Thursday, December 29, 2011

Caper Semarang - Bagian Dua


Sebelumnya... Dari TMM, kami menuju Lawang Sewu, gedung seribu pintu!!!

Lawang Sewu berlokasi di sisi timur Tugu Muda Semarang, di persimpangan Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda, dibangun di masa penjajahan Belanda, desainnya dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag di Amsterdam pada 1903, pembangunannya dimulai tahun 1904 dan selesai tahun 1907 menggunakan bahan yang didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu alam, dan kayu jati. Pintu dan jendela yang banyak dan lebar (yang mengilhami sebutan Lawang Sewu) dimaksudkan oleh perancangnya untuk menyesuaikan gedung yang dibangun dengan iklim tropis di Semarang. Di masa Belanda, gedung ini digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS, sementara di masa pendudukan Jepang digunakan sebagai benteng pertahanan. (sumber: mas Wiki dan mas pemandu – lupa ngga nanya namanya ;p)
Berpose di Depan Gedung A
Setelah kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI), pernah juga digunakan sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Sejarah lebih lengkapnya mendingan cari sendiri aja yah, biar cepet ;p

Semenjak kemunculannya di suatu acara televisi, Lawang Sewu mulai dikenal luas dan dijadikan tujuan wisata (meskipun mungkin awalnya buat wisata misteri-misteri begitu). Makanya, ada hikmahnya juga ternyata, untuk lebih menarik minat pengunjung, gedung ini dipugar dan diperbaiki sehingga lebih layak-kunjung dan ngga terkesan terlalu menyeramkan (seperti umumnya bangunan tua yang terbengkalai), alhasil, pemasukan juga tuh buat PT KAI (Persero) – pemilik gedung saat ini.

Untuk berkeliling di Lawang Sewu, tiket masuknya sepuluhribu rupiah per orang, nambah tigapuluhribu lagi kalo mau ditemani pemandu (yang bisa sekalian dimintain tolong buat motret ;p). Kompleks Lawang Sewu terdiri atas empat gedung. Gedung A di bagian depan berbentuk L, saat kami ke sini, sedang dalam proses perbaikan, jadi ditutup. Gedung B memanjang di hadapan Gedung A, di sinilah letak penjara bawah tanah. Seluruhnya ada empat lantai berarti, pertama ada penjara bawah tanah, trus lantai satu dan dua berupa gedung perkantoran, lantai tiganya ngga ada apa-apa siy, berupa bukaan luas di bawah atap (loteng).  Di Gedung C ada museum yang menceritakan proses pemugaran gedung, ada koleksi bagian gedung juga, seperti batu bata penyusun struktur, engsel pintu, dsb., ada yang asli, ada juga yang replika. Gedung D, ngga tau isinya apa, lupa nanya :D

Alur Kunjungan Wisata
Nah, sebenarnya ada berapa banyak pintu di Lawang Sewu? Seribu? Ngga kok, ini cuma kebiasaan orang kita aja yang suka males ngitung, sama kasusnya dengan kaki seribu. Waktu saya tanya jumlah tepatnya, pemandunya cerita, katanya dulu udah ada yang pernah menghitung, tapi hasilnya berbeda, ada yang bilang 523 pintu, ada yang bilang 532 pintu. Katanya ini padahal pintu yang udah dihitung ditandai (jadi rada-rada berbau mistis gitu deeeh ;p). Trus, saya nanya lagi, memangnya udah berapa banyak orang yang menghitung? Dia jawab, dua orang itu aja. Nah loh, kalo secara statistik kan dua data itu tidak bisa diterima.. ngga bisa diambil kesimpulan apa-apa. Bisa aja metode penghitungannya beda, trus definisi pintu yang dihitungnya juga bisa aja beda, jadi banyak faktornya kan?! Kenapa ngga dihitung ulang aja yah dengan beberapa kelompok, trus metodenya jelas, kategori pintunya jelas, pokoknya seilmiah mungkin?! Jadi kan nanti kita bisa tau pasti dan ngga mesti terus-terusan menyerah pada hal-hal ngga logis :) Mungkin orang ngga sepenasaran itu kali ya? (masih banyak hal yang lebih penting buat dipikirkan, ketimbang jumlah pintu Lawang Sewu ;p) Dan lagi, kalo ada unsur misterius kan jadi lebih menjual?! :D 

Pintunya banyak kaan?! 

Dari lantai dua, kami kembali ke lantai satu, Gedung B bagian belakang, di sini adalah pintu masuk menuju ke ruang bawah tanah, di tembok depannya ada peringatan: DILARANG KERAS! MELAKUKAN SEGALA KEGIATAN MISTIS DI GEDUNG LAWANG SEWU DAN LINGKUNGANNYA. Untuk menjelajah penjara bawah tanah (ditemenin pemandu, tentu saja :D), bayar lagi sepuluhribu, kita dipinjemin sepatu bot karet dan senter, soalnya di dalamnya tergenang air sekitar semata kaki dan gelap (meskipun ada lampu juga siy).
Berjalan di lorong bawah tanah yang tergenang air
Menurut pemandu kami, ruang bawah tanah ini fungsi aslinya di zaman Belanda adalah untuk penampungan air, sedangkan orang Jepang menggunakannya sebagai ruang tahanan. Tangga dan pegangan tangga menuju ke bawah terbuat dari kayu dan masih asli (maksudnya struktur asli, belum pernah diganti). Di bawah, kami menelusuri lorong gelap, pada jarak tertentu terdapat bukaan-bukaan semacam pintu kecil. Di dalam bukaan tersebut terdapat petak-petak seperti kolam, tingginya mungkin sekitar 50 atau 60 cm. Katanya ini awalnya untuk penampungan air, kemudian digunakan sebagai penjara jongkok, dimana 5-6 orang tahanan ditempatkan di satu petak dalam keadaan jongkok dan terendam air hingga leher, kemudian bagian atasnya ditutupi dengan jeruji besi. Di bagian lain, ada bekas-bekas kaki meja tempat eksekusi pancung tahanan, dilengkapi dengan bak pasir disebelahnya yang katanya berfungsi untuk menyerap darah yang menetes dari tubuh-tubuh dan kepala yang sudah dieksekusi, potongan tubuh disimpan di sini sebelum dipindahkan ke sejenis bak penghubung ke luar di dinding seberangnya untuk selanjutnya dibuang ke sungai. Di bagian lainnya lagi, ada deretan penjara berdiri, ukurannya mirip toilet, sekitar 1 x 1 m, tiga sisinya terbuat dari tembok dan satu sisinya berupa jeruji besi (tapi jerujinya udah ngga ada), satu petak diisi 5 orang yang berdiri berhimpitan. Terbayangkan bagaimana perlahannya kematian datang pada para tahanan di sini? Mengapa tidak ditembak saja, tanya teman saya. Entahlah, tapi secara logis mungkin pilihan ini adalah yang paling efisien untuk tentara Jepang, kalo ditembak, maka itu artinya mereka menghamburkan peluru yang berharga (buat mereka). Kejam memang. 

bersambung lagi ah... (capee ;p)

No comments:

Post a Comment