Friday, June 15, 2012

unit link


Juli 2007 adalah bulan perdana saya membayar premi investasi skala kecil (yang terintegrasi dengan asuransi jiwa dan kesehatan - istilahnya, unit link). Saya pikir, semakin muda saya mulai berinvestasi, maka investasinya akan semakin menguntungkan, karena biaya yang dikenakan lebih murah – biaya ini dihitung berdasarkan risiko yang ditanggung perusahaan asuransi-investasi untuk premi yang kita ambil, diasumsikan semakin muda usia nasabah, maka risikonya menjadi semakin kecil (biasanya kan sakit-sakitan tuh kalo udah berumur kan?!), risiko yang kecil berarti biaya lebih sedikit. Setelah pembayaran dilakukan, saat menyerahkan kuitansi, sang agen (sekaligus rekan kerja saya waktu itu), berkata seperti ini (kira-kira): “Mulai saat ini, kamu sudah ter-cover. Jadi, pait-paitnya nih, ini sih amit-amit ya, tapi kalo ada apa-apa sama kamu, misalkan ketabrak trus mati, atau kecelakaan lainnya trus mati, kamu (dalam hal ini maksudnya: ahli waris yang sudah didaftarkan ;p) berhak mendapatkan biaya pertanggungan 150 juta rupiah, sesuai yang tertera di proposal yang sudah kamu setujui.” Well, Bapak-nya vulgar banget, ya?!

Beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian, saya jadi kepikiran terus soal ini. Saat menyebrang jalan, jadi kepikiran, kalo misalkan saya ketabrak nih, asuransi saya bakalan cair. Trus, lama-lama, setelah dapet polisnya dan baca kriteria penyakit-penyakit yang di-cover, jadi kepikiran juga, kalo saya sakit jantung bakalan di-cover juga ya?! Dst., dst. Konyol banget ya?! Trus, kadang-kadang jadi sugesti sendiri, wah, kalo saya kena serangan jantung gimana ya? Gimana kalo ternyata klaimnya ditolak karena saya dianggap menyembunyikan kondisi kesehatan saya dengan mengaku kalo saya tidak punya penyakit berat? (Catatan: saya memang ngga punya riwayat penyakit berat, tapi kan kalo liat di film-film, perusahaan asuransi biasanya sebisa mungkin menghindari pembayaran klaim – efek terlalu banyak nonton ;p) Trus, gimana kalo saya celaka waktu saya lagi hiking? Dan ‘gimana kalau’ lainnya yang masih banyak lagi :D (Salah satunya nih, kalo misalkan saya menikah, trus suaminya ditambahkan sebagai ahli waris, trus nanti saya dicelakai sama sang suami demi uang pertanggungan – lagi-lagi efek kebanyakan nonton film ;p) Ngga berasa sekarang udah hampir lima tahun tuh, Alhamdulillah, ternyata saya masih baik-baik aja (dan ngga punya suami ;p), hehe ^_^

No comments:

Post a Comment