Nimbrung cerita soal banjir di Jakarta..
Mengutip status Anne Ahira: Tweet dari orang asing mengenai banjir di Jakarta: "Everywhere in the world flood is measured by 'centimeters' or 'meters'. Only in Indonesia flood is measured by 'dengkul', 'betis' and 'pinggang'. I am confused :-( " - haha!
Dalam hal ini, seperti negara lain, Indonesia menggunakan SI (satuan Indonesia), bukan SI (satuan internasional) :D Masih ingatkah pelajaran fisika di SMP? Saya sih samar-samar, sedikit dicerahkan setelah nanya mbah Google..
Sebelum ada satuan SI, orang-orang menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah, sebagai alat ukur panjang. [termasuk dengkul, betis, paha, pinggang, untuk mengukur kedalaman banjir :p]
Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data yang bervariasi, karena jengkal, paha, atau betis orang satu dengan lainnya tidak sama. Karena inilah, para ilmuwan masa lalu berpikir untuk menentukan satuan yang dapat berlaku secara umum.
Para ilmuwan ini mungkin nongkrong bareng (mungkin sambil ngeteh sore), menghasilkan suatu sistem satuan yang dapat berlaku di negara manapun dengan memberlakukan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh suatu satuan. Syarat-syarat tersebut adalah:
1. satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembapan.
2. bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
3. mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
Konon, pada tahun 1960 diresmikanlah satu sistem satuan yang dapat dipakai di seluruh negara (Internasional). Sistem ini disebut Sistem Internasional (SI). Satuan-satuan SI yang mempunyai syarat-syarat tersebut ditentukan dari sistem MKS (Meter sebagai satuan besaran panjang, Kilogram sebagai satuan besaran massa, Second sebagai satuan besaran waktu).
Oh ya, sebelum sistem MKS, ada juga yang namanya sistem CGS (Centimeter sebagai satuan.besaran panjang, Gram sebagai satuan besaran massa, dan Second sebagai satuan besaran waktu).
Apa ilmuwan Indonesia ngga diajakin nongkrong gitu ya? Kok sepertinya di sini, SI (Satuan Internasional) kalah pamor sama SI (Satuan Indonesia)?!
Tweet di status Anne Ahira di atas ditanggapi begini oleh temen saya: 'Ini balesan tweet dari org Indo: emangnya gak ada kerjaan ngukurin aer pake pengggaris or meteran... Rempong cyiinn=))'
Nah, dari situ kayanya ketauan yaa.. Kecenderungan kita, orang Indonesia - lebih suka nyebur nyelupin badan dan berbasah-basah buat ngukur sedalam apa air banjir, daripada nyelupin alat ukur :)
Bagaimana pun.. Orang Indonesia memang tangguh, meski banjir, tetep aja bersepeda, foto-foto, main air..
Despite of all the misfortune, life is beautiful, indeed!! ^_^
Informasi banjir setinggi lutut, betis kadang lebih bisa menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan daripada memakai standard baku centimeter atau meter.
ReplyDeleteDengkul siapa, ya jangan sok bodoh gitu, kan average saja untuk gambaran...
Be Smart, don't be stupid.
From Indonesian who live overseas.....
Sometimes that kind of information will give more idea about the real situation.
ReplyDeleteIt's more common sense.
From Indonesian who live overseas.
Proud to be Indonesian as many Indonesians smarter than others
Hai bapak/ibu/mas/mbak Anonymous, terima kasih sudah berkomentar..
ReplyDeleteMungkin buat orang yg tmasuk rata2, info spt ini mudah dipahami, sementara buat sy yg di bawah rata2, infonya jadi harus diproses lebih panjang.
Itu pendapat saya, ngga mesti setuju kok. Kayanya untuk hal seperti ini, bukan soal smart atau stupid.. Kalo saya sih ngga merasa lebih pintar dari orang lain, karena banyak banget yang saya ngga tau..