Monday, January 2, 2012

Caper Semeru - edisi nostalgia (bagian 2)


Perjalanan pun dimulai! Sebelumnya, saya kasih gambaran, seperti yang bisa dilihat pada foto terakhir di bagian 1, rute pendakian Semeru sebenernya jaraknya 'cuma' 17,9 km dari Ranupani, kami membaginya menjadi tiga sesi, Ranupani-Ranukumbolo (10 km), Ranukumbolo-Kalimati (4,9 km), dan Kalimati-Semeru (3 km).

Sesi 1: Ranupani - Ranukumbolo

Awalnya kami melalui jalan beraspal, kemudian di suatu titik, kami berbelok dan beralih ke jalan setapak. Di sini, gapura di kedua jalan membuat kami bimbang, gapura jalan aspal bertuliskan ‘Selamat jalan’, sementara tulisan gapura di jalan setapak adalah ‘Selamat mendaki’ :D 

Gapura Selamat Mendaki
Meskipun kami lebih memilih berjalan daripada mendaki, tapi Semeru yang kami tuju rutenya lewat jalan mendaki, maka setelah berfoto di depan gapura, kami mulai mendaki. Jalan setapak yang kami lewati berada di pinggiran bukit, sementara pemandangan di bawahnya masih berupa tanah pertanian penduduk Ranupani, kemudian berganti dengan pemandangan bukit-bukit (yang sudah dan akan kami lewati). Rute pendakian di jalan setapak ini cukup manusiawi, tidak jauh berbeda dengan rute pendakian di gunung yang ada di Bandung, sesekali kami menemui tanjakan atau turunan, seperti di hutan pada umumnya. 

Begini nih rutenya..
Beberapa kali kami beristirahat dan membuka ransum yang dibawa, kadang-kadang berpapasan dengan rombongan lain yang turun gunung, atau tersalip oleh rombongan lain. Buat saya, pertemuan dengan rombongan lain cukup berkesan, soalnya entah bagaimana, rasanya seperti bertemu teman lama (mungkin karena merasa satu misi dan senasib dan mungkin pada dasarnya, karena kita ini makhluk sosial), entahlah. Lebih senang lagi kalo bertemu sesama perempuan, bukannya jarang, tapi memang mayoritas pendaki adalah laki-laki.

Beberapa percakapan yang terjadi, diantaranya..
Rombongan Lain (RL): Dari mana, mas/mbak?
Rombongan Kami (RK): Dari Bandung (meskipun kenyataannya kelompok kami ini campur-campur, beda asal kota – Bandung, Jakarta, beda almamater – ITB, Unpad, Unpar; tapi ribet kalo dijelasin ;p)
RL: Oh, kirain dari keluarga baik-baik :)

Atau.. kalo papasan dengan rombongan yang pulang..
RK: Habis dari puncak, mas?
RL: Iyaa… (dengan muka sumringah dan bangga penuh suka cita – dramatisasi ;p)
RK: Dari mana mas?
RL: Dari Surabaya/Jogja/Malang/ Jakarta/Makasar/ITS/UGM/Pancasila

Menurut peta rute, Ranupani – Ranubkumbolo itu bisa ditempuh dalam waktu tiga jam, mestinya.. kenyataannya, kami baru sampai ke Ranukumbolo setelah sekitar lima jam, itu sudah termasuk sekian kali istirahat di banyak titik, di pos-pos yang disediakan atau dimanapun. Hal yang lumayan lucu adalah penunjuk arah di jalan yang memuat keterangan berapa jauh jarak yang masih harus ditempuh untuk sampai di Waturejeng, misalnya tertulis: WATUREJENG 1 KM, atau WATUREJENG 500 m, tapi kami tidak pernah menemukan penunjuk lokasi WATUREJENG-nya sendiri. 

Akhirnya.... sekitar jam satu atau setengah dua, kami pun melihat pemandangan Ranukumbolo yang dari tadi kami tunggu-tunggu, karena itu berarti perjalanan kami untuk hari ini sudah selesai.

Ranukumbolo!!!!
Di tepi danau yang mulai diselimuti kabut ini, kami mulai mempersiapkan makan siang dan tenda untuk bermalam. Bersama kami, ada juga rombongan lain yang bermalam di sini, jadinya rame, berasa lagi jambore. Pemandangan di sini sudah mulai menakjubkan, bukit-bukit yang tampak mulus dari jauh membuat kita serasa berada di dunia Teletubbies atau di Middleearth, air danaunya juga sangat jernih (air di danau ini sepertinya hanya berasal dari air hujan, saya ngga tau di dalamnya ada ikan atau tidak, kelihatannya sih ngga ada). Sore hari, kabut yang tadi mulai turun semakin menebal, udara juga cukup dingin. Selepas makan, sholat, dsb., kami langsung tidur untuk memulihkan tenaga dan mempersiapkan diri untuk perjalanan keesokan harinya.
Ranukumbolo di sore hari
Besoknya, kami sempat menikmati pemandangan matahari terbit di belakang bukit di hadapan kami, tepat di seberang danau. Rasanya sungguh magis. Pagi-pagi kami mulai menyiapkan sarapan, para laki-laki membereskan tenda, dan kami pun segera memulai perjalanan sesi kedua.
Matahari terbit

Sesi 2: Ranukumbolo - Kalimati

Berhubung kelompok kami ini termasuk kelompok santai, perjalanan dimulai sekitar jam sembilan pagi dari Ranukumbolo. Untuk menuju Kalimati, kami melewati area dengan nama yang unik; Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, dan Sumbermani. 

Perjalanan dari Ranukumbolo melewati tanjakan yang dinamakan tanjakan cinta (katanya kalo mendaki tanjakan ini tanpa berhenti, doanya akan terkabul - penjelasan logisnya, mendaki tanjakan ini butuh konsistensi dan tekad, kalo kita berhasil ya berarti kita punya cukup kemauan dan terbukti mampu untuk mewujudkan kemauan kita), di balik tanjakan ini terhampar padang luas yang menakjubkan, ada dua rute yang bisa dipilih, menyusuri pinggir bukit atau turun ke tengah padang - kami memilih rute ke dua.

Padang di balik Tanjakan Cinta - kalo ga salah inilah Oro-Oro Ombo

No comments:

Post a Comment