Thursday, April 26, 2012

kiat bepergian paulo coelho

Menjelang bepergian, mari kita simak kiat-kiat yang diberikan Paulo Coelho di buku Seperti Sungai yang Mengalir itu. Lihat di halaman 177-180. Begini kata beliau..

1. Hindari museum-museum, dengan alasan melihat-lihat masa kini tentu saja jauh lebih menarik daripada masa lalu. Mengunjungi museum membutuhkan waktu dan objektivitas, kita mesti sudah tau apa yang diharapkan untuk dilihat, sebab kalau tidak, pada akhirnya kita tidak akan mendapatkan pengalaman yang berkesan. 
Intinya mungkin kunjungannya tidak akan membekas. Ditambah lagi, kalo kata saya sih, sepertinya jika berkunjung di museum di Indonesia, rasanya ngga terlalu menarik - berdasarkan kunjungan ke beberapa museum - atau mungkin ini adalah efek karena saya tidak tahu harus mengharapkan apa yang akan dilihat di museum, atau mungkin karena saya hanya berkunjung secara singkat dan membawa penilaian subjektif.

2. Duduklah di bar-bar yang merupakan tempat paling tepat untuk mengamati kehidupan. Maksudnya bar, yaitu tempat-tempat orang-orang lokal untuk minum, ngobrol, atau sekadar berkumpul. Filosofinya, kita tidak bisa menilai keindahan suatu jalan hanya dengan memandanginya dari luar pintu gerbang.
Kalo di negara kita, bar ini sinonim dengan warung kopi kali ya.

3. Bersikap terbuka. Pemandu tur terbaik adalah penduduk setempat yang tahu segalanya tentang daerah itu, dan merasa bangga pada tempat tinggalnya, tetapi tidak bekerja untuk agen perjalanan mana pun. Keluarlah ke jalan, pilih orang yang ingin Anda ajak bicara, dan tanyakan sesuatu padanya. Kalau tidak berhasil, coba tanya orang lain - katanya dijamin di penghujung hari, kita pasti sudah menemukan teman mengobrol yang menyenangkan.
Cobain? Sepertinya agak susah ya, bukan mustahil sih, yang penting berani. Di masa kini dengan maraknya berbagai modus kejahatan, saya jadi inget pengalaman dulu, waktu ada orang asing yang mendekat, saya sudah waspada siapa tau orang itu mau menghipnotis. Eh, ternyata cuma tanya alamat. Paranoid! Trus, dengan kecenderungan setiap orang sudah pada punya ponsel - yang smart ataupun standar, sepertinya orang-orang cenderung lebih peduli dengan teman di ujung sana, ketimbang orang yang jelas-jelas hadir secara fisik di sekitar mereka. Kalo asik sendiri begitu, bisa ditanyain ngga ya?! Apakah orang-orang ramah masih ada di luar sana?   

4. Cobalah bepergian seorang diri, atau kalau Anda sudah menikah, pergi bersama pasangan Anda. Memang akan lebih berat, sebab tidak ada orang yang mengurusi Anda, tetapi dengan cara ini Anda bisa benar-benar meninggalkan negeri Anda sendiri. Bepergian bersama sekelompok orang berarti berkunjung ke negeri asing tetapi tetap berbicara dalam bahasa kita sendiri, mengikuti arahan apa pun yang diberikan pemimpin rombongan, dan lebih menaruh perhatian pada percakapan antara sesama anggota rombongan daripada tempat-tempat yang Anda kunjungi.
Nah, yang ini mengena banget. Saya belum bisa mengamalkan nih. Terlalu banyak kecemasan - yang mungkin sebenarnya jika dipikir secara rasional, sama sekali tidak beralasan - takut nyasar, mati gaya, dsb. Jadi, selamat ya buat yang sudah bepergian seorang diri. Hebat banget!! Siriiik!! Mau nyobain!!

5. Jangan membanding-bandingkan. Jangan membandingkan apa pun - harga-harga, standar-standar kebersihan, kualitas hidup, sarana transportasi, apa pun! Anda bepergian bukan untuk membuktikan bahwa Anda memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang-orang lainnya. Tujuan Anda bepergian adalah untuk melihat bagaimana orang-orang lain menjalani hidup mereka, apa yang bisa mereka ajarkan kepada Anda, bagaimana mereka menangani realitas serta hal-hal yang luar biasa.
Dan tentu saja tujuan bepergian bukan sekadar untuk mengambil foto diri berlatar berbagai objek yang kita kunjungi - dan ujung-ujungnya itu foto dipajang sebagai foto profil di situs jejaring sosial :D (dituliskan dengan gaya belagu dan sok tau ;p)

6. Pahamilah bahwa setiap orang bisa memahami Anda. Walaupun Anda tidak bisa bahasa setempat, jangan takut. Saya pernah berada di tempat-tempat yang tidak memungkinkan saya berkomunikasi dengan kata-kata sama sekali, dan saya menemukan dukungan, bimbingan, saran yang berguna, bahkan teman-teman wanita. Beberapa orang merasa takut bepergian seorang diri, mereka pikir mereka akan langsung tersesat begitu ke luar jalan. Yang penting, jangan lupa membawa kartu nama hotel di saku Anda dan-kalau sampai tidak ada cara lain lagi-Anda tinggal menyetop taksi dan menunjukkan kartu itu kepada sopirnya.
Iya sih, komunikasi kan tidak mesti melalui kata-kata saja. Bahasa tubuh dan ekspresi wajah sepertinya lebih universal (selain bahasa cinta? ;p). Tapi bawa kartu nama hotel dan menunjukkan ke sopir taksi juga belum tentu menjadi akhir yang bahagia, bisa aja sopirnya bukan orang baik-baik-anggota komplotan kejahatan terhadap turis, mungkin? atau seperti yang dialami teman saya, sopir taksinya tidak mengantarkan hingga ke tempat tujuan, atau malah dibawa muter-muter dulu, siapa tau kan? Yah, berpikir positif saja lah ya.. dan berdoa.. :)

7. Jangan berbelanja terlalu banyak. Belanjakan uang Anda untuk hal-hal yang tidak perlu Anda bawa-bawa: tiket-tiket untuk menonton drama yang bagus, restoran-restoran, perjalanan-perjalanan. Zaman sekarang, dengan ekonomi global serta Internet, Anda bisa membeli apa saja yang Anda inginkan tanpa perlu membayar biaya kelebihan bagasi.
Sangat setuju deh kalo yang ini. Jadi, jangan memberatkan teman atau saudara yang bepergian dengan meminta mereka membawakan buah tangan, cukup doakan saja perjalanannya menyenangkan dan berkesan! Atau ikut saja sekalian ;p

8. Jangan mencoba melihat seluruh dunia dalam sebulan. Jauh lebih baik kalau Anda tinggal di satu kota selama empat atau lima hari, daripada mengunjungi lima kota dalam seminggu. Sebuah kota bisa diibaratkan seorang wanita yang sulit didekati. Anda memerlukan waktu untuk menarik perhatiannya, sampai dia bersedia mengungkapkan dirinya sepenuhnya.
Ini juga lagi-lagi mengena, kadang-kadang karena hanya bisa bepergian dalam waktu yang terbatas, saya terlalu terfokus pada jumlah objek yang bisa dikunjungi. Btw, analoginya menarik ya?! Analogi lain, ibarat kuliah di jurusan farmasi-setidaknya di masa saya kuliah bertahun-tahun yang lalu-belajar sedikit tentang ilmu kedokteran, sedikit tentang anatomi, sedikit tentang penyakit, sedikit tentang biologi, sedikit tentang kimia, sedikit tentang teknologi, sedikit tentang kinetika obat, sedikit tentang analisis, dsb., dalam waktu yang singkat, dan akhirnya cuma tau sedikit-sedikit tentang banyak hal, ibaratnya hanya mengenali lapisan terluar dari satu siung bawang, tanpa tau lapisan-lapisan terdalamnya. Tapi yah, sesuai kata salah satu dosen kalkulus, kuliah itu intinya mengajarkan cara belajar, bukan ngasi bahan pelajarannya (kira-kira gitu deh, kata beliau-mungkin perkataan ini dilatarbelakangi rasa frustrasi beliau mengajarkan kalkulus berulang-ulang pada para mahasiswa yang tetap memasang muka bingung setelah sekian kali pengulangan penjelasan) ;p

9. Perjalanan adalah petualangan. Henry Miller pernah berkata bahwa jauh lebih penting untuk menemukan gereja yang belum pernah didengar siapa pun ketimbang pergi ke Roma dan merasa wajib mengunjungi Kapel Sistine bersama dua ratus ribu turis lainnya yang berbicara dengan suara berisik di telinga Anda. Pergilah ke Kapel Sistine, tetapi jelajahi jalanan-jalanannya, gang-gang kecilnya, nikmati kebebasan dalam mencari sesuatu-entah apa, Anda tidak tau pasti, pokoknya sesuatu yang, kalau Anda temukan, pasti akan mengubah hidup Anda.
Siapa Henry Miller? Beliau ini salah satu penulis favorit Paulo Coelho, lihat saja info tentang beliau di wiki.

Akhirnya, selamat bepergian dan mari kita amalkan kiat-kiat di atas. Bon voyage! 


No comments:

Post a Comment