Friday, June 15, 2012

hikmah bekerja: say no and feel good about it! :D


Peringatan: Tulisan berikut ini adalah salah satu seri inspeksi diri (baca: kontemplasi/monolog), jadi ngga usah repot-repot dibaca sampe selesai, kecuali emang lagi iseng dan kurang kerjaan.

Ibarat gen, saya ini resesif, sama dengan teman-teman kuliah saya yang sampai sekarang masih sering ngumpul (kayanya faktor kemiripan sifat inilah yang membuat pertemanan kami tetap terjaga ;p). Tapi sesama resesif berkumpul juga ternyata masalah juga, kami semua cenderung tidak bisa memutuskan, bahkan buat menentukan tempat makan kami mesti diskusi panjang dan setiap orang tampaknya lebih memilih untuk menyerahkan keputusan pada yang lain. Bukan hanya itu, selain resesif saya juga ngga asertif (rasanya sih ;p). Perpaduan kedua sifat ini kadang-kadang menjerumuskan saya ke dalam situasi yang ngga menyenangkan.

Setelah sama-sama bekerja, tampaknya seiring berjalannya waktu, kami (saya dan teman-teman saya) sama-sama mengalami suatu perubahan yang lumayan signifikan. Ternyata, bekerja membuat kami dapat lebih bersikap asertif. Awalnya sih ngga begitu nyadar, tapi setelah dipikir-pikir, iya juga sih, meskipun mungkin kadar ke-asertif-annya ngga begitu tinggi, tapi setidaknya kami jadi lebih mampu untuk bersikap tegas. Teori saya: saat berhadapan dengan berbagai macam orang dengan berbagai kepentingan yang kadang-kadang tidak sejalan (kalo bukan bertentangan) dengan kepentingan saya, saya terdesak dan tanpa disadari, menjadi lebih asertif sebagai bentuk pembelaan diri.

Contoh kasus yang masih segar adalah kejadian beberapa minggu yang lalu. Jadi, di tempat kerja saya yang banyak ekstrakurikulernya itu, ada kepanitiaan baru (lagi). Dapet undangan rapat lagi – yang sekarang-sekarang sudah mampu saya acuhkan tanpa (kalo bukan hanya sedikit) rasa bersalah :) Tidak berhenti di situ, suatu hari dapet info kalo saya ditunjuk jadi koordinator salah satu seksi. Padahal buat saya yang tipe penonton, jangankan jadi koordinator, jadi anggota panitia saja rasanya udah susah. Maka, paniklah saya, dan akhirnya, saya pun mengambil tindakan drastis (buat saya yang resesif ini): saya menolak. Mungkin buat orang lain ini ngga penting, tapi buat saya, ini suatu prestasi :D

Awalnya sih sempet juga merasa bersalah dan ngga enak hati, tapi sekarang-sekarang, udah ngga lagi, yang ada malah perasaan lega. Kalo begini, bukankah ini artinya saya sudah melakukan sesuatu yang benar untuk diri saya sendiri?!

No comments:

Post a Comment