Juli 2007 adalah bulan perdana
saya membayar premi investasi skala kecil (yang terintegrasi dengan asuransi
jiwa dan kesehatan - istilahnya, unit link). Saya pikir, semakin muda saya mulai berinvestasi, maka
investasinya akan semakin menguntungkan, karena biaya yang dikenakan lebih
murah – biaya ini dihitung berdasarkan risiko yang ditanggung perusahaan
asuransi-investasi untuk premi yang kita ambil, diasumsikan semakin muda usia
nasabah, maka risikonya menjadi semakin kecil (biasanya kan sakit-sakitan tuh
kalo udah berumur kan?!), risiko yang kecil berarti biaya lebih sedikit. Setelah
pembayaran dilakukan, saat menyerahkan kuitansi, sang agen (sekaligus rekan
kerja saya waktu itu), berkata seperti ini (kira-kira): “Mulai saat ini, kamu
sudah ter-cover. Jadi, pait-paitnya nih, ini sih amit-amit ya, tapi kalo ada
apa-apa sama kamu, misalkan ketabrak trus mati, atau kecelakaan lainnya trus
mati, kamu (dalam hal ini maksudnya: ahli waris yang sudah didaftarkan ;p)
berhak mendapatkan biaya pertanggungan 150 juta rupiah, sesuai yang tertera di
proposal yang sudah kamu setujui.” Well, Bapak-nya vulgar banget, ya?!
Beberapa hari hingga beberapa
minggu kemudian, saya jadi kepikiran terus soal ini. Saat menyebrang jalan, jadi
kepikiran, kalo misalkan saya ketabrak nih, asuransi saya bakalan cair. Trus,
lama-lama, setelah dapet polisnya dan baca kriteria penyakit-penyakit yang
di-cover, jadi kepikiran juga, kalo saya sakit jantung bakalan di-cover juga
ya?! Dst., dst. Konyol banget ya?! Trus, kadang-kadang jadi sugesti sendiri,
wah, kalo saya kena serangan jantung gimana ya? Gimana kalo ternyata klaimnya
ditolak karena saya dianggap menyembunyikan kondisi kesehatan saya dengan
mengaku kalo saya tidak punya penyakit berat? (Catatan: saya memang ngga punya
riwayat penyakit berat, tapi kan kalo liat di film-film, perusahaan asuransi
biasanya sebisa mungkin menghindari pembayaran klaim – efek terlalu banyak
nonton ;p) Trus, gimana kalo saya celaka waktu saya lagi hiking? Dan ‘gimana
kalau’ lainnya yang masih banyak lagi :D (Salah satunya nih, kalo misalkan saya
menikah, trus suaminya ditambahkan sebagai ahli waris, trus nanti saya
dicelakai sama sang suami demi uang pertanggungan – lagi-lagi efek kebanyakan
nonton film ;p) Ngga berasa sekarang udah hampir lima tahun tuh, Alhamdulillah,
ternyata saya masih baik-baik aja (dan ngga punya suami ;p), hehe ^_^
No comments:
Post a Comment