Baca juga deh itu '5 cm', setelah banyak orang menghebohkan dan merekomendasikannya. Kebiasaan saya, semakin heboh orang-orang, semakin males saya ikutan heboh. Alhasil, setelah lama, barulah saya baca buku itu.
Kesan orang-orang yang cerita, katanya siy mereka merasa terinspirasi atau apa lah, keren pokoknya. Baca testimoni di back covernya juga tampak dahsyat efeknya, sang pembaca mendadak nangis setelah baca buku ini. Well, kesan saya? Yah, ini siy subjektif, tapi kata saya siy bukunya biasa aja ah, ga seheboh itu, ga tau juga siy, mungkin karena banyak yang bilang bagus atau bagus banget, saya jadi over-ekspektasi.
Substansinya bagus, keren deh, terutama referensi-referensi yang diselipkan di dalamnya, keliatan banget penulisnya punya wawasan musik, filsafat, dsb. Tapi… Tanpa mengurangi rasa hormat dan apresiasi kepada penulis yang pasti udah kerja keras untuk nulis buku ini, menurut saya, kok penyampaiannya vulgar banget, berasa banget gitu pesannya, sepertinya pembaca tidak diberikan ruang untuk menginterpretasikan pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis. Yah, saya merasa tidak ada kenikmatan proses pemahaman yang terbangun saat saya membaca. Well, sekali lagi, itu siy kesan pribadi saya. Lagipula, itu buku yang saya beli udah cetakan ke sepuluh, so, what do I know anyway, right?
Soal perjalanan mendaki Gunung Semeru (btw, saya lebih suka menyebutnya Semeru, soalnya namanya kan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, bukan Taman Nasional Bromo Tengger Mahameru, hehe ;p), berhubung saya pernah ke sana, meskipun baru sekali, jadi yah, lumayan masih inget lah pengalamannya, saya juga merasa penggambarannya agak berlebihan. Bukan soal pemandangannya, klo soal itu siy emang ga ada kata-kata yang bisa mengungkapkan sebaik penglihatan sendiri, tapi lebih ke perjalanan mereka yang saya pikir lebay, klo buat saya siy.
No comments:
Post a Comment