Saturday, June 30, 2012

NGI Juli

Di NGI bulan Juli 2012, ada artikel yang berjudul Suara-Suara yang Sirna. Artikel ini ditulis oleh Russ Rymer dengan disertai foto oleh Lynn Johnson. Russ Rymer adalah penulis Genie: A Scientific Tragedy, kisah anak teraniaya yang kasusnya membantu para ilmuwan meneliti proses belajar bahasa, sedangkan Lynn Johnson adalah fotografer kontributor National Geographic.

Artikel ini dibuka dengan kalimat berikut:

Satu bahasa punah setiap 14 hari. Sebelum abad berganti, hampir setengah dari sekitar 7.000 bahasa yang dipakai di bumi mungkin akan punah, karena masyarakat mengganti bahasa ibunya dengan bahasa Inggris, Mandarin, atau Spanyol. Apa yang hilang ketika suatu bahasa lenyap?

Kalo mau baca lebih lengkap, liat aja di sini.

Untuk muatan lokalnya, ada artikel soal kelelawar. Kelelawar dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelelawar pemakan buah dan nektar dan kelelawar pemakan serangga. Perbedaan pakan ini juga membedakan morfologi mereka. Golongan pemakan buah dan nektar memiliki mata besar dengan fungsi normal, telinganya kecil - karena tidak digunakan untuk navigasi, giginya tidak tajam (karena hanya untuk mengunyah buah), ukuran tubuh rata-rata lebih besar (rentang sayap hingga 1.5 meter), dan mengandalkan penglihatan untuk bernavigasi.

Golongan pemakan serangga memiliki mata kecil yang tidak berfungsi maksimal, navigasinya menggunakan teknik ekolokasi, sehingga ukuran telinganya juga lebih besar, sebab berfungsi untuk menangkap suara ultrasonik yang dipantulkan, giginya tajam, dan ukuran tubuhnya lebih kecil (rentang sayap terkecil 10-15 cm).

Di satu cerita dalam artikel ini, penulisnya mengikuti perjalanan pemburu kelelawar yang menangkap kelelawar untuk dijual sebagai bahan masakan. Tega banget ya, makan kelelawar. Katanya sih, dagingnya dapat mengobati penyakit. Selain diburu, tantangan hidup para kelelawar ini juga berupa gangguan habitat akibat pertambangan fosfat. Gara-gara ini, populasi kelelawar terancam loh, padahal, sebenarnya keberadaan kelelawar membawa manfaat yang besar untuk manusia. Kelelawar berfungsi sebagai predator nyamuk-nyamuk malaria, juga membantu penyerbukan, dsb., yang ujung-ujungnya juga membantu kepentingan kehidupan manusia.

Jadi, buat pemakan daging kelelawar, carilah makanan lain, jadilah omnivora selektif, masih banyak kok makanan lain yang lebih layak-makan, demi kepentingan kita sendiri..

sarkasme

sarkasme n (penggunaan) kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar

sarkastis a bersifat mengejek; mengandung sarkasme: ia bicara dengan nada --

Kata temen saya, saya orangnya sarkastis, beberapa orang temen lain juga bilang begitu. Berarti bener ya?! Aduh, maafkan ya kawans, kalo ada yang pernah jadi korban kepedasan kata-kata saya. Semoga ke depan saya bisa lebih menahan diri buat tidak berkomentar pedas.

Sebagai kata-kata penghiburan, jika mungkin, anggap saja sarkasme tersebut adalah bentuk kedekatan emosional. Kalo saya ngga merasa dekat, saya ngga akan ngejekin, kok, percayalah ^_^

Kalo boleh berargumen, sepertinya 'keahlian' ini saya dapatkan dari keluarga saya - terutama Ibu saya. Candaan kami di rumah memang gitu. Berhubung saya anak yang paling kecil, saya harus mengembangkan metode pembelaan diri sejak dini, maka begitulah, sebelum diledekin yang lain, saya harus sudah siap buat ngeledekin duluan.

Thursday, June 28, 2012

badai pasti berlalu.. (semoga :D)

Foto pertama adalah penampakan meja kerja saya kemarin, sekitar jam sepuluh lewat.

Foto kedua adalah penampakan meja saya tadi sore sebelum pulang.

Ngga ada bedanya ya?! Padahal perasaan kemaren kerjaan yang saya sudah selesaikan lumayan banyak (cuma perasaan aja berarti ya :D). Tadi sore, ditinggal training sekitar dua jam, tau-tau saya disambut setumpuk dokumen yang baru dateng lagi.

Tadinya saya panik dengan antrian kerjaan yang cukup panjang - soalnya selama ini ngga pernah segitunya, bahkan beberapa waktu yang lalu itu tumpukan kerjaan sempet kebawa mimpi - lucu juga, setelah sekian lama ngga pernah lagi mimpi soal kerjaan. Kalo banyak begini, saya juga suka bingung mesti mulai dari mana, akhirnya saya malah jadi bikin daftar pekerjaan, secara kronologis atau berdasarkan urgensinya. Setelah dibuat daftar, ternyata kerjaannya ngga sebanyak yang terlihat. Sekarang, kayanya saya menemukan optimisme baru (apa mungkin udah mulai merasa cuma bisa pasrah aja :p), ya udah, kerjain aja.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Monday, June 25, 2012

Caper Lawu-Sangiran (bagian 3 - penultimate)

Lanjut lagi!! Sampe di mana ya? Liat dulu awalnya di sini dan tengahnya di sono :)

Habis Maghrib, makan nasi soto dan minum kopi sambil menyimak obrolan teman-teman yang lain di teras depan rumah, seru deh, hawa di Tawangmangu tuh mirip seperti di Lembang, jadinya enak, adem. Salah satu Bapak peserta bercerita soal absennya beliau di trip Bromo, waktu itu beliau sedang ada acara lain - menikahkan anaknya. Bapak ini adalah seorang pengusaha dengan berbagai macam usaha, ngga sekadar usaha, tapi beliau ini juga membantu orang lain dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat. Soal ini, beliau mengatakan bahwa buat beliau rasanya sudah bukan saatnya lagi untuk mencari kenyamanan diri sendiri tanpa mengajak orang-orang di sekitarnya untuk sama-sama maju. Salah satu usaha beliau adalah mengembangkan usaha keripik pisang resep ibunya. Jadi, beberapa orang binaan diberikan pelatihan dan bantuan lainnya hingga mereka mampu memproduksi keripik pisang yang sesuai dengan standar rasa dan pemerian yang telah ditetapkan. Buat yang memenuhi syarat, mereka ngga usah repot mikir mau dijual kemana, nantinya keripik pisang ini akan dibantu dipasarkan oleh beliau. Keren ya?!

Trus cerita lagi soal nikahan anaknya, waktu itu katanya dia mengundang Didi Nini Thowok untuk menari, trus cerita soal gimana susahnya untuk menghubungi sang maestro ini, perjuangan beliau untuk membujuk, dst., sampe akhirnya Mas Didi ini bersedia untuk menari. Hal lain yang unik adalah inovasi beliau dalam memberikan suvenir kepada para undangan berupa foto diri masing-masing undangan. Bukan polaroid, tapi mirip teknologi photo-box dengan resolusi yang jauh lebih tinggi. Pasti undangannya terkesan sekali ya?!

Lepas ngobrol dan sholat Isya, sekitar jam delapan malam kami mulai ngumpul di ruang depan untuk mendengarkan kuliah malam. Materinya mengulas situs-situs yang kami kunjungi seharian tadi dan tujuan besok, Sangiran. Di sini, ada peserta dari suatu kelompok minat khusus yang mengkaji soal sejarah Indonesia, dari pertanyaan-pertanyaan mereka, sepertinya mereka ini termasuk kelompok yang meyakini bahwa kebudayaan di Indonesia jauh lebih tua dari kebudayaan lain di dunia. Misalnya, saat dijelaskan pola migrasi manusia (Ini gambaran kasar aja ya. Berdasarkan penelitian mutasi pada gen, diketahui bahwa manusia dengan materi genetik yang paling bervariasi dan mutasi-mutasi awal ada di Afrika, sementara di benua lain, ternyata variasinya ngga begitu banyak. Hal ini berarti manusia menyebar ke benua lain dari Afrika), pertanyaan mereka adalah, 'Jika dilihat dari kemiripan budaya dunia dengan yang ada di dunia, apakah mungkin jika sebenarnya orang Indonesia zaman dulu yang justru menyebar ke luar?' Kalo kata narasumber sih, bukti ilmiah dari materi genetik ini sepertinya lebih dapat dipercaya daripada asumsi-asumsi (yang sepertinya ngga meyakinkan ya?!). Kalo saya sih jadi penasaran, kenapa sih orang-orang kelompok ini (termasuk yang percaya Indonesia adalah Atlantis) sangat ingin sekali percaya jika orang-orang zaman dulu yang tinggal di kepulauan ini adalah masyarakat yang berbudaya tinggi dan menguasai teknologi? Terus kenapa memangnya? Kalau pun ternyata benar, bukannya justru malah ironis kalo dibandingkan dengan kondisi aktual?

Kuliah berlanjut ke materi hominid, Homo erectus, teori evolusi, dsb. dikaitkan juga dengan geologi. Selanjutnya, kita mengutip bebas saja ya :)

Tahun 1871, Charles Darwin dalam bukunya, The Descent of Man, menguraikan alasan untuk memercayai bahwa manusia dan kera memiliki leluhur jauh yang sama dan bahwa tak peduli bagaimana pun anehnya, telah berevolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap. Darwin meyakini bahwa manusia adalah produk evolusi. Atribut-atribut manusia yang terhebat sekalipun, kecerdasan dan ungkapan emosional kita, bisa saja dihasilkan oleh seleksi alamiah sehingga memungkinkan kita berevolusi dari leluhur-leluhur hewan. Kecerdasan manusia dipercaya Darwin muncul sehubungan dengan perubahan gaya hidup. Leluhur nenek moyang manusia dan kera awalnya penghuni pepohonan, kemudian secara bertahap mulai hidup di darat. Di darat, mereka berjalan dengan dua kaki, sehingga membebaskan kedua tangan mereka untuk memanipulasi benda-benda, dan pada akhirnya, untuk menciptakan perkakas. Hal ini menyediakan batu loncatan bagi perkembangan kecerdasan karena seleksi alamiah selanjutnya akan memelihara ukuran otak yang terus mengalami peningkatan, yang diperlukan untuk ketangkasan tangan.

Terobsesi dengan tulisan Darwin bahwa manusia purba 'missing link' antara kera dan manusia modern harus dicari di benua-benua selatan, maka Eugene Dubois - seorang dokter Belanda ahli anatomi - datang ke Indonesia untuk menemukan rantai evolusi yang hilang itu. Awalnya beliau ini menjelajah ke Sumatera (atau Sumatra? saat cari tau mana yang benar, ternyata.. kata KBBI, yang sesuai EYD adalah Sumatra, tapi di dokumen-dokumen resmi pemerintahan, justru digunakan Sumatera ;p), trus ke Jawa hingga pada 1891-1892 Dubois menemukan fosil yang dia yakini sebagai missing link di Trinil. Di sini, dia menemukan fosil batok kepala, gigi, dan tulang paha kiri - ketiganya membawa dia pada kesimpulan bahwa ketiga ex fragmen tersebut adalah milik suatu makhluk bukan kera bukan manusia (kaya tebak-tebakan ya? bukan kera bukan manusia, berarti... hominid!! :p) Kenapa bukan kera? Karena volume otaknya lebih besar dari kera. Bukan manusia karena volumenya masih lebih kecil dari volume otak manusia. Catatan: volume otak kera paling maju (simpanse) adalah 600 cc, volume otak manusia adalah 1200 cc, dan otak sang fosil volumenya diantara, yaitu 900 cc. Selain itu, tulang pahanya menunjukkan bahwa saat masih hidup, sang pemilik fosil berjalan dengan tegak. Atas dasar inilah Dubois memberi nama Phitecanthropus erectus - manusia seperti kera yang berjalan tegak (kenapa bukan kera seperti manusia ya?). Pada tahun 1980-an, genus Phitecanthropus diubah menjadi Homo, satu genus dengan manusia modern.

Bersambung ke Sangiran. Lokasi ini pertama kali diketahui pernah menjadi tempat terbaik yang dipilih para Homo erectus untuk berkembang oleh paleontolog Jerman yang bekerja untuk Belanda di Indonesia - Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald yang melakukan penelitian lapangan di Sangiran pada 1936 - 1938 (kayanya sih, sebenernya kebanyakan ahli zaman dulu 'cuma' duduk manis aja di bawah tenda, sementara yang bener-bener mencari dan menggali ya orang-orang pribumi - pekerja kasar yang dibayar murah - bahkan mungkin ngga dibayar sama sekali, dan dieksploitasi tenaga fisiknya). Tahun 1934, von Koenigswald menemukan alat-alat serpih di Desa Ngebung, dua tahun kemudian ditemukan fosil Homo erectus.

Sangiran adalah area berbukit-bukit dengan ketinggian maksimum 56 m. Kawasan ini merupakan hasil perlipatan geologi berbentuk kubah - makanya namanya Sangiran Dome. Puncak Kubah Sangiran dierosi oleh anak-anak sungai Bengawan Solo - Sungai Cemoro, Brangkal, dan Pohjajar, serta beberapa sungai kecil lainnya (yang ngga ditulis namanya di materi ;p) Akibat erosi ini, beberapa lapisan batuan Kubah Sangiran tersingkap dan diketahui mengandung fosil-fosil hominid. Fosil Homo erectus ditemukan di antara lapisan batuan lempung dan pasir vulkanik bernama Pucangan bagian atas (1,8 juta - 900 ribu tahun silam) dan lapisan Kabuh bagian bawah (700 ribu - 250 ribu tahun silam).

Sadarkah dengan skala waktu geologi? Jadi kepikiran ngga sih, betapa ngga ada artinya hidup kita yang sebentar ini? Aku... (nano)debu!!

Mengapakah Sangiran ini istimewa sekali? Sampe-sampe pada 6 Desember 1996 ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia dengan nama The Sangiran Early Man Site? Jadi.. manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di Sangiran terdiri atas sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari satu juta tahun. Jumlah ini mewakili 75% fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia atau 50% fosil sejenis yang ditemukan di dunia. Selain itu, temuan perkakas batu yang pernah digunakan oleh manusia purba ini juga sangat banyak, sehingga kehidupan dan budaya yang berkembang saat itu dapat kita ketahui dengan jelas. Tidak hanya itu, tapi kita bisa mendapatkan juga informasi lengkap mengenai habitat, pola kehidupan, binatang-binatang yang hidup saat itu, hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari dua juta tahun yang lalu.

Lebih jauh lagi, penghunian Kawasan Sangiran dimulai dengan Homo erectus paleojavanicus (Meganthropus paleojavanicus) pada sekitar 1.6 juta tahun yang lalu, fosil subspesies ini menunjukkan bentuk tengkorak yang lebih tua (arkaik). Kemudian, pada 1 - 0.5 juta tahun yang lalu terdapat subspesies Homo erectus erectus (memang ditulis dua kali, bukan salah tulis ;p) dengan bentuk tengkorak yang khas (tipikal). Setelah 0.5 juta tahun yang lalu, Sangiran tidak lagi menjadi wilayah hunian hominid, mereka bermigrasi ke wilayah aliran hilir Bengawan Solo dan berevolusi menjadi subspesies bertengkorak progresif, Homo erectus soloensis/ngandongensis yang fosilnya ditemukan di Kedung Brubus, Ngandong, dan Sambung Macan. Kenapa? Menurut narasumber kami, Sangiran dihindari akibat terjadinya serangkaian erupsi gununglumpur (mudvolcano) di area Sangiran mulai 0.5 juta tahun lalu hingga 0.12 juta tahun silam, sehingga subspesies progresif berkembang di aliran hilir Bengawan Solo untuk menghindari bencana ini. Hipotesis ini juga diperkuat dengan bukti-bukti di lapangan yang kami temui, yaitu keberadaan kolam-kolam air asin yang berada di area Sangiran. Air asin ini merupakan air laut purba yang terperangkap dan keluar saat erupsi gununglumpur, kasus yang serupa dengan yang kami jumpai di Lumpur Sidoarjo.

Dilihat dari lokasinya, sama seperti Sidoarjo, Sangiran ini termasuk zona Depresi Kendeng. Apa itu? Depresi Kendeng merupakan sistem elisional yang ideal yang dicirikan oleh: sedimen lempungan dengan sisipan pasiran sangat tebal yang diendapkan dalam waktu singkat, sehingga tidak terkompaksi sempurna, labil, overpressured, transformasi mineral lempung smektit ke ilit yang intensif; mempunyai gradien geotermal yang tinggi akibat berbatasan dengan jalur gunungapi di sebelah selatan; dan terkompresi kuat sehingga membentuk jalur antiklinorium. Sejumlah gununglumpur yang ditemukan di sepanjang depresi Kendeng dari Purwodadi sampai Selat Madura, di bekas wilayah Majapahit dan Jenggala (misalnya: bledug Kuwu, bledug Kesongo, Gunung Anyar, Kalang Anyar, Pulungan, LUSI) membuktikan efektivitas sistem elisional depresi Kendeng yang telah aktif sejak Plio-Pleistosen.

Pusing? Sama :D Berhenti dulu deh ya..

Sunday, June 24, 2012

charles & keith vs. gorengan tempe

Waktu istirahat hari Jumat setengah jam lebih lama daripada waktu istirahat hari Senin sampe Kamis. Hal inilah yang mendasari para perempuan di tempat kerja saya biasanya memilih menghabiskan waktu istirahat dan makan siang ke luar, nyobain tempat makan baru, ada juga yang ke Pasar Baru, atau belanja bulanan ke pasar swalayan. Tujuan yang paling umum buat kami yang ngga begitu pengin ke mana-mana tapi merasa ngga afdol kalo ngga keluar adalah Istana Plaza. Kalo hari Jumat ke sini, jadi berasa lagi di tempat kerja, soalnya hampir bisa dipastikan bakal ketemu beberapa orang dari tempat kerja yang juga berkeliaran.

Jumat kemaren saya ke sini, makan nasi soto ayam Semarang. Trus, karena masih ada sisa waktu, temen-temen saya ngajak liat-liat ke Charles & Keith (C&K) - toko sepatu dan tas yang lagi ada program diskon. Sampe di lokasi, saya celingak-celinguk, berusaha untuk keliatan berniat melihat-lihat dan setidaknya terlihat tertarik. Usaha sia-sia yang bertahan sekitar tiga menit, sampe akhirnya saya duduk aja di sofa yang disediakan.

Pulang kerja, saya mampir dulu ke Terminal Leuwipanjang (ngga mampir sih, lebih tepatnya, menggunakan rute memutar) buat beli camilan. Sampe di toko gorengan, pelayan tokonya lagi sibuk sama pengunjung yang lain, jadi saya muter-muter dulu liat makanan-makanan yang dijual. Efeknya beda banget dengan efek saat saya ngeliat tas dan sepatu di C&K. Saya merasa sangat antusias dan terinspirasi buat belanja :p Alhasil, bawa pulang gorengan tempe, sale pisang, basreng, dan batagor pedas di kantong plastik yang lumayan besar.

So, C&K atau kantong plastik berisi gorengan tempe? Dengan yakin saya memilih opsi kedua :D Selamat makan!!

paketku: follow up

Adakah di antara kalian segelintir para pembaca yang kurang kerjaan bertanya-tanya tentang paket yang pernah saya ceritakan di sini? Saya informasikan bahwa pagi keesokan harinya setelah saya mempublikasikan blogpost tersebut, ibu tetangga saya datang ke rumah dan menyerahkan paket itu. Beliau lupa dan baru ingat setelah malam. Yah, kesimpulannya, kisah ini berakhir bahagia, kawans!

Terima kasih sudah peduli :)

ps. mau tau isinya? isinya drypack dengan print custom yang saya pesan dari temen saya.
ps2. Ya Allah, maafkan saya sudah berburuk sangka pada sang kurir..

Caper Lawu-Sangiran (bagian 2)

Supaya begadang malam ini produktif, kita lanjutin catatan perjalanan Lawu-Sangiran bagian pertama ya.

Dari Watu kandang, perjalanan dilanjutkan ke area Tawangmangu, ke air terjun Grojogan Sewu (GS), sekaligus lokasi penginapan kami. GS memiliki dua loket masuk yang terpisah sekitar 500 m, kalo ngga salah. Kami tiba di depan loket masuk satu menjelang jam empat sore, bapak petugas loket awalnya menolak untuk mengizinkan kami masuk, soalnya setengah jam lagi - setengah lima, objek wisata ini akan tutup. Bagaimana pun juga, kami sudah jauh-jauh ke sini, jadi, setelah diplomasi sedikit dan meminta salah satu petugas untuk menemani, kami diizinkan masuk. Harga tiketnya per orang enam ribu rupiah untuk wisatawan domestik dan sembilan belas ribu rupiah untuk wisatawan asing. Kalo bawa anak di bawah lima tahun, anaknya bisa masuk gratis. 


Gerbang Grojogan Sewu


Nego di loket masuk
 
Melewati loket, kami mulai menuruni tangga menuju lokasi air terjun. Anak tangganya lumayan nyaman, jaraknya pas dan tidak begitu curam, meskipun setelah beberapa lama, saya mulai bertanya-tanya kapan tangga ini akan berakhir, karena setelah setiap belokan, saya hanya akan menemukan anak tangga lagi, dst. Di sini juga ada monyet-monyet liar, ukurannya tidak terlalu besar, jadi tidak terlalu menakutkan. Mereka tidak begitu mengganggu dan tampak tidak terganggu juga dengan keberadaan pengunjung.


Peringatan untuk penunjung


Monyet di tangga turun 

Setelah sekitar sepuluh menit (yang terasa lama), akhirnya tanda-tanda visual air terjun mulai muncul. Air terjun ini tingginya sekitar 81 meter, ngga jelas juga kenapa namanya GS, mungkin orang kita memang senang melebih-lebihkan untuk mengundang rasa ingin tau (tampaknya budaya lebay sudah ada sejak zaman dahulu :D). Hal yang istimewa dari air terjun ini adalah tebingnya. Seperti kita tau, pada umumnya air terjun merupakan ujung dari aliran lava gunung berapi. Nah, begitu pula dengan GS, kemungkinan GS ini merupakan ujung dari aliran lava Gunung Lawu Purba (maaf kalo salah ;p). Kebayang ngga sih? Tinggi air terjun 81 meter sama dengan ketebalan lava? Tebingnya ini terdiri atas kekar kolom (kalo ngga salah lagi :p), yaitu aliran lava yang membeku pada waktu yang berbeda dan kemudian membentuk semacam kolom raksasa, bisa segi empat, segi lima atau segi enam. Kalo di sini, kolomnya horizontal, jadi di tebingnya akan terlihat segi empat atau segi lima yang bertumpukan. Antara kolom-kolom ini terdapat celah yang memungkinkan kolom-kolom ini mengalami pelapukan - karena kontak dengan udara, dsb. Dalam jangka waktu lama, bisa saja pelapukan yang terjadi menyebabkan batuan ini tidak mampu mempertahankan keutuhan strukturnya dan kemudian terkikis, menjatuhkan bongkahan batuan ke dasar air terjun. Bukti nyata, kami melihat batuan berbentuk persegi di aliran sungai. Demi alasan inilah, pengunjung tidak diperbolehkan mendekati dasar air terjun dan area tebing di sekitarnya. Lagi pula, karena cukup tinggi, dari jauh pun percikan airnya sudah dapat kita rasakan tanpa perlu repot-repot mendekat.


Inilah Grojogan Sewu!


Kekar kolom horizontal


Potongan kolom yang terlepas berbentuk segi empat

Menjelang setengah lima, kami pun memulai perjalanan keluar, perjalanan menuruni ratusan anak tangga tadi akan dilengkapi oleh perjalanan menaiki ratusan anak tangga lainnya. Pas setengah lima, ada sirene dan peringatan lewat pengeras suara dari petugas supaya pengunjung segera meninggalkan lokasi. Tangga turun dan tangga naik berbeda, jadi di saat rame, ngga akan ada kemacetan pengunjung. Pinter juga ya pengelolanya? Durasi naik tangga hampir sama dengan turun, sekitar sepuluh menit. Menjelang akhir, kita akan disambut tulisan yang menerangkan kalo tangga turun dan naik jumlahnya ada 1.250 anak tangga. Percaya saja lah, ngga usah diverifikasi dengan ngitung ulang. Tepat di depan saya, ada bapak penjual minuman yang akan keluar juga, bapaknya berkaki satu, beliau memegang tongkat di tangan kanan dan tangan kirinya memegang boks tempat jualannya yang dia letakkan di atas kepala, malu rasanya untuk berbangga karena naik-turun 1.250 anak tangga.



Di seberang pintu masuk ke GS adalah rumah penginapan kami. Setelah mengambil barang dari mobil, masuk kamar dan mandi, kami makan malam. Menunya disediakan oleh warung makan yang ada tepat di depan rumah, harganya lumayan murah dan menunya juga cukup bervariasi. Menu yang cukup unik adalah sate landak, beberapa peserta mencoba menu ini, saya sih ngga, karena saya termasuk omnivora selektif (kalo ada yang wajar, kenapa harus ekstrim?) :D Maka, saya akhirnya memilih untuk memesan semangkuk nasi soto dan segelas kopi berkrim dan bergula sebagai persiapan untuk mengikuti kuliah malam :)


Menu makan malam: nasi soto ayam


Daftar menu 

Wah, masih bersambung ternyata... :D

Saturday, June 23, 2012

my weekend

Akhir minggu itu berarti saatnya untuk rehat dari rutinitas bekerja (di tempat kerja - tentu saja, saya ngga suka dengan istilah kantor, kesannya resmi banget :p). Sejak jumat malam biasanya saya merasa berkewajiban buat tidur lebih malam dari biasanya, meskipun sebenernya ngga ngapa-ngapain juga, tapi entah kenapa rasanya ngga bener kalo akhir minggu saya ngga begadang, kecuali memang besoknya harus pergi pagi, dsb.

Akhir minggu juga biasanya berarti jadwal jalan-jalan (kalo ada). Untuk jadwal yang ini saya mengusahakan buat ngga sering-sering, soalnya khawatir jadi rutinitas yang mungkin akan berujung jadi kebosanan. Makanya sebisa mungkin saya berusaha untuk membatasi, bukankah segala hal yang berlebihan itu ngga baik?! Jadi, sementara ini, dalam kondisi normal, saya hanya akan jalan-jalan satu kali dalam satu bulan. Bisa aja ngga pergi sama sekali atau justru lebih dari satu kali - pada kondisi abnormal, diantaranya saat objek tujuannya memang menarik dan ngga mungkin dilewatkan, saat saya bosen dan udah sakau pengin jalan, saat jalan-jalan gratisan, atau mungkin saat saya lagi khilaf :)

Akhir minggu juga waktunya buat ngumpul sama temen, dengan agenda wisata kuliner (artinya: makan-makan, bisa makan serius di tempat makan tertentu atau makan camilan yang bervariasi dalam jumlah banyak), kajian sinema (artinya: nonton film, bisa film lepas atau serial), studi literatur (artinya: ngomongin atau bercerita soal buku dan sejenisnya), dan ngobrol dengan bahan pembicaraan yang bervariasi mulai dari yang sangat penting sampe yang sangat ngga penting :D

Selain itu, akhir minggu juga berarti kesempatan buat pulang, nengokin ibu sekalian memanfaatkan fasilitas mesin cuci dan air yang berlimpah di kampung halaman :) Atau... Bisa juga kesempatan buat nyobain makanan dan camilan pedas (kalo yang ini, berarti saya mesti parkir di rumah aja buat jaga-jaga kalo efek mules muncul :D)

Apa lagi ya?! Sementara itu sih yang terpikir :)

Sunday, June 17, 2012

tetehku yang bijak ;p

Hari Selasa kemarin, setelah beres latian aikido dan ganti baju, saya sholat Maghrib ke mesjid. Tempat sholat buat akhwat ada di lantai atas, buat ke atas mesti melewati lantai pertama - tempat sholat buat laki-laki. Nah, pas masuk, ternyata lagi ada sesi belajar tahsin dan bahasa Arab, terlihat seorang ustadz pengajar dan sekitar dua puluh orang jamaah, semuanya laki-laki. Melihat ini, jadi merasa jengah sendiri deh, sementara bacaan Quran saya masih pas-pasan, apalagi bahasa Arab, kenapa saya justru lebih milih buat olahraga daripada belajar ilmu agama?! Duh, malu deh.. :(

Di rumah, saya cerita sama teteh saya soal ini, trus teteh saya bilang, 'yah, olahraga juga kan sebagian dari iman.' Dan saya pun merasa lebih baik :D

beres-beres

Nonton acara tv yang bagus seperti kick andy atau oprah kadang membuat saya dapet 'aha-moment' atau 'ooh/wow-moment', tapi ya udah, ngga ada efek perubahan apa-apa. Tapi ada satu episode oprah yang nyambung banget dan membuat saya tergerak, yaitu episode tentang beres-beres. Di episode itu diceritakan beberapa orang yang punya masalah beres-beres, ini sih emang ekstrim, ada orang yang udah lama banget ngga pernah beresin rumahnya, ngga pernah nyuci baju dan nyuci piring, dsb., sampe-sampe ada yang di kasurnya itu ada kotoran anjing peliharaannya, atau setelah dianalisis, ternyata mikroorganisme yang ada di meja makannya lebih banyak ketimbang mikroorganisme di toilet. Wow!!

Dan orang-orang ini ngga keliatan jorok atau gimana loh, mereka sangaaat normal. Nah, trus dibahas, kebanyakan latar belakang masalah beres-beres ini ternyata masalah psikis, misalnya ada yang begitu sejak bercerai atau dipecat dari pekerjaannya atau ditinggal mati oleh kerabat dekat, dsb. Sepertinya mereka merasa kehilangan kendali atas hidup mereka, merasa tidak berdaya, dan mungkin ngga bisa move-on. Katanya sih, kalo ngga salah inget, orang-orang ini kebanyakan perfeksionis, jadi saat melakukan sesuatu (dalam hal ini, bersih-bersih), dia harus melakukannya dengan cara-cara tertentu dan menyeluruh. Jadi, setelah telanjur berantakan, mereka ngga mampu untuk beres-beres. Gitu deh pokoknya, maafkan kalo ngga jelas :D

Katanya, kecenderungan seseorang menyimpan barang-barang yang sebenernya ngga perlu bisa jadi mencerminkan kondisi psikis yang mungkin ngga beres. Oh? Gara-gara ini saya akhirnya tergerak buat beresin barang-barang yang berantakan di kamar, selain berhenti mengumpulkan bon belanjaan dan bukti-bukti transaksi lainnya ;p

Hari ini - setelah berbulan-bulan sejak beres-beres terakhir, akhirnya bisa beresin kamar yang berantakan, masih berantakan sih, tapi masih bisa diterima. Semoga setelah kamarnya agak rapi, hidup saya juga jadi agak rapi :) Beres-beres ala saya sebenernya cuma mindahin barang-barang dari satu tempat ke tempat lain, tinggal sediakan boks plastik yang besar trus masukin deh buku-buku, tas, tupperware, dll. yang asalnya disimpen secara berantakan. Selesai!! :D Tetep berantakan sih, tapi setidaknya jadi ngga keliatan ;p Sekarang ngga ada buku yang disimpen di luar - termasuk yang belum dibaca, semua masuk kotak plastik, biar ngga berdebu.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Saturday, June 16, 2012

all at sea: iron (wo)man and her thought ;p

Saat Jamie Cullum bilang kalo dia lagi sibuk sama pikirannya di laut, saya juga lagi sibuk di lautan baju kusut (terima kasih pada penemu mesin cuci dan setrika yang sudah membantu meringankan pekerjaan saya). Sementara tangan saya sibuk mondar-mandir megangin setrikaan di atas baju kusut, pikiran saya juga berkelana.

Biasanya, saya nyetrika sambil nonton, tapi ini lagi sadar, tontonan sabtu pagi banyaknya diisi acara gosip yang akan membuat saya ngomel karena beritanya ngga penting dan makin ngomel lagi karena udah tau ngga penting tapi masih aja ditonton. Jadilah, kali ini nyetrika tanpa nonton TV. Hasilnya ternyata lebih cepat selesai, karena waktu saya ngga banyak teralihkan buat mindahin saluran TV atau ngomentarin beritanya.

Jadi kepikiran soal multitasking, rasanya banyak banget ya yang bilang kalo perempuan itu juaranya multitasking - perempuan bisa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Mungkin emang iya sih, tapi apa kualitas hasil kerjanya sama dengan bila pekerjaannya dilakukan satu persatu? Kalo pengalaman saya nyetrika, ternyata nyetrika tanpa nonton mengurangi waktu nyetrika satu sampe dua jam, karena saya bisa fokus. Jadi, rasanya singletasking juga OK tuh.

Setelah itu, saya kepikiran sama temen kerja saya - yang dulu dan yang sekarang. Pernah ada temen yang bilang kalo dalam hidup, kita pasti bakalan ketemu sama orang-orang yang nyebelin. Bener banget deh. Sebenernya saya ngga mau mencadangkan waktu dan energi buat mikirin mereka, tapi ya gitu deh, tau-tau pikiran tentang mereka yang muncul. Saya pikir, saya termasuk orang yang moody, tapi dibandingkan sama temen-temen saya yang ini, rasanya saya bisa dibilang stabil :)

Temen saya di tempat kerja yang dulu, mood-nya bisa berubah tiba-tiba. Kadang-kadang, Senin pagi, saat baru dateng dan baru ketemu, belum sempet ngobrol atau apa, tau-tau saya disambut dengan aura negatif. Pernah dia cerita katanya dia termasuk orang yang sensitif. Pengin banget komentar, tapi ngga berani, soalnya ngga mau ribut ;p Misalnya saya berani ngomong, saya pengin nanya: 'Sebenernya kamu sadar ngga sih kalo kamu cuma sensitif sama perasaan kamu sendiri dan justru ngga sensitif sama orang lain yang ada di sekitar kamu. Kalo kamu lagi banyak masalah, dsb., itu kan bukan gara-gara orang lain. OK-lah orang lain juga mesti berempati dan berusaha buat mengerti, tapi kamu juga jangan cuma mau dimengerti tanpa mau mengerti orang lain, di dunia ini bukan cuma ada kamu aja. Jangan selalu merasa jadi orang paling malang di dunia.' Saya ngga pernah bilang apa-apa sama dia (tentu saja).

Temen saya di tempat kerja yang sekarang juga sama, dia bisa jutek di pagi hari dan heboh ketawa-ketawa menjelang siang hari. Akhir-akhir ini dia sedang mengobarkan permusuhan sama temen saya yang lain, dia nulis-nulis status yang bernuansa permusuhan di facebook atau BB (kalo yang ini, kata temen saya yang punya BB - soalnya saya sih ngga punya BB - untunglah, dan ngga niat punya juga ;p). Temen yang jadi objek permusuhan adalah seorang teman yang awalnya deket banget sama dia. (Kalo dia baca, dia nyadar ngga ya saya lagi ngomongin dia? ;p) Kadang-kadang saya pengin ngomong sama dia, tapi lagi-lagi ngga berani dan ngapain juga ya saya ikut campur sama urusan orang lain? Kalo saya berani, saya bakal ngomong begini sama dia: 'Tau ngga sih, temenan itu ngga berarti mesti bareng-bareng terus. Mungkin ini terdengar kasar, tapi kenyataannya adalah, orang lain juga punya hidup dan masalah sendiri. Kamu ngga bisa terus-terusan mengharapkan orang lain untuk memprioritaskan kamu dalam hidup mereka. Trus, coba dong buat mikir dulu dan melihat dari sudut pandang orang lain sebelum bertindak atau mengatakan sesuatu yang mungkin akan menyakiti orang lain. Kamu ngga pernah tau apa dampak perbuatan kamu sama orang. Setelah beberapa waktu, kamu mungkin sudah lupa, mungkin aja orang  yang pernah kamu sakiti juga sudah memaafkan, tapi dia akan selalu ingat apa yang sudah kamu perbuat. (Tambah sedikit kata-kata berbunga yang diambil dari kata-kata Xena The Warrior Princess: riak air yang kamu timbulkan saat melempar batu ke danau akan hilang tak berbekas, permukaan danau akan kembali tenang, tapi kamu tau, sesuatu sudah berubah, batu itu sekarang ada di dalam dan menjadi bagian dari danau. Keliatannya sama, tapi kamu tau, danau itu sudah berubah).' Dan rasanya saya juga ngga akan bilang apa-apa sama dia (tentu saja) :D


makna diam

diam (KBBIAndroid 3.0.1): tidak bersuara (berbicara): semuanya --, tidak ada yang berani mengkritik; 2 tidak bergerak (tetap di tempat): pencuri itu -- saja ketika hendak ditangkap, tidak lari atau mengadakan perlawanan; 3 tidak berbuat (berusaha) apa-apa: ia -- saja walau dicemooh dan dihina.

Kalo ngga salah inget, rasanya saya pernah baca kalo diamnya seorang perempuan berarti 'iya'. Masa sih? Kalo saya sih, diam bisa berarti banyak, diantaranya:
  • setuju
  • ngga punya argumen lain yang lebih baik
  • ngga setuju tapi ngga enak atau ngga berani ngomong langsung
  • ngga setuju tapi males buat mendebat (mirip sama butir sebelumnya ya? ;p)
  • ngga setuju tapi males menjelaskan soalnya tau pasti penjelasannya akan tersia-sia
  • sedang mempertimbangkan respon yang paling baik
  • bingung mau jujur atau ngga
  • tau kalo respon yang jujur tidak diharapkan, jadi masih mikir respon yang aman
  • marah
  • marah tapi berusaha ngga marah (geje ;p)
  • males menanggapi ;p
  • ngga kedengeran
  • (pura-pura) ngga kedengeran 

Friday, June 15, 2012

kenapa curhat?

Sebenernya niat awalnya bukan mau curhat. Penginnya sih saya menulis sesuatu yang penting, menginspirasi, fantastis, bombastis - yang bikin orang merasa sama seperti saya saat baca tulisan-tulisan orang lain yang keren-keren, terheran-heran dan takjub, atau kalo kata Oprah, mendapatkan 'aha-moment'. Apa daya, wawasan saya masih dangkal, ntar malah jadi keliatan ngga cerdasnya :) Berhubung pengetahuannya terbatas, paling aman ya ngomongin hal yang paling saya kuasai - yaitu saya sendiri. Kalo salah juga kayanya ngga akan ada yang protes kan? Masa orang lain lebih tau saya ketimbang saya sendiri? Lagipula kalo ngomongin orang lain kan dosa. Selain itu, potensi buat menyinggung juga lebih kecil kan?! Tapi, bahayanya juga ada sih.. Mungkin saya bisa aja ngga sengaja memberi kesan belagu atau sok tau.. Yah, kalo itu sih udah di luar kuasa saya, saya ngga bisa mengendalikan pikiran orang lain. Insyaallah saya ngga niat begitu :D


Published with Blogger-droid v2.0.4

unit link


Juli 2007 adalah bulan perdana saya membayar premi investasi skala kecil (yang terintegrasi dengan asuransi jiwa dan kesehatan - istilahnya, unit link). Saya pikir, semakin muda saya mulai berinvestasi, maka investasinya akan semakin menguntungkan, karena biaya yang dikenakan lebih murah – biaya ini dihitung berdasarkan risiko yang ditanggung perusahaan asuransi-investasi untuk premi yang kita ambil, diasumsikan semakin muda usia nasabah, maka risikonya menjadi semakin kecil (biasanya kan sakit-sakitan tuh kalo udah berumur kan?!), risiko yang kecil berarti biaya lebih sedikit. Setelah pembayaran dilakukan, saat menyerahkan kuitansi, sang agen (sekaligus rekan kerja saya waktu itu), berkata seperti ini (kira-kira): “Mulai saat ini, kamu sudah ter-cover. Jadi, pait-paitnya nih, ini sih amit-amit ya, tapi kalo ada apa-apa sama kamu, misalkan ketabrak trus mati, atau kecelakaan lainnya trus mati, kamu (dalam hal ini maksudnya: ahli waris yang sudah didaftarkan ;p) berhak mendapatkan biaya pertanggungan 150 juta rupiah, sesuai yang tertera di proposal yang sudah kamu setujui.” Well, Bapak-nya vulgar banget, ya?!

Beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian, saya jadi kepikiran terus soal ini. Saat menyebrang jalan, jadi kepikiran, kalo misalkan saya ketabrak nih, asuransi saya bakalan cair. Trus, lama-lama, setelah dapet polisnya dan baca kriteria penyakit-penyakit yang di-cover, jadi kepikiran juga, kalo saya sakit jantung bakalan di-cover juga ya?! Dst., dst. Konyol banget ya?! Trus, kadang-kadang jadi sugesti sendiri, wah, kalo saya kena serangan jantung gimana ya? Gimana kalo ternyata klaimnya ditolak karena saya dianggap menyembunyikan kondisi kesehatan saya dengan mengaku kalo saya tidak punya penyakit berat? (Catatan: saya memang ngga punya riwayat penyakit berat, tapi kan kalo liat di film-film, perusahaan asuransi biasanya sebisa mungkin menghindari pembayaran klaim – efek terlalu banyak nonton ;p) Trus, gimana kalo saya celaka waktu saya lagi hiking? Dan ‘gimana kalau’ lainnya yang masih banyak lagi :D (Salah satunya nih, kalo misalkan saya menikah, trus suaminya ditambahkan sebagai ahli waris, trus nanti saya dicelakai sama sang suami demi uang pertanggungan – lagi-lagi efek kebanyakan nonton film ;p) Ngga berasa sekarang udah hampir lima tahun tuh, Alhamdulillah, ternyata saya masih baik-baik aja (dan ngga punya suami ;p), hehe ^_^

hikmah bekerja: say no and feel good about it! :D


Peringatan: Tulisan berikut ini adalah salah satu seri inspeksi diri (baca: kontemplasi/monolog), jadi ngga usah repot-repot dibaca sampe selesai, kecuali emang lagi iseng dan kurang kerjaan.

Ibarat gen, saya ini resesif, sama dengan teman-teman kuliah saya yang sampai sekarang masih sering ngumpul (kayanya faktor kemiripan sifat inilah yang membuat pertemanan kami tetap terjaga ;p). Tapi sesama resesif berkumpul juga ternyata masalah juga, kami semua cenderung tidak bisa memutuskan, bahkan buat menentukan tempat makan kami mesti diskusi panjang dan setiap orang tampaknya lebih memilih untuk menyerahkan keputusan pada yang lain. Bukan hanya itu, selain resesif saya juga ngga asertif (rasanya sih ;p). Perpaduan kedua sifat ini kadang-kadang menjerumuskan saya ke dalam situasi yang ngga menyenangkan.

Setelah sama-sama bekerja, tampaknya seiring berjalannya waktu, kami (saya dan teman-teman saya) sama-sama mengalami suatu perubahan yang lumayan signifikan. Ternyata, bekerja membuat kami dapat lebih bersikap asertif. Awalnya sih ngga begitu nyadar, tapi setelah dipikir-pikir, iya juga sih, meskipun mungkin kadar ke-asertif-annya ngga begitu tinggi, tapi setidaknya kami jadi lebih mampu untuk bersikap tegas. Teori saya: saat berhadapan dengan berbagai macam orang dengan berbagai kepentingan yang kadang-kadang tidak sejalan (kalo bukan bertentangan) dengan kepentingan saya, saya terdesak dan tanpa disadari, menjadi lebih asertif sebagai bentuk pembelaan diri.

Contoh kasus yang masih segar adalah kejadian beberapa minggu yang lalu. Jadi, di tempat kerja saya yang banyak ekstrakurikulernya itu, ada kepanitiaan baru (lagi). Dapet undangan rapat lagi – yang sekarang-sekarang sudah mampu saya acuhkan tanpa (kalo bukan hanya sedikit) rasa bersalah :) Tidak berhenti di situ, suatu hari dapet info kalo saya ditunjuk jadi koordinator salah satu seksi. Padahal buat saya yang tipe penonton, jangankan jadi koordinator, jadi anggota panitia saja rasanya udah susah. Maka, paniklah saya, dan akhirnya, saya pun mengambil tindakan drastis (buat saya yang resesif ini): saya menolak. Mungkin buat orang lain ini ngga penting, tapi buat saya, ini suatu prestasi :D

Awalnya sih sempet juga merasa bersalah dan ngga enak hati, tapi sekarang-sekarang, udah ngga lagi, yang ada malah perasaan lega. Kalo begini, bukankah ini artinya saya sudah melakukan sesuatu yang benar untuk diri saya sendiri?!

Tuesday, June 12, 2012

terbaik

Dalam satu hari, saya paling suka waktu seperti sekarang, saat-saat menjelang tidur. Udah bersih, udah kenyang atau setidaknya ngga laper (biasanya ;p), badan udah rileks, terkapar sambil main sudoku dan ngedengerin playlist hp atau radio. Udah gitu mikir...mikirin apa yang kira-kira harus dipikirin ;p

Sekarang baiknya mikirin apa ya?! :D Sebentar saya pikir dulu :)


Published with Blogger-droid v2.0.4

Monday, June 11, 2012

bingung (lagi)

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; perhubungan. Jenis komunikasi ada yang satu arah, ada juga yang dua arah - jadinya interaktif. Trus, kalo komunikasi sama Tuhan termasuk yang mana ya? Satu arah atau dua arah? Bentuk komunikasi dari kita, manusia, berupa doa, kalo dari Tuhan, berupa tanda-tanda kekuasaanNya yang bertebaran di muka bumi ini - di sekitar kita, tinggal kitanya aja, sejauhmana kita peka untuk menangkap dan membaca pesan-pesan dan isyarat Tuhan. Masalahnya, saya sih seringnya bingung, apakah interpretasi saya sudah sesuai atau malah melenceng jauh dari maksud Tuhan yang sebenarnya.

Trus, gimana bisa tau ya?! Gimana saya bisa tau maksud Tuhan yang sebenarnya? Kan saya ngga bisa verifikasi - dalam artian mendapatkan jawaban yang definitif saat ini. Huu..gini nih kalo ngga berilmu, jadi merasa bodoh (lebih dari biasanya ;p) :(


Published with Blogger-droid v2.0.4

Friday, June 8, 2012

jane eyre

It is in vain to say human beings ought to be satisfied with tranquillity: they must have action; and they will make it if they cannot find it. Millions are condemned to a stiller doom than mine, and millions are in silent revolt against their lot. Nobody knows how many rebellions besides political rebellions ferment in the masses of life which people earth. Women are supposed to be very calm generally: but women feel just as men feel; they need exercise for their faculties, and a field for their efforts, as much as their brothers do; they suffer from too rigid a restraint, too absolute a stagnation, precisely as men would suffer; and it is narrow-minded in their more privileged fellow-creatures to say that they ought to confine themselves to making puddings and knitting stockings, to playing on the piano and embroidering bags. It is thoughtless to condemn them, or laugh at them, if they seek to do more or learn more than custom has pronounced necessary for their sex. –jane eyre

perjalanan dinas

Lagi di tol menuju jakarta nih. Klo perjalanan ini rutin, dapet giliran setiap beberapa minggu sekali. Lumayan dapet waktu ekstra buat baca atau tidur pada jam kerja. Berasa dapet jackpot! :D

Sengaja bawa buku ini, rencananya mau lanjut baca di mobil. Tapi curiga mau tidur aja nih, kelopak matanya udah berat.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Thursday, June 7, 2012

paketku!!!

Seumur-umur bertransaksi menggunakan jasa layanan kurir, baru sekarang deh ada masalah. Dari bertahun-tahun yang lalu, mau beli buku online atau langganan majalah atau pesen dvd dengan film pilihan, dst., paketnya selalu nyampe ke rumah tepat waktu, dengan aman dan lengkap. Kali ini ngga tau deh kok jadi ngeselin. Alamat yang saya cantumkan sama kok seperti biasanya. Apa karena layanan dalam kota gitu ya? Jadi emosi jiwa ini, sejak selasa lalu si kurir udah sms beberapa kali. Selasa, katanya dia ngga nemu rumah saya, trus nanya RT dan RW. Udah dijawab, dijelasin juga arah dan ciri-ciri rumah. Rabu, dia bilang udah ke rumah tapi katanya ngga ada orang, jadi paketnya dia bawa lagi. Katanya dia ngga boleh nitipin paketnya ke tetangga. Akhirnya, saya sama dia sepakat supaya paketnya dititip aja ke kantor layanan kurirnya yang ada di deket rumah, nanti saya yang ambil ke sana. Sampe di rumah, tanya orang rumah, ternyata ada orang kok, kenapa dia bilang ngga ada orang ya?! Di sini udah curiga, jangan-jangan dia salah rumah :(

Udah deal, eh tadi siang sms katanya paketnya dititip ke tetangga. Waktu tadi pulang, ternyata ngga ada juga tuh si paket. Jadi curiga lagi, soalnya orang rumah juga ada dan sempet ngobrol sama tetangga, tapi ngga bilang ada yang kirim paket tuh. Biasanya tetangga saya suka langsung ngasi barang yang dititipkan begitu ada orang di rumah. Nah loh, jadi ada di mana sih si paket!!!??


Published with Blogger-droid v2.0.4

Wednesday, June 6, 2012

Caper Lawu-Sangiran (bagian 1)

Jumat malam saya bergegas ke Stasiun Bandung buat ketemuan sama rombongan Geotrek Indonesia. Kali ini kami menumpang kereta Lodaya Malam menuju Stasiun Solo Balapan. Dari Bandung jam delapan malam, kami sampai di Solo sekitar jam lima lewat. Setelah sholat subuh, ketemu dengan anggota rombongan lain yang pergi duluan dan nunggu rombongan yang dari Jakarta, terus cari sarapan. Menu sarapan kami adalah nasi gudeg di 'Gudeg Ayu', Jalan Gajah Mada 152, ngga jauh dari stasiun. Beda dengan gudeg Jogja, gudeg yang di sini kreceknya pedas, enak deh! Selesai sarapan, kami langsung menuju destinasi pertama, Candi Sukuh.

Stasiun Solo Balapan
Menu Sarapan: Gudeg Ayu
Candi Sukuh ini merupakan tempat menyepi terbesar dan paling kompleks di lereng Gunung Lawu di ketinggian 910 mdpl. Candi Sukuh terletak di Kabupaten Karanganyar, untuk mencapainya bisa melalui jalan ke arah Tawangmangu, kemudian berbelok ke kiri/utara di area Karangpandan. Dari inskripsi yang ditemukan, diketahui bahwa candi ini dibangun antara tahun 1416 - 1459. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena banyak ditemukan objek pujaan lingga dan yoni - simbolisasi laki-laki dan perempuan. Tapi, tidak seperti di candi Hindu pada umumnya, di sini simbolisasinya lebih vulgar, makanya candi ini cukup kontroversial. 

Beberapa relief di sini memvisualisasikan genitalia laki-laki dan perempuan secara gamblang. Selain pada relief, genitalia perempuan juga disimbolisasi dengan celah-celah yang dibuat sempit pada setiap tangga. Mungkin ini juga yang menyebabkan candi ini menjadi salah satu situs yang dipercaya dapat membawa berkah kesuburan bagi pengunjungnya. Di samping itu, konon candi ini juga dipergunakan untuk uji keperawanan. Katanya, perempuan yang menaiki tangga candi ini, jika masih perawan, maka selaput daranya akan robek dan berdarah, tapi jika sudah tidak perawan, maka kain yang dipakainya akan robek dan terlepas. Soal ini, saya beri gambaran, desain anak tangga di candi induk dibuat dengan jarak antaranak tangga cukup jauh, sehingga kita yang naik cenderung akan membuka kaki lebih lebar, di masa lalu, saat perempuan umumnya memakai kain, ya hampir pasti kainnya akan robek, jika metode menaiki tangganya biasa aja. 

Selain reliefnya yang kontroversial, bentuknya yang tidak biasa juga membuat candi ini berbeda. Candi ini bentuknya seperti piramid beratap datar, makanya ada yang menghubungkannya dengan bangunan pada masa Maya di Amerika Tengah sana (ada yang membandingkan dengan Piramida Kukulkan). Saat di sana, narasumber kami, Pak Awang, menjelaskan bahwa menurut beliau, melihat candi dan reliefnya, candi ini dibangun berdasarkan cerita Adiparwa, bagian pertama dari kisah Mahabharata. Bentuk piramida beratap datar ini merupakan penggambaran untuk Gunung Mandaragiri yang puncaknya diambil untuk mengaduk laut dalam rangka mencari Tirta Amerta. Teori ini juga didukung dengan keberadaan tiga kura-kura di depan candi. Dalam kisah Adiparwa tadi, kura-kura ini adalah para penyangga gunung tersebut. Relief lain menceritakan legenda Garudeya tentang perjalanan Garuda mencari Tirta Amerta demi membebaskan ibunya dari perbudakan.

Relief yang vulgar dan relatif kasar - berbeda dengan relief di Candi Borobudur atau Prambanan - membuat orang-orang berspekulasi tentang keberadaan candi ini. Teori yang muncul diantaranya, candi ini dibuat oleh para penganut agama Saba (pemuja matahari dan bintang). Teori lain yang lebih masuk akal adalah kemungkinan bahwa candi ini dibuat terburu-buru (secara waktu itu adalah akhir masa pemerintahan Majapahit), atau pembuatnya adalah rakyat biasa dengan kemampuan artistik yang kurang begitu baik.

Candi Sukuh

Gerbang Candi Sukuh menghadap ke barat, ke arah Gunung Lawu

Kura-kura penyangga Gunung Mandaragiri

Salah satu arca dilengkapi genitalia laki-laki

Tangga ujian

Dari Sukuh, perjalanan kami lanjutkan ke Candi Cetho (cetho = bahasa jawa untuk jelas), berada di ketinggian 1470 mdpl. Menurut penelitian, candi ini dibangun pada akhir masa pemerintahan Majapahit, usianya tidak jauh dari usia Candi Sukuh. Candi ini terdiri atas banyak teras. Saat ditemukan, ada 14 teras, saat ini ada 13 teras, tapi yang dipugar hanya 9 teras. Tidak jauh berbeda dengan Sukuh, candi ini juga banyak mereliefkan Bima. Candi ini masih digunakan sebagai tempat pemujaan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu dan populer sebagai tempat pertapaan untuk penganut Kejawen. Sejak masa Orde Baru, bahkan hingga sekarang, katanya masih ada banyak politisi dan pejabat yang berkunjung ke sini (untuk mencari kekuatan adikodrati demi menunjang karir politik mereka). 

Sayangnya, struktur candi ini sudah tidak asli lagi. Gara-garanya, sekitar akhir 1970-an, seorang asisten pribadi (alm.) Soeharto yang bernama Humardani melakukan pemugaran berupa gapura megah di setiap teras (mirip gapura di pura), bangunan-bangunan kayu tempat pertapaan, patung Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, phallus, dan bangunan kubus pada puncak punden. Satu-satunya artefak yang asli (termasuk posisinya) adalah gambaran kompleks terbuat dari batu yang diletakkan mendatar di atas tanah. Di ujung sebelah barat terdapat sebuah phallus/lingga besar terletak mendatar dan menunjuk ke arah barat. Pada dasarnya, terdapat penggambaran seekor penyu pada punggung seekor kelelawar besar. Pada punggung penyu terdapat sejumlah hewan laut dengan orientasi menuju berbagai arah mata angin.

Karena penampakkan arca yang dianggap tidak biasa, beberapa kelompok berkeyakinan bahwa candi ini memperlihatkan superioritas orang-orang zaman dahulu, itu loh, penganut aliran yang meyakini bahwa Kepulauan Indonesia ini dulunya adalah Atlantis. Beberapa kelompok meyakini arca ini menggambarkan orang timur tengah dalam keadaan ketakutan karena ditaklukkan. Kemungkinan lain, sebetulnya arca ini menggambarkan tokoh pewayangan.

Arca yang dipercaya menggambarkan orang timur tengah
Struktur puncak punden
Peninggalan yang paling menarik, berupa phallus, hewan laut di atas kura-kura di atas kelelawar 

Di samping kiri depan Candi Cetho, kami makan siang dengan menu lontong disertai sate ayam dan atau sate kelinci berbumbu kacang. Di sini satenya enak, daging semua :D

Menu makan siang: Lontong dan sate bumbu kacang

Setelah makan siang, kami menuju ke situs Watu Kandang. Lokasinya di Dukuh Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Situs ini adalah peninggalan masa prasejarah berupa tatanan batu-batu alam yang teratur dan diduga merupakan tinggalan zaman megalitikum. Berdasarkan orientasinya yang menghadap ke arah barat dan timur - Gunung Lawu, Bangun, dan Ganoman - maka disimpulkan bahwa batu-batu ini dimaksudkan sebagai tempat pemujaan kepada alam semesta (dalam hal ini, gunung).

Orientasi yang lebih jelas terlihat pada batu-batu di depan pos yang berada di pinggir jalan, sementara lebih jauh ke dalam, di antara lahan pertanian ubi, ditemukan lebih banyak batu berukuran besar yang berserakan, namun orientasinya relatif jelas. Di suatu titik, terdapat bekas penggalian yang konon baru-baru ini di dalamnya telah ditemukan peninggalan berupa manik-manik.

Salah satu batu besar yang diorientasikan menghadap Gunung Lawu
Batu-batu dengan orientasi yang lebih jelas
Sementara sampai sini dulu ya laporannya, to be continued...

Next: Grojogan Sewu dan Sangiran :D 

ps. materi yang saya cantumkan di sini berasal dari materi yang dibagikan pada peserta, bukan berdasarkan ingatan saya saja :D

dua tahun empat hari

Udah dua tahun aja saya sejak saya pertama menjejakkan kaki di tempat kerja yang sekarang, lebih tepatnya dua tahun empat hari. Tanggal 2 Juni 2010 adalah tanggal saya menandatangani surat perjanjian kerja waktu tertentu dan resmi menjadi salah satu trainee. Wah, rasanya seperti baru kemarin :)

Akhir-akhir ini, entah kenapa kok rasanya peristiwa-peristiwa dalam hidup saya tampak banyak yang lucu ya?! Misalnya nih, sebetulnya saya termasuk individu yang cenderung menghindari tanggung jawab, tapi ternyata saya terjerumus pada pekerjaan yang menuntut tanggung jawab itu ;p Awalnya, saya masih berbagi tanggung jawab dengan staf lain, beliau jadi semacam penyelia atas pekerjaan saya. Saya jadi lebih tenang, karena tau pekerjaan saya akan diperiksa oleh orang lain sebelum disahkan dalam bentuk dokumen resmi. Nah, beberapa waktu lalu, kejutan!!! Perubahan konfigurasi di unit kerja saya menempatkan saya untuk bertanggung jawab penuh atas pekerjaan saya. Akhirnya, cuma bisa pasrah aja deh, sambil deg-degan. 

Waktu berlalu, saya mulai terbiasa dan akhirnya menerima kenyataan kalo seringkali ketakutan-ketakutan yang kita bayangkan lebih banyak yang ngga terjadi tuh, meskipun tetep juga sih, di sudut otak saya yang kecil ini masih ada pikiran yang menyuarakan, ‘Hey, shits (will) happen!!’ :D 

Masih dalam fase berusaha, kejutan lain pun datang. Pekerjaan saya ditambah lagi, dapet limpahan tanggung jawab dari personil lain yang mendapat tanggung jawab spesifik yang lebih besar dan membutuhkan fokus yang lebih dahsyat (lebay ;p). Dalam hati, saya pengin teriak, ‘Why me?????!!!!!’, tapi (ngga) langsung sadar, mungkin itu artinya atasan saya percaya kalo saya mampu kali ya?! (kok bisa ya? Padahal saya aja ngga yakin tuh :p) Lagian, saya ngga pernah mempertanyakan ‘kenapa saya’ saat dapet sesuatu yang menyenangkan, jadi, ya kenapa harus mempertanyakan ‘kenapa’ saat mendapat sesuatu yang ngga begitu menyenangkan, iya kan?! Ok lah, ngga apa-apa, nambah kerjaan, nambah sibuk, (semoga) semakin sedikit kesempatan buat ngantuk, semakin kecil kemungkinan untuk magabut :D (insaf mode ;p) 

Setelah dikasi tau pembagian tugas yang baru, rekan kerja saya ada yang bilang, ‘Makanya kerjanya jangan cepet-cepet, jadi kan dikiranya loading kerjaannya ngga banyak, dan bisa ditambahin.’ Aduh, kok saya jadi merasa bodoh ya?! Maksud saya kerja cepet itu karena pengin cepet-cepet santai dan ngga repot dikejar-kejar orang lain yang nungguin kerjaan saya. Saya sadar saya ngga begitu suka menunggu, jadi ya saya sebisa mungkin tidak membuat orang lain nunggu, salah ya?!

aftermath

Makin ke sini, setelah merasa sedikit lebih mampu secara ekonomi, metode jalan-jalannya jadi lebih banyak pilihan, mau lebih mengutamakan prinsip ekonomi atau lebih memilih kenyamanan, saya lebih leluasa untuk menentukan. Selain itu, kemungkinan melakukan flashpacking juga jadi lebih besar :D Saya merasa, saat ekonomis menjadi pilihan (dan bukannya tuntutan), maka semuanya jadi lebih menyenangkan, nuansa petualangannya lebih berasa!! Tapi, ke sini-sini, gara-gara ini juga, saya kok jadi merasa manja ya?! Akhir-akhir ini saya lebih sering jalan-jalan nyaman daripada jalan-jalan ekonomis.

Bagaimana pun juga, alhamdulillah yah, masih sehat, masih punya uang, masih punya waktu, masih ada tujuan jalan, masih punya temen yang mau ngajakin atau diajakin atau nemenin atau ditemenin jalan-jalan :D Cerita soal jalan-jalan, ngga selalu menyenangkan, ada juga yang ngga begitu menyenangkan - setelahnya.

Berhubung saya termasuk pekerja terikat waktu, saya cuma punya waktu jalan-jalan pas libur aja - akhir minggu atau hari libur nasional atau cuti bersama. Padahal, libur kerja juga artinya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rutin upik abu. Maka, komplikasinya adalah, setelah jalan-jalan (terutama yang menginap), pekerjaan upik abu ngga terselesaikan dan terbengkalai, yang ada justru ditambah sama oleh-oleh dari perjalanan.

Tau begini, kalo saya pinter, mestinya saya sudah bisa melakukan langkah antisipasi supaya hal ini ngga berulang. Tapi, hanya soal waktu aja sih, ntar juga beres, cepat atau lambat. No worry :)


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sunday, June 3, 2012

solobalapan

Lagi nunggu kereta melaju dari solo ke bandung nih. Semoga tiba di bandung tepat waktu yaa :D Akhir minggu ini jalan-jalannya asik banget deh, padat dan kaya materi, sekaligus santai. Banyak cerita dan ilmu yang didapet, ketawa-ketawa, bahkan kali ini meskipun padat, tapi sempet belanja-belanja. Rute kali ini adalah candi sukuh, candi cetho, situs megalitik watukandang, dan grojogan sewu di hari pertama. Hari kedua ke sangiran dome dan museum sangiran, trus ke lapangan juga, nengokin situs ekskavasi. Cerita lengkapnya nanti yaa, semoga diberi kekuatan untuk bercerita.. *halah ;p


Published with Blogger-droid v2.0.4

Friday, June 1, 2012

racauan jelang lelap :)

Biar pun sudah hampir setengah usia hidup saya sejauh ini saya tinggal di bandung, kayanya saya ngga kenal-kenal banget tuh sama bandung, masih banyak banget bagian kota ini yang saya ngga tau dan belum terjelajahi.

Diantaranya soal angkot, saya kayanya belum pernah pake semua rute angkot yang ada. Cita-cita saya mendatang (ngga tau kapan ;p), saya mau cobain semua rute angkot dari terminal ke terminal. Sepertinya bakalan seru :D

Ngomong soal angkot, ada beberapa rute yang sudah familiar, ada juga beberapa hal menarik seputar angkot. Misalnya, angkot cibaduyut-karangsetra itu ada tiga segmen, ngga ada tuh angkot dari cibaduyut sampe karangsetra, yang ada, karangsetra-ciateul (depan toko tas elizabeth), kebon kalapa-leuwipanjang, sama kebon kalapa-cibaduyut. Rute lain yang kasusnya mirip, sederhana-cipagalo, rute sebenarnya adalah sederhana (sukajadi)-kebon kalapa, sama kebon kalapa-buah batu.

Satu lagi yang baru saya tau kemaren, rute stasiun hall-ciumbuleuit. Angkot ini ada dua jenis, yang ada tulisan 'lurus' sama 'belok'. Dari zaman sma saya ngga tau apa bedanya, ternyata, perbedaannya teletak pada rute yang diambil saat dari ciumbuleuit menuju stasiun. Kalo yang lurus, dia beneran lewat jalan cihampelas sampe ke stasiun. Nah, kalo yang belok, di sekitar cihampelas (lupa nama jalannya ;p), dia akan berbelok, lewat jalan-jalan kecil sampe akhirnya di sekitar belakang hasan sadikin angkotnya balik lagi menuju ciumbuleuit. Dan akhirnya saya tau arti lurus dan belok itu. Eureka!!! :D

Published with Blogger-droid v2.0.4