Peringatan: Tulisan berikut ini
adalah salah satu seri inspeksi diri (baca: kontemplasi/monolog), jadi ngga
usah repot-repot dibaca sampe selesai, kecuali emang lagi iseng dan kurang
kerjaan.
Ibarat gen, saya ini resesif,
sama dengan teman-teman kuliah saya yang sampai sekarang masih sering ngumpul
(kayanya faktor kemiripan sifat inilah yang membuat pertemanan kami tetap
terjaga ;p). Tapi sesama resesif berkumpul juga ternyata masalah juga, kami
semua cenderung tidak bisa memutuskan, bahkan buat menentukan tempat makan kami
mesti diskusi panjang dan setiap orang tampaknya lebih memilih untuk
menyerahkan keputusan pada yang lain. Bukan hanya itu, selain resesif saya juga
ngga asertif (rasanya sih ;p). Perpaduan kedua sifat ini kadang-kadang
menjerumuskan saya ke dalam situasi yang ngga menyenangkan.
Setelah sama-sama bekerja,
tampaknya seiring berjalannya waktu, kami (saya dan teman-teman saya) sama-sama
mengalami suatu perubahan yang lumayan signifikan. Ternyata, bekerja membuat
kami dapat lebih bersikap asertif. Awalnya sih ngga begitu nyadar, tapi setelah
dipikir-pikir, iya juga sih, meskipun mungkin kadar ke-asertif-annya ngga
begitu tinggi, tapi setidaknya kami jadi lebih mampu untuk bersikap tegas.
Teori saya: saat berhadapan dengan berbagai macam orang dengan berbagai
kepentingan yang kadang-kadang tidak sejalan (kalo bukan bertentangan) dengan
kepentingan saya, saya terdesak dan tanpa disadari, menjadi lebih asertif
sebagai bentuk pembelaan diri.
Contoh kasus yang masih segar
adalah kejadian beberapa minggu yang lalu. Jadi, di tempat kerja saya yang
banyak ekstrakurikulernya itu, ada kepanitiaan baru (lagi). Dapet undangan
rapat lagi – yang sekarang-sekarang sudah mampu saya acuhkan tanpa (kalo bukan
hanya sedikit) rasa bersalah :) Tidak berhenti di situ, suatu hari dapet info
kalo saya ditunjuk jadi koordinator salah satu seksi. Padahal buat saya yang
tipe penonton, jangankan jadi koordinator, jadi anggota panitia saja rasanya
udah susah. Maka, paniklah saya, dan
akhirnya, saya pun mengambil tindakan drastis (buat saya yang resesif ini):
saya menolak. Mungkin buat orang lain ini ngga penting, tapi buat saya, ini
suatu prestasi :D
Awalnya sih sempet juga merasa bersalah dan ngga enak hati, tapi sekarang-sekarang,
udah ngga lagi, yang ada malah perasaan lega. Kalo begini, bukankah ini artinya
saya sudah melakukan sesuatu yang benar untuk diri saya sendiri?!
No comments:
Post a Comment