Monday, December 26, 2011

Caper Semarang - Bagian Satu

Saat bercerita tentang rencana kepergian ke Semarang, rata-rata orang (yang saya ajak cerita, tentu saja ;p) menanyakan hal yang sama. 'Ke Semarang? Memang ada apa di Semarang?' Iya ya, ada apa sih di Semarang? Yah, niat awalnya siy memang bukan sengaja mau jalan-jalan di Semarang, tadinya kami cuma mau numpang lewat aja, tujuan kami adalah Karimun Jawa (KarJaw). Tapi naasnya, kami tidak berhasil dapet tiket feri dari Semarang, sementara tiket kereta Bandung-Semarang-Bandung sudah di tangan (btw, OOT, sebenernya, klo mau cari penyebabnya, ini gara-gara provider trip KarJaw yang kurang sigap ngasi kepastian, tapi ya udah.. nasi sudah menjadi bubur, sekalian aja kita buat bubur komplit yang enak :D)

Kembali ke soal Semarang, sepertinya siy kota ini memang tidak seterkenal Jogja atau Bandung sebagai kota tujuan wisata (setidaknya buat saya ;p), jadi objek wisatanya juga ngga terlalu banyak. Kemarin, hari pertama, kami mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong, Taman Margasatwa Mangkang, Lawang Sewu dan Tugu Muda, rehat makan di Kampung Laut, trus ke Maerokoco dan Pantai Marina, kemudian sholat Maghrib dan Isya di Mesjid Agung Jawa Tengah. Trus, hari kedua, kami mengunjungi Borobudur, aja - soalnya perjalanan Semarang-Magelang ternyata cukup makan waktu, trus belanja-belanja oleh-oleh dan langsung ke Stasiun setelah mampir sebentar ke Gereja Blenduk. Overall, saya puas jalan-jalan di Semarang :D Nah, itu overviewnya.. di bawah ini cerita lengkapnya (yah, selengkap yang ingatan saya mampu simpan ;p)

Bandung-Semarang

Kami berangkat ke Semarang menumpang kereta api Harina jam 20.30 dari Stasiun Bandung. Rute kereta cukup unik (buat saya yang jarang naik kereta), soalnya ternyata arahnya ngga langsung ke timur, tapi ke barat dulu, kaya mau ke Jakarta. Begitu sampai di Cikampek, barulah keretanya di arahkan ke timur, tapi ke utara (arah Cirebon, kayanya), bukan ke selatan kaya mau ke Yogya atau Surabaya. Di Cikampek, lokomotifnya dipindah ke ujung yang lain, jadi misalkan dari Bandung ke Cikampek kita bergerak maju, berarti dari Cikampek ke Semarang kita bergerak mundur. Perjalanannya lancar, berhubung malam, jadi ngga ada pemandangan yang bisa dinikmati dari jendela, lagian saya kebagian duduk di kursi lorong, dan mengingat tujuan kami pergi adalah buat jalan, maka perjalanan ini saya manfaatkan buat tidur sebanyak mungkin :)

Semarang, hari pertama

Sekitar jam lima lewat, kereta kami sampai di Stasiun Semarangtawang. Turun kereta, kami mengantri buat pipis di toilet gratis (asiiik!! gratis ;p) dan sholat Subuh. Jam enam, kami sudah meluncur dengan mobil yang sudah kami sewa buat jalan selama di sini. Tujuan pertama adalah mencari sarapan. Pengemudi yang menemani kami namanya Pak Bagyo (atau Bagio, ya?!), bapaknya sudah lumayan berumur, penampakannya kalem dan menurut saya, beliau ini sabar sekali (mengingat kami-kami ini yang harus beliau hadapi ;p). Nah, atas petunjuk beliau, kami sarapan di Jl. Thamrin, di Soto Ayam Pak Darno. Soto Ayam Pak Darno ini disajikan di dalam mangkuk kecil (awalnya saya pikir, kok porsinya kecil amat siy?!), trus di mejanya disediakan lauk seperti sate telur, sate kerang, sate usus, perkedel kentang, tempe goreng, tahu goreng, dan kerupuk. Setelah dimakan, ternyata porsinya memang pas (buat saya ;p), kalo rasanya siy biasa aja, enak, tapi bukan enak banget, ya biasa aja, yang jelas waktu itu cuacanya udah panas (padahal masih pagi), dikombinasi sama makan kuah soto yang panas dan teh panas, ya jadinya panas pangkat tiga.


Soto Ayam Pak Darno
Beres sarapan, sekitar jam 6.45, kami menuju Lawang Sewu, tapi ternyata belum dibuka (bukanya mulai jam 7), maka kami pun menuju Klenteng Sam Poo Kong. Untuk masuk klenteng, tiket masuknya tiga ribu rupiah per orang, itu buat keliling-keliling di lapangan depannya, kalo mau masuk ke klentengnya, mesti bayar lagi duapuluh ribu. Klenteng ini adalah salah satu tempat ibadah orang-orang Kong Hu Cu di Semarang, katanya dulu merupakan tempat persinggahan Laksamana Agung Zheng He (atau yang kita kenal dengan nama Laksamana Cheng Ho). Arsitekturnya keren, warna bangunan yang didominasi warna merah kontras banget dengan warna biru langit yang saat itu cerah ceria, puas deh foto-foto alakadarnya di sini. Saya belum pernah ke klenteng sebelumnya, apalagi ke Cina, jadi saya ngga bisa mendeskripsikan kalo kunjungan ini membuat saya merasa ada di Cina :) Sempet baca papan pengumuman yang memuat informasi jadwal acara sembahyang, trus di situ ada tulisan salah satu acara ritualnya berupa paket sesajen bersama, yang dapat dipesan seharga duaratus ribu per paket. Saya pikir, wah, mahal juga ya, buat beribadah aja mesti bayar. Puas mengambil gambar dan berkeringat sampe berasa dehidrasi (padahal masih jam delapan pagi loh!!), kami bergegas menuju lokasi berikutnya.

Klenteng Sam Poo Kong
Dari Sam Poo Kong, atas saran Pak Bagyo (lagi), kami meluncur ke Taman Margasatwa Mangkang (demi kepraktisan, kita singkat jadi TMM), perjalanan ke sini melewati terminal Mangkang (mungkin Leuwipanjang atau Cicaheum-nya Bandung). Karena cuma lewat, kami hanya bisa melihat bagian depannya saja, kesimpulan kami, terminalnya bagus deh, besar, terawat dan tampak teratur, sangat berbeda dengan terminal di Bandung (biasa lah ya, rumput tetangga selalu lebih hijau ;p). Masuk ke kawasan TMM, tempatnya ngga terlalu rame, di depannya ada keterangan kalo di situ juga ada Waterboom. Kami ngga ke waterboom, tapi ke TMM-nya aja, bayar tiket masuknya cukup limaribu rupiah per orang (tarif ini berlaku sepanjang tahun, kecuali seminggu setelah lebaran, tarifnya jadi tujuhribu limaratus). Murah ya?! Dalam hati udah waspada aja bakal melihat pemandangan mengenaskan binatang-binatang dalam kurungan yang dirawat alakadarnya, di Kebun Binatang Bandung aja, yang tarif masuknya lebih mahal, binatangnya terlihat merana begitu, kok kayanya masa depan mereka suram banget :( [ada buku yang membahas sedikit soal dunia perkebunbinatangan ini, udah baca Life of Pi? Nanti deh saya ceritain terpisah ;D]


TMM ini areanya cukup luas (persisnya? silakan cari tau sendiri ya ;p), koleksi binatangnya ngga terlalu banyak sepertinya, dan ngga banyak yang aneh sih. Jadinya, kunjungannya agak garing (ditambah kenyataan udaranya yang panas banget!!). Di sini kami sempet naik gajah (ceritanya biar berasa di Thailand), cukup bayar limaribu rupiah buat pengalaman menunggang gajah selama kurang lebih lima menit (kayanya). Oh ya, sesuai dugaan, nasib binatang-binatang di sini juga sepertinya ngga terlalu bahagia, sangkar elangnya terlihat kotor dan menurut saya kekecilan (ukurannya mungkin sekitar 5 x 5 x 5 m), kasian deh elangnya, ngga bisa memenuhi fitrahnya untuk terbang tinggi, mereka cuma bisa terbang pendek-pendek begitu, mana seru.. trus ada juga landak yang ditempatkan di semacam bak yang dasarnya berlapis acian semen, ada juga harimau dan singa yang ditempatkan di kandang individual, interior kandangnya minimalis banget, ngga ada benda apa pun yang bisa dijadikan tempat main atau apa gitu (kebayang deh bosennya mereka, hidup di kandang yang begitu). Nah, yang paling ajaib (buat saya) adalah kandang ular, berupa bangunan persegi dengan taman di tengahnya, trus di tiap sudut ada pintu, awalnya saya ngga paham maksud pintu itu, eh, ternyata itu maksudnya kandang ular. Pintu berupa kaca transparan yang agak kucel setinggi pintu normal, saat saya melongok ke dalamnya, ternyata di dalamnya ada ular (kebanyakan siy ular phyton sepertinya), ada yang sendiri, ada juga yang dua atau tiga ekor per kandang. Kandang ular juga sama minimalis dengan kandang harimau, padahal biasanya kan suka ada dahan pohon atau semacamnya buat sang ular pasang aksi, di sini ularnya teronggok begitu saja di lantai semen. Di tamannya ada juga ular atraksi buat foto bareng, bayarnya sepuluhribu. Trus, yang paling ajaib, di pinggir taman, ada semacam gua kecil dari semen yang ternyata dihuni seekor ular, ularnya melingkar begitu saja tanpa pembatas apa-apa. Tempatnya siy memang di pinggir, nggak akan terganggu oleh pengunjung yang hilir-mudik, tapi tetep aja sereem.

Kandang Elang Hitam

Dari TMM, kami menuju Lawang Sewu, gedung seribu pintu!!! 

bersambung... (sequel in process, silakan menunggu kalo penasaran, kalo ngga, ya udah ;p)



No comments:

Post a Comment