Sebelumnya... Dari TMM, kami menuju Lawang Sewu, gedung seribu pintu!!!
Lawang Sewu berlokasi di sisi timur Tugu Muda Semarang, di persimpangan
Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda, dibangun di masa penjajahan Belanda,
desainnya dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag
di Amsterdam pada 1903, pembangunannya dimulai tahun 1904 dan selesai tahun
1907 menggunakan bahan yang didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu
alam, dan kayu jati. Pintu dan jendela yang banyak dan lebar (yang mengilhami
sebutan Lawang Sewu) dimaksudkan oleh perancangnya untuk menyesuaikan gedung
yang dibangun dengan iklim tropis di Semarang. Di masa Belanda, gedung ini
digunakan sebagai Het Hoofdkantoor
van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat
Perusahan Kereta Api Swasta NIS, sementara di masa pendudukan Jepang digunakan
sebagai benteng pertahanan. (sumber:
mas Wiki dan mas pemandu – lupa ngga nanya namanya ;p)
Berpose di Depan Gedung A |
Setelah kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta
Api Repoeblik Indonesia (DKARI), pernah juga digunakan sebagai Kantor Badan
Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah
Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Sejarah lebih lengkapnya mendingan cari
sendiri aja yah, biar cepet ;p
Semenjak kemunculannya di suatu acara televisi, Lawang Sewu mulai dikenal
luas dan dijadikan tujuan wisata (meskipun mungkin awalnya buat wisata
misteri-misteri begitu). Makanya, ada hikmahnya juga ternyata, untuk lebih
menarik minat pengunjung, gedung ini dipugar dan diperbaiki sehingga lebih
layak-kunjung dan ngga terkesan terlalu menyeramkan (seperti umumnya bangunan
tua yang terbengkalai), alhasil, pemasukan juga tuh buat PT KAI (Persero) –
pemilik gedung saat ini.
Untuk berkeliling di Lawang Sewu, tiket masuknya sepuluhribu rupiah per
orang, nambah tigapuluhribu lagi kalo mau ditemani pemandu (yang bisa sekalian
dimintain tolong buat motret ;p). Kompleks Lawang Sewu terdiri atas
empat gedung. Gedung A di bagian
depan berbentuk L, saat kami ke sini, sedang dalam proses perbaikan, jadi
ditutup. Gedung B memanjang di hadapan Gedung A, di sinilah letak penjara bawah
tanah. Seluruhnya ada empat lantai berarti, pertama ada penjara bawah tanah,
trus lantai satu dan dua berupa gedung perkantoran, lantai tiganya ngga ada
apa-apa siy, berupa bukaan luas di bawah atap (loteng). Di Gedung C ada museum yang menceritakan
proses pemugaran gedung, ada koleksi bagian gedung juga, seperti batu bata
penyusun struktur, engsel pintu, dsb., ada yang asli, ada juga yang replika.
Gedung D, ngga tau isinya apa, lupa nanya :D
Alur Kunjungan Wisata |
Nah, sebenarnya ada berapa banyak pintu di Lawang Sewu? Seribu? Ngga kok,
ini cuma kebiasaan orang kita aja yang suka males ngitung, sama kasusnya dengan
kaki seribu. Waktu saya tanya jumlah tepatnya, pemandunya cerita, katanya dulu
udah ada yang pernah menghitung, tapi hasilnya berbeda, ada yang bilang 523
pintu, ada yang bilang 532 pintu. Katanya ini padahal pintu yang udah dihitung
ditandai (jadi rada-rada berbau mistis gitu deeeh ;p). Trus, saya nanya lagi, memangnya
udah berapa banyak orang yang menghitung? Dia jawab, dua orang itu aja. Nah
loh, kalo secara statistik kan dua data itu tidak bisa diterima.. ngga bisa
diambil kesimpulan apa-apa. Bisa aja metode penghitungannya beda, trus definisi
pintu yang dihitungnya juga bisa aja beda, jadi banyak faktornya kan?! Kenapa
ngga dihitung ulang aja yah dengan beberapa kelompok, trus metodenya jelas,
kategori pintunya jelas, pokoknya seilmiah mungkin?! Jadi kan nanti kita bisa
tau pasti dan ngga mesti terus-terusan menyerah pada hal-hal ngga logis :)
Mungkin orang ngga sepenasaran itu kali ya? (masih banyak hal yang lebih
penting buat dipikirkan, ketimbang jumlah pintu Lawang Sewu ;p) Dan lagi, kalo
ada unsur misterius kan jadi lebih menjual?! :D
Pintunya banyak kaan?! |
Dari lantai dua, kami kembali ke lantai satu, Gedung B bagian belakang, di
sini adalah pintu masuk menuju ke ruang bawah tanah, di tembok depannya ada
peringatan: DILARANG KERAS! MELAKUKAN SEGALA KEGIATAN MISTIS DI GEDUNG LAWANG
SEWU DAN LINGKUNGANNYA. Untuk menjelajah penjara bawah tanah (ditemenin
pemandu, tentu saja :D), bayar lagi sepuluhribu, kita dipinjemin sepatu bot
karet dan senter, soalnya di dalamnya tergenang air sekitar semata kaki dan
gelap (meskipun ada lampu juga siy).
Berjalan di lorong bawah tanah yang tergenang air |
Menurut pemandu kami, ruang bawah tanah ini fungsi aslinya di zaman Belanda
adalah untuk penampungan air, sedangkan orang Jepang menggunakannya sebagai
ruang tahanan. Tangga dan pegangan tangga menuju ke bawah terbuat dari kayu dan
masih asli (maksudnya struktur asli, belum pernah diganti). Di bawah, kami
menelusuri lorong gelap, pada jarak tertentu terdapat bukaan-bukaan semacam
pintu kecil. Di dalam bukaan tersebut terdapat petak-petak seperti kolam,
tingginya mungkin sekitar 50 atau 60 cm. Katanya ini awalnya untuk penampungan
air, kemudian digunakan sebagai penjara jongkok, dimana 5-6 orang tahanan
ditempatkan di satu petak dalam keadaan jongkok dan terendam air hingga leher,
kemudian bagian atasnya ditutupi dengan jeruji besi. Di bagian lain, ada
bekas-bekas kaki meja tempat eksekusi pancung tahanan, dilengkapi dengan bak
pasir disebelahnya yang katanya berfungsi untuk menyerap darah yang menetes
dari tubuh-tubuh dan kepala yang sudah dieksekusi, potongan tubuh disimpan di
sini sebelum dipindahkan ke sejenis bak penghubung ke luar di dinding seberangnya
untuk selanjutnya dibuang ke sungai. Di bagian lainnya lagi, ada deretan
penjara berdiri, ukurannya mirip toilet, sekitar 1 x 1 m, tiga sisinya terbuat
dari tembok dan satu sisinya berupa jeruji besi (tapi jerujinya udah ngga ada),
satu petak diisi 5 orang yang berdiri berhimpitan. Terbayangkan bagaimana
perlahannya kematian datang pada para tahanan di sini? Mengapa tidak ditembak
saja, tanya teman saya. Entahlah, tapi secara logis mungkin pilihan ini adalah
yang paling efisien untuk tentara Jepang, kalo ditembak, maka itu artinya mereka
menghamburkan peluru yang berharga (buat mereka). Kejam memang.
bersambung lagi ah... (capee ;p)
No comments:
Post a Comment