik tidak membawa pengaruh apa-apa – setidaknya pengaruh yang saya harapkan. Kadang-kadang, yah, seringkali, saya frustrasi, karena saya harus cerewet, sementara, saya sama sekali tidak mau cerewet. Hadeuuh... lebay nih. Tapi sungguh, pertentangan ini melelahkan jiwa.

No comments:

Post a Comment