Saat bercerita tentang rencana kepergian ke Semarang, rata-rata orang (yang saya ajak cerita, tentu saja ;p) menanyakan hal yang sama. 'Ke Semarang? Memang ada apa di Semarang?' Iya ya, ada apa sih di Semarang? Yah, niat awalnya siy memang bukan sengaja mau jalan-jalan di Semarang, tadinya kami cuma mau numpang lewat aja, tujuan kami adalah Karimun Jawa (KarJaw). Tapi naasnya, kami tidak berhasil dapet tiket feri dari Semarang, sementara tiket kereta Bandung-Semarang-Bandung sudah di tangan (btw, OOT, sebenernya, klo mau cari penyebabnya, ini gara-gara provider trip KarJaw yang kurang sigap ngasi kepastian, tapi ya udah.. nasi sudah menjadi bubur, sekalian aja kita buat bubur komplit yang enak :D)
Kembali ke soal Semarang, sepertinya siy kota ini memang tidak seterkenal Jogja atau Bandung sebagai kota tujuan wisata (setidaknya buat saya ;p), jadi objek wisatanya juga ngga terlalu banyak. Kemarin, hari pertama, kami mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong, Taman Margasatwa Mangkang, Lawang Sewu dan Tugu Muda, rehat makan di Kampung Laut, trus ke Maerokoco dan Pantai Marina, kemudian sholat Maghrib dan Isya di Mesjid Agung Jawa Tengah. Trus, hari kedua, kami mengunjungi Borobudur, aja - soalnya perjalanan Semarang-Magelang ternyata cukup makan waktu, trus belanja-belanja oleh-oleh dan langsung ke Stasiun setelah mampir sebentar ke Gereja Blenduk. Overall, saya puas jalan-jalan di Semarang :D Nah, itu overviewnya.. di bawah ini cerita lengkapnya (yah, selengkap yang ingatan saya mampu simpan ;p)
Bandung-Semarang
Kami berangkat ke Semarang menumpang kereta api Harina jam 20.30 dari
Stasiun Bandung. Rute kereta cukup unik (buat saya yang jarang naik kereta),
soalnya ternyata arahnya ngga langsung ke timur, tapi ke barat dulu, kaya mau
ke Jakarta. Begitu sampai di Cikampek, barulah keretanya di arahkan ke timur,
tapi ke utara (arah Cirebon, kayanya), bukan ke selatan kaya mau ke Yogya atau
Surabaya. Di Cikampek, lokomotifnya dipindah ke ujung yang lain, jadi misalkan
dari Bandung ke Cikampek kita bergerak maju, berarti dari Cikampek ke Semarang
kita bergerak mundur. Perjalanannya lancar, berhubung malam, jadi ngga ada
pemandangan yang bisa dinikmati dari jendela, lagian saya kebagian duduk di
kursi lorong, dan mengingat tujuan kami pergi adalah buat jalan, maka
perjalanan ini saya manfaatkan buat tidur sebanyak mungkin :)
Semarang, hari pertama
Sekitar jam lima lewat, kereta kami sampai di Stasiun Semarangtawang. Turun
kereta, kami mengantri buat pipis di toilet gratis (asiiik!! gratis ;p) dan
sholat Subuh. Jam enam, kami sudah meluncur dengan mobil yang sudah kami sewa
buat jalan selama di sini. Tujuan pertama adalah mencari sarapan. Pengemudi
yang menemani kami namanya Pak Bagyo (atau Bagio, ya?!), bapaknya sudah lumayan
berumur, penampakannya kalem dan menurut saya, beliau ini sabar sekali
(mengingat kami-kami ini yang harus beliau hadapi ;p). Nah, atas petunjuk
beliau, kami sarapan di Jl. Thamrin, di Soto Ayam Pak Darno. Soto Ayam Pak
Darno ini disajikan di dalam mangkuk kecil (awalnya saya pikir, kok porsinya
kecil amat siy?!), trus di mejanya disediakan lauk seperti sate telur, sate
kerang, sate usus, perkedel kentang, tempe goreng, tahu goreng, dan kerupuk.
Setelah dimakan, ternyata porsinya memang pas (buat saya ;p), kalo rasanya siy
biasa aja, enak, tapi bukan enak banget, ya biasa aja, yang jelas waktu itu
cuacanya udah panas (padahal masih pagi), dikombinasi sama makan kuah soto yang
panas dan teh panas, ya jadinya panas pangkat tiga.
Beres sarapan, sekitar jam 6.45, kami menuju Lawang Sewu, tapi ternyata
belum dibuka (bukanya mulai jam 7), maka kami pun menuju Klenteng Sam Poo Kong.
Untuk masuk klenteng, tiket masuknya tiga ribu rupiah per orang, itu buat
keliling-keliling di lapangan depannya, kalo mau masuk ke klentengnya, mesti
bayar lagi duapuluh ribu. Klenteng ini adalah salah satu tempat ibadah
orang-orang Kong Hu Cu di Semarang, katanya dulu merupakan tempat persinggahan
Laksamana Agung Zheng He (atau yang kita kenal dengan nama Laksamana Cheng Ho).
Arsitekturnya keren, warna bangunan yang didominasi warna merah kontras banget
dengan warna biru langit yang saat itu cerah ceria, puas deh foto-foto
alakadarnya di sini. Saya belum pernah ke klenteng sebelumnya, apalagi ke Cina,
jadi saya ngga bisa mendeskripsikan kalo kunjungan ini membuat saya merasa ada
di Cina :) Sempet baca papan pengumuman yang memuat informasi jadwal acara
sembahyang, trus di situ ada tulisan salah satu acara ritualnya berupa paket
sesajen bersama, yang dapat dipesan seharga duaratus ribu per paket. Saya
pikir, wah, mahal juga ya, buat beribadah aja mesti bayar. Puas mengambil
gambar dan berkeringat sampe berasa dehidrasi (padahal masih jam delapan pagi
loh!!), kami bergegas menuju lokasi berikutnya.
Dari Sam Poo Kong, atas saran Pak Bagyo (lagi), kami meluncur ke Taman
Margasatwa Mangkang (demi kepraktisan, kita singkat jadi TMM), perjalanan ke
sini melewati terminal Mangkang (mungkin Leuwipanjang atau Cicaheum-nya
Bandung). Karena cuma lewat, kami hanya bisa melihat bagian depannya saja,
kesimpulan kami, terminalnya bagus deh, besar, terawat dan tampak teratur,
sangat berbeda dengan terminal di Bandung (biasa lah ya, rumput tetangga selalu
lebih hijau ;p). Masuk ke kawasan TMM, tempatnya ngga terlalu rame, di depannya
ada keterangan kalo di situ juga ada Waterboom. Kami ngga ke waterboom, tapi ke
TMM-nya aja, bayar tiket masuknya cukup limaribu rupiah per orang (tarif ini
berlaku sepanjang tahun, kecuali seminggu setelah lebaran, tarifnya jadi
tujuhribu limaratus). Murah ya?! Dalam hati udah waspada aja bakal melihat
pemandangan mengenaskan binatang-binatang dalam kurungan yang dirawat
alakadarnya, di Kebun Binatang Bandung aja, yang tarif masuknya lebih mahal,
binatangnya terlihat merana begitu, kok kayanya masa depan mereka suram banget
:( [ada buku yang membahas sedikit soal dunia perkebunbinatangan ini, udah baca
Life of Pi? Nanti deh saya ceritain terpisah ;D]
Soto Ayam Pak Darno |
Klenteng Sam Poo Kong |
TMM ini areanya cukup luas (persisnya? silakan cari tau sendiri ya ;p),
koleksi binatangnya ngga terlalu banyak sepertinya, dan ngga banyak yang aneh
sih. Jadinya, kunjungannya agak garing (ditambah kenyataan udaranya yang panas
banget!!). Di sini kami sempet naik gajah (ceritanya biar berasa di Thailand),
cukup bayar limaribu rupiah buat pengalaman menunggang gajah selama kurang
lebih lima menit (kayanya). Oh ya, sesuai dugaan, nasib binatang-binatang di
sini juga sepertinya ngga terlalu bahagia, sangkar elangnya terlihat kotor dan
menurut saya kekecilan (ukurannya mungkin sekitar 5 x 5 x 5 m), kasian deh
elangnya, ngga bisa memenuhi fitrahnya untuk terbang tinggi, mereka cuma bisa
terbang pendek-pendek begitu, mana seru.. trus ada juga landak yang ditempatkan
di semacam bak yang dasarnya berlapis acian semen, ada juga harimau dan singa
yang ditempatkan di kandang individual, interior kandangnya minimalis banget,
ngga ada benda apa pun yang bisa dijadikan tempat main atau apa gitu (kebayang
deh bosennya mereka, hidup di kandang yang begitu). Nah, yang paling ajaib
(buat saya) adalah kandang ular, berupa bangunan persegi dengan taman di
tengahnya, trus di tiap sudut ada pintu, awalnya saya ngga paham maksud pintu
itu, eh, ternyata itu maksudnya kandang ular. Pintu berupa kaca transparan yang
agak kucel setinggi pintu normal, saat saya melongok ke dalamnya, ternyata di
dalamnya ada ular (kebanyakan siy ular phyton sepertinya), ada yang sendiri,
ada juga yang dua atau tiga ekor per kandang. Kandang ular juga sama minimalis
dengan kandang harimau, padahal biasanya kan suka ada dahan pohon atau
semacamnya buat sang ular pasang aksi, di sini ularnya teronggok begitu saja di
lantai semen. Di tamannya ada juga ular atraksi buat foto bareng, bayarnya
sepuluhribu. Trus, yang paling ajaib, di pinggir taman, ada semacam gua kecil
dari semen yang ternyata dihuni seekor ular, ularnya melingkar begitu saja
tanpa pembatas apa-apa. Tempatnya siy memang di pinggir, nggak akan terganggu oleh
pengunjung yang hilir-mudik, tapi tetep aja sereem.
Kandang Elang Hitam |
Dari TMM, kami menuju Lawang Sewu, gedung seribu pintu!!!
bersambung... (sequel in process, silakan menunggu kalo penasaran, kalo ngga, ya udah ;p)
No comments:
Post a Comment