Friday, February 10, 2012

Seriously, i’m (not) having fun!!

Kemarin pagi jadi juga mengurus perpanjangan KTP. Biar ngga bolak-balik, sebelumnya saya cari dulu info soal prosedurnya, ke mana? Ke mbah google, tentu saja :) Ternyata info soal hal-hal begini ngga banyak tersedia. Beberapa sumber yang menurut saya lumayan informatif ada di website kota Bandung dan satu blog milik RT. Jadi mikir, keren ih, ada RT yang mau buat blog sendiri!! Seandainya semua RT kreatif begini :D 

Sebetulnya jam kerja kelurahan mulai jam berapa sih?! Saya awalnya datang sekitar jam 7.40, pintunya masih tertutup, jadi aja saya mesti pulang lagi. Percobaan kedua, saya datang jam 8.15-an, udah buka, tapi petugasnya lagi keluar (beli rokok ;p). Ngga berapa lama, petugasnya datang, trus ya gitu deh, petualangan dimulai. 

Jadi, buat perpanjangan KTP, pertama kita pergi ke kelurahan dengan membawa KTP terakhir (yang ngga diliat sama sekali ;p), pengantar RT dan atau RW, fotokopi Kartu Keluarga, dan dua lembar pas foto (2 x 3) cm. Trus di kelurahan ngisi formulir permohonan pembuatan KTP, di-registrasi (baca: disalin ke semacam buku besar dan dinomori) sama petugasnya, selesai! (di kelurahan). Kemudian, berkas yang diatas kita bawa ke kecamatan, di sana disalin lagi ke buku besar yang lain, diberi nomor registrasi lagi, trus kita dikasi resi (semacam pengganti) untuk pengambilan KTP nanti. Resinya berlaku 14 hari sejak penerbitan, jadi mestinya KTP itu harus sudah selesai setelah 14 hari. 

Sederhana kan?! Iya sih, tapi.. gimana yaaa?! Mungkin karena dasarnya saya ngga sabaran, saya jadi sering sebel dan kesel dengan pelayanan petugas kelurahan dan kecamatan yang lambat. Udah lambat, masih juga minta biaya administrasi di akhir. Yang lebih ganggu lagi, waktu ditanya, berapa, jawabnya terserah. Maksud saya, ya berarti kalo saya ngga ngasi juga boleh dong?! Bukan masalah jumlah rupiah, hanya saja, please deeeh.. dia cuma nyalin data ke buku, trus ngasi cap dan tanda tangan, dalam waktu yang relatif lama (kata saya). Parahnya, pelayanan yang lambat ini dianggap biasa dan waktu saya nanya, kesannya malah saya yang ngga sabaran (yang bisa jadi emang bener juga sih ;p). 

Hal yang lucu buat saya adalah keterangan yang ditempel di front desk-nya yang berbunyi: HARAP MENUNGGU DENGAN TENANG. Sepertinya, mereka udah tau, kalo pelayanan yang diberikan akan cenderung mengusik ketenangan, makanya kami yang datang untuk mendapatkan pelayanan ini butuh untuk diingatkan :D 

Cerita soal pelayanan publik oleh kantor pemerintah, kayanya saya punya banyak komentar soal ini. Salah satu komentar, menurut saya, mestinya kantor pemerintah itu pengelolaannya udah harus menerapkan sistem manajemen tertentu, misalnya ISO 9001 dsb., seperti di perusahaan-perusahaan. Tiap kantor mesti ada sertifikasinya, keren kan?! Sekolahan aja udah banyak yang tersertifikasi ISO, padahal urusannya mungkin ‘hanya’ terkait seribu orang murid, jauh lebih sedikit kalo dibandingkan dengan kantor kelurahan. Hasil kunjungan kemarin, di kelurahan tempat tinggal saya, ada 13.890 penduduk; 7.042 laki-laki dan 6.748 perempuan. Jumlah yang jauh lebih besar dari pada jumlah siswa di satu sekolah, kan?! Berkali-kali lipat dari jumlah karyawan suatu perusahaan, kan?! Jadi, kalo perusahaan dan sekolah yang urusannya ngga sebanyak kelurahan aja mesti menerapkan sistem manajemen mutu, apalagi kelurahan kan?! Ribet?! Ngga juga ah, jumlah penduduk bisa jadi banyak, tapi ngga akan semuanya serentak butuh KTP, Kartu Keluarga, dll. dalam waktu yang sama, kan?! Dan kayanya urusan kelurahan kan udah jelas jenisnya, ngga kaya perusahaan yang mungkin melakukan diversifikasi usaha, kalo kelurahan kan urusannya gitu-gitu aja, jadi mestinya lebih gampang untuk menerapkan sistem manajemen mutu yang berkualitas. 

Wah, jadi kepikiran ide buat mengurus kelurahan, nih, mari berkhayal!! :D

No comments:

Post a Comment