don't judge a book boy by its cover his face
Kuharap, setiap hari adalah Halloween. Kita semua bisa memakai topeng setiap saat. Lalu kita bisa berjalan-jalan dan saling mengenal sebelum melihat penampilan kita di balik topeng. - August (Auggie) Pullman
Kesini-sini, bertambah umur, semakin banyak interaksi sama orang lain, mau ngga mau kita mesti banyak kompromi, kita ngga bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Idealisme yang ada dalam diri kita tidak selamanya selaras dengan idealisme yang ada dalam pikiran orang lain. Lantas, saya suka bingung, kapan sih saya harus bertahan dengan idealisme saya dan kapan saya harus sedikit (kadang banyak) berkompromi?
Saat terpaksa berkompromi dan 'mengalah', meski tidak suka, saya ngga bisa menunjukkan ketidaksukaan itu secara terbuka (meskipun mungkin sebenernya tetap keliatan pada ekspresi dan bahasa tubuh yang sulit untuk disamarkan ;p). Apakah ini artinya saya tidak jujur? Apakah ini artinya saya munafik? Duh, susahnya hidup di dunia dewasa :D
Semakin lama hidup, saya semakin sering merindukan masa kanak-kanak saya dulu. Rasanya waktu masih kecil (jika dipikirkan sekarang), hidup tuh lebih banyak asiknya, ngga ribet, sederhana, kita lebih jujur pada diri sendiri dan orang lain, dan lebih bebas mengekspresikan diri. Karena waktu ngga bisa berjalan mundur, kompensasi yang bisa saya lakukan adalah membaca buku anak-anak atau buku tentang anak-anak. Terakhir, saya baca WONDER, bukunya R.J. Palacio yang terjemahannya diterbitkan oleh Penerbit Atria - Imprint Penerbit Serambi Ilmu Semesta.
Buku ini bercerita tentang seorang anak berumur 10 tahun. Apa istimewanya? Anak yang bernama August Pullman ini sebetulnya ngga beda jauh sama anak-anak lain yang sebaya; dia lucu, cerdas, pemberani, konyol, seperti kebanyakan anak pada umumnya. Dia berbeda karena lahir dengan kelainan Mandibulofacial Dysostosis, secara lengkap diceritakan oleh Via (kakaknya Auggie) di halaman 146:
'... August mengalami sesuatu yang disebut sebagai "jenis mandibulofacial dysostosis tak dikenal yang disebabkan oleh mutasi autosomal resesif pada gen TCOF1, yang terletak pada kromosom 5, diperumit oleh karakteristik hemifacial microsomia pada spektrum OAV." Kadang-kadang mutasi seperti ini terjadi selama kehamilan. Kadang-kadang ini diwariskan dari salah seorang orangtua yang membawa gen dominan. Kadang-kadang disebabkan oleh interaksi dari banyak gen, kemungkinan dikombinasikan dengan faktor lingkungan. Mereka menyebutnya penurunan multifaktor. Dalam kasus August, para dokter sanggup mengidentifikasi salah satu "mutasi penghapusan nucleotide tunggal" yang bertentangan di wajahnya.'
Hal inilah yang membuat August menjadi tidak biasa. Buku ini menceritakan pengalaman pertamanya menjadi murid di sekolah umum, bagaimana dia mendapatkan teman, menghadapi tatapan-tatapan takut dan jijik dari orang lain, mengerjakan proyek sekolah, melakukan perjalanan sekolah pertamanya, dan hal-hal normal lain yang biasa dialami anak seusianya.
Intinya sih, cerita biasa yang dialami oleh anak biasa bertampang sangat tidak biasa. Di akhir.. jadi diingatkan juga, seringkali saya masih banyak ngga bersyukur dengan keberlimpahan yang sudah dimiliki, padahal kalo melihat lagi ke sekitar, banyak sekali orang lain yang hidupnya ngga beruntung.
Ada bagian lain yang bagus di halaman 408 - 409, penggalan pidato kepala sekolah - ceritanya sih diambil dari buku The Little White Bird karangan J.M. Barrie:
'Maukah kita membuat sebuah aturan baru dalam hidup ... selalu berusaha untuk lebih berbaik hati dari yang seharusnya? Kalimat ini mengingatkan bahwa umat manusia, tidak hanya memiliki kesanggupan untuk berbaik hati, melainkan pilihan untuk berbaik hati.'
Bagaimanapun.. saya merasa.. hidup ini ngga mudah, jadi saya sepakat sama pedomannya Auggie:
Seharusnya semua orang di dunia ini mendapatkan sorak sorai penghormatan setidaknya satu kali dalam hidupnya, karena kita semua berhasil menghadapi dunia. - August (Auggie) Pullman
Neng, kalo kata F. Scott Fitzgerald: "The test of a first-rate intelligence is the ability to hold two opposed ideas in the mind at the same time, and still retain the ability to function."
ReplyDeleteCuma ngutip sih, bukan berarti saya/kita (harus) setuju. Tapi sepertinya layak dijadikan bahan permenungan :)
Ampun, Neng!! inteligensia saya mah abal-abal, tolong dijelaskan :D
ReplyDeleteMaksud si Fitzgerald "kedewasaan" kali ya, bukan "kecerdasan" (kalo dilihat dari konteks ucapannya).
ReplyDelete"Before I go on with this short history, let me make a general observation--the test of a first-rate intelligence is the ability to hold two opposed ideas in the mind at the same time, and still retain the ability to function. One should, for example, be able to see that things are hopeless and yet be determined to make them otherwise. This philosophy fitted on to my early adult life, when I saw the improbable, the implausible, often the 'impossible,' come true."
-F. Scott Fitzgerald, The Crack-Up
Mungkin juga dia cuma asbun, biar keren ;p